Dunia

Harris Masih Kebingungan Mencari Cawapres Jelang Pilpres 2024, Strategi Politik Dipertanyakan

Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Kamala Harris, sedang berada di tengah pencarian calonnya untuk wakil presiden. Dalam upayanya, Harris berencana untuk mewawancarai tiga kandidat teratas, yaitu Gubernur Minnesota Tim Walz, Senator AS Mark Kelly dari Arizona, dan Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro. Rangkaian wawancara ini akan dilakukan di kediaman Harris di Washington, D.C.

Harris diperkirakan akan mengumumkan pilihannya paling cepat pada Senin ini. Rencana tersebut menjelang penampilan publik pertamanya dengan calon wakil presiden terpilih pada Selasa di Philadelphia. Tim kampanye Harris juga sedang merencanakan pengumuman di media sosial yang akan menampilkan pasangan pasangan tersebut ketika keputusan akhirnya diambil.

Sebagai bagian dari proses seleksi, Harris telah melakukan konsultasi dengan tim penyeleksinya, yang terdiri dari berbagai tokoh terkemuka, termasuk mantan Jaksa Agung Eric Holder. Holder dan timnya telah melakukan penelitian mendalam terkait latar belakang dan keuangan dari setiap calon yang dipertimbangkan, memberi Harris pandangan yang lebih jelas tentang masing-masing finalis.

Selama proses penyaringan, Harris juga meluangkan waktu untuk bertemu dengan Menteri Transportasi Pete Buttigieg. Pertemuan tersebut berlangsung selama 90 menit dan sekaligus menjadi bagian dari penilaian terhadap kualitas para kandidat. Selain ketiga calon yang telah disebutkan, ada juga Gubernur Kentucky, Andy Beshear, dan Gubernur Illinois, J.B. Pritzker, yang turut bersaing untuk posisi tersebut.

Menurut sumber yang mengetahui proses tersebut, kandidat-kandidat akan diberitahu tentang keputusan akhir pada Senin malam atau Selasa pagi. Penentuan cawapres ini merupakan salah satu keputusan paling signifikan dalam karier politik Harris, mengingat persaingan yang akan datang melawan mantan Presiden Donald Trump pada pemilihan mendatang pada tanggal 5 November. Harris, yang kini harus bergerak cepat setelah Presiden Joe Biden keluar dari kompetisi, perlu memilih seorang wakil presiden yang bisa mendukung dan memperkuat kampanyenya.

Dalam konteks pemilihan ini, daftar kandidat yang dipertimbangkan Harris terdiri dari para pria kulit putih, yang semuanya memiliki rekam jejak positif dalam memenangkan pemilih di kelompok pedesaan serta independen. Keputusan tentang cawapres ini tidak hanya berdampak pada kampanye Harris, tetapi juga dapat memengaruhi arah masa depan Partai Demokrat, mengangkat kandidat terpilih ke posisi lebih strategis dalam kompetisi presiden mendatang.

Josh Shapiro, salah seorang pesaing teratas, saat ini sedang menghadapi kritik dari kalangan progresif, seiring dukungannya yang kuat terhadap Israel dan penanganannya terhadap protes yang muncul di perguruan tinggi akibat konflik di Gaza. Nina Turner, yang merupakan wakil ketua kampanye Bernie Sanders pada tahun 2020, mengkritik keputusan Shapiro dan menekankan pentingnya adanya koreksi kebijakan yang lebih pro-kelas pekerja, termasuk di dalamnya agenda yang mendukung komunitas kulit hitam.

Selain itu, penanganan Shapiro terhadap dugaan pelecehan seksual di lingkaran stafnya juga menjadi sorotan. Kritikan tidak hanya datang dari aktivis progresif, tetapi juga dari berbagai kelompok buruh, termasuk United Auto Workers (UAW), yang baru-baru ini mengumumkan dukungannya untuk Harris sebagai calon presiden. Meskipun secara keseluruhan mendukung Harris, serikat pekerja ini menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap dua calon wakil presiden yang sedang dipertimbangkan.

Dari sisi lain, Mark Kelly juga tak luput dari kritik. Beberapa kelompok buruh mengungkapkan kekecewaannya terhadap ketidakberpihakannya dalam mendukung undang-undang yang dianggap bisa memperkuat pengorganisasian serikat pekerja. Shawn Fain, presiden UAW, menegaskan bahwa walau organisasi yang dipimpinnya mendukung kandidat presiden dari Partai Demokrat, mereka tidak dapat memberikan dukungan serupa untuk Kelly atau Shapiro dalam pencalonan wakil presiden.

Di tengah serangkaian nama tersebut, Tim Walz hadir sebagai favorit di kalangan progresif dan generasi muda berkat kinerjanya yang proaktif dalam menghadapi kritik dari Trump. Meski secara usia, Walz tidak jauh berbeda dengan Harris, beberapa kritikus menyatakan bahwa ia terlihat lebih tua dari usianya, yang dapat menjadi perhatian tersendiri bagi kampanye yang ingin menghadirkan energi dan dinamika baru.

Sebagai seorang politisi, Kamala Harris menghadapi tantangan yang tidak ringan dalam memilih calon wakil presiden. Setiap keputusan yang diambil tidak hanya akan memengaruhi masa depan karir politiknya, tetapi juga akan mencerminkan pendekatan Partai Demokrat dalam menghadapi pemilihan mendatang, terutama dengan adanya tekanan dari berbagai sisi untuk mengusung agenda yang lebih progresif dan responsif terhadap isu-isu terkini. Proses pemilihan ini mencerminkan kerumitan yang sering kali dihadapi oleh partai politik dalam mencari keseimbangan antara pemilih moderat dan biaya sosial. Harris, dalam perjalanan ini, harus menjelajahi dan mempertimbangkan setiap sudut dari nasib politiknya yang semakin menegangkan menjelang pemilihan mendatang.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button