Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengeluarkan laporan terbaru mengenai harga sejumlah komoditas pangan yang menunjukkan tren kenaikan yang signifikan pada beberapa produk. Pada Rabu, 4 September 2024, terungkap bahwa harga daging ayam ras meningkat menjadi Rp36.910 per kilogram (kg), sementara cabai rawit merah juga mengalami lonjakan hingga mencapai Rp50.010 per kg. Kenaikan harga ini menjadi perhatian masyarakat, terutama bagi konsumen yang secara rutin membeli bahan pangan tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.
Menurut data dari Panel Harga Bapanas yang dicatat pada pukul 07.40 WIB, banyak komoditas pangan lainnya juga mengalami kenaikan, yang bisa berimbas pada inflasi pangan secara keseluruhan. Misalnya, harga beras premium tercatat naik sebesar 1,42 persen, yang berarti ada kenaikan Rp220 menjadi Rp15.760 per kg. Beras medium pun mencatat kenaikan lebih kecil, yaitu 1,11 persen, sehingga harganya menjadi Rp13.710 per kg.
Pergerakan harga tidak hanya terjadi pada beras. Komoditas bawang merah mengalami kenaikan 4,21 persen menjadi Rp26.220 per kg, sementara bawang putih bonggol naik 2,02 persen menjadi Rp40.310 per kg. Cabai merah keriting, yang juga merupakan komoditas penting dalam masakan sehari-hari, mengalami kenaikan harga sebesar 3,08 persen sehingga menjadi Rp40.110 per kg.
Kenaikan harga daging ayam ras dan cabai rawit merah menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat tentang penyebab di balik fluktuasi harga tersebut. Kenaikan ini bisa saja dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pasokan yang tidak stabil dan permintaan yang tetap tinggi. Dalam hal daging ayam, ada kecenderungan peningkatan permintaan menjelang perayaan atau kebutuhan tertentu, yang bisa mendorong harga naik. Sementara itu, cabai rawit, sebagai salah satu bahan penting dalam masakan Indonesia, juga seringkali mengalami fluktuasi harga yang tajam.
Daging sapi murni juga menunjukkan kenaikan, namun lebih minim, di mana harganya naik tipis 0,13 persen menjadi Rp134.750 per kg. Di sisi lain, harga telur ayam ras mengalami kenaikan yang sama signifikan dengan daging ayam, dengan harga baru mencapai Rp30.030 per kg, mencerminkan kenaikan 6,41 persen.
Beralih ke komoditas kedelai, yang merupakan bahan baku penting bagi banyak industri makanan, tercatat harga kedelai biji kering impor naik sekitar 4,22 persen menjadi Rp12.340 per kg. Kenaikan harga ini dapat mempengaruhi harga produk olahan yang menggunakan kedelai, seperti tempe dan tofu, yang merupakan sumber protein penting, terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah.
Dalam laporan tersebut juga terungkap bahwa gula konsumsi naik sebesar 1,74 persen menjadi Rp18.100 per kg dan minyak goreng kemasan sederhana mencatat kenaikan tipis 0,78 persen menjadi Rp18.130 per kg. Di sisi lain, minyak goreng curah justru mengalami penurunan 2,79 persen menjadi Rp15.700 per kg, menunjukkan adanya perbedaan dalam dinamika permintaan dan penawaran antara dua jenis minyak goreng ini.
Kenaikan harga pada komoditas pangan seringkali memicu keresahan bagi masyarakat, terutama di tengah situasi ekonomi yang masih berusaha pulih dari dampak pandemi COVID-19. Mahalnya biaya pangan dapat menambah beban masyarakat, terutama yang terjebak dalam sektor informal atau yang memiliki penghasilan tetap. Kombinasi antara inflasi dan kenaikan harga dapat menyebabkan perubahan perilaku konsumsi masyarakat, di mana mereka mungkin beralih ke alternatif yang lebih terjangkau atau mengurangi jumlah konsumsi.
Dalam catatan terakhir, harga jagung di tingkat peternak mengalami kenaikan signifikan sebesar 14,65 persen menjadi Rp6.810 per kg. Hal ini menunjukkan adanya tekanan terhadap sektor peternakan yang sering kali bergantung pada harga pakan yang berbasis jagung. Kenaikan harga ini bisa berdampak langsung pada biaya produksi daging dan telur.
Di sisi lain, ikan kembung juga mengalami kenaikan sebesar 4,59 persen menjadi Rp38.720 per kg, sedangkan ikan tongkol naik 3,31 persen menjadi Rp32.770 per kg. Kebangkitan sektor perikanan di tengah kenaikan ini menandai kebutuhan masyarakat akan hasil laut sebagai sumber protein yang lebih terjangkau.
Kondisi ini mendorong pemerintah untuk melalui langkah-langkah strategis dalam mengelola situasi ini, seperti menerapkan kebijakan untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan memperbaiki rantai pasok distribusi komoditas pangan. Dukungan kepada petani dan produsen lokal sangat penting agar mereka mampu mempertahankan produksi di tengah fluktuasi harga.
Kenaikan harga daging ayam ras dan cabai rawit merah, beserta komoditas lainnya, menjadi sinyal penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk beradaptasi serta melakukan langkah efektif dalam menghadapi tantangan pangan di tanah air. Pengawasan harga dan reliabilitas data dari Badan Pangan Nasional menjadi sangat krusial dalam merumuskan kebijakan yang tepat untuk menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas harga pangan ke depan.