Kelompok Palestina Hamas baru-baru ini mengedarkan video yang berisi pesan terakhir dari seorang sandera warga negara Amerika Serikat (AS), Hersh Goldberg-Polin, sebelum ia dibunuh di Gaza. Video tersebut dipublikasikan pada tanggal 5 September 2024 melalui platform Telegram Hamas, menyentuh berbagai isu kemanusiaan yang dihadapi oleh para sandera dalam kondisi perang yang berkepanjangan.
Dalam video tersebut, Goldberg-Polin mengekspresikan keputusasaannya akibat situasi yang mengerikan di mana ia terkungkung tanpa akses pada perhatian medis, pasokan air, makanan, maupun udara segar. "Saya tidak ingat kapan terakhir kali saya melihat matahari atau menghirup udara segar," ungkapnya, yang mencerminkan kesengsaraan yang dialaminya. Pernyataan tersebut juga menyoroti betapa sulitnya kehidupan bagi mereka yang terperangkap dalam konflik berkepanjangan ini.
Hersh Goldberg-Polin, yang memiliki kewarganegaraan ganda AS dan Israel, berbicara langsung kepada Presiden Joe Biden dan Penjabat Menteri Luar Negeri Anthony Blinken, memohon kepada mereka untuk bertindak demi menghentikan kekerasan dan berusaha membawanya pulang. Dalam harapannya, ia menekankan pentingnya mengakhiri "kegilaan" yang telah berlangsung, dengan berharap agar suara serta perasaannya dapat terdengar oleh pemerintah AS.
Tragisnya, Goldberg-Polin dan lima sandera lainnya ditemukan tewas tertembak di terowongan Rafah, Gaza Selatan, minggu lalu, dalam usaha Pasukan Keamanan Israel (IDF) untuk mendekati posisi mereka. Media Israel melaporkan bahwa pihak berwenang Israel menduga kelompok Hamas mengambil keputusan untuk membunuh para sandera agar tidak ada informasi mengenai lokasi mereka yang terungkap kepada pihak Israel, yang mencerminkan kompleksitas dan brutalitas situasi tersebut.
Sebelum video Goldberg-Polin, Hamas juga telah mempublikasikan beberapa video lain yang menampilkan pernyataan terakhir dari empat sandera lainnya, di mana mereka juga secara terbuka menyerukan gencatan senjata. Dalam video-video tersebut, sandera mengungkapkan rasa frustrasi mereka terhadap ketidakmampuan IDF dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, yang semakin menggambarkan ketegangan di antara kedua belah pihak.
Menurut laporan dari Institute for the Study of War (ISW) pada tanggal 5 September, video-video yang disiarkan oleh Hamas tersebut dianggap sebagai bentuk propaganda. ISW mengklaim bahwa pernyataan para sandera tersebut "direkayasa" oleh Hamas dengan tujuan untuk memaksa Israel untuk menghentikan perang dengan hasil yang menguntungkan bagi mereka. Dalam analisis tersebut, dinyatakan bahwa tindakan Hamas bertujuan untuk memanfaatkan kemarahan masyarakat Israel terhadap pemerintahan Netanyahu untuk memperingan tuntutan dalam kesepakatan gencatan senjata yang sedang dibahas.
Orang tua Hersh Goldberg-Polin juga mengeluarkan pernyataan yang menekankan pentingnya video tersebut sebagai panggilan untuk tindakan. Mereka berharap pesan dan perjuangan anak mereka bisa membantu meningkatkan kesadaran dunia untuk bertindak demi menyelamatkan tidak hanya Hersh, tetapi juga 101 sandera lainnya yang masih terjebak dalam situasi serupa. Pernyataan ini mencerminkan harapan bahwa masalah para sandera mendapatkan perhatian yang lebih luas dari masyarakat internasional.
Konflik yang melanda Gaza saat ini memiliki dampak yang luas, dengan tantangan kemanusiaan yang meningkat setiap harinya. Keputusan Israel untuk melanjutkan serangan di Gaza utamanya didasarkan pada kekhawatiran akan keamanan negara mereka dan upaya untuk menghadapi ancaman dari Hamas. Sementara itu, Hamas menggunakan situasi ini untuk memperkuat posisinya dan menarik simpati internasional, yang seringkali menyulitkan jalan menuju resolusi damai.
Dalam satu sisi, video yang semakin viral ini menunjukkan dampak langsung dari kebijakan yang diterapkan oleh kedua belah pihak dalam konflik. Situasi penahanan yang sering dialami oleh sandera, serta kebutuhan akan perhatian dunia internasional, menjadi sorotan penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah dan organisasi kemanusiaan.
Media terus melansir berita tentang perkembangan situasi ini, di mana kesedihan dan ketegangan terlihat jelas di wajah keluarga sandera yang berharap untuk melihat orang-orang tercinta mereka kembali dengan selamat. Masyarakat umum, khususnya warga AS, juga menunjukkan kepedulian mereka dan mulai menuntut tindakan dari pemerintah demi keamanan dan kesejahteraan para sandera.
Kritik terhadap kebijakan pemerintah juga terus muncul, di mana banyak yang mempertanyakan apakah tindakan yang diambil sudah cukup untuk melindungi warga negaranya di luar negeri. Dalam konteks ini, video tersebut bukan hanya sekadar harapan dari seorang sandera, melainkan juga menjadi cerminan dari sejumlah isu yang lebih besar terkait dengan konflik, keamanan, dan kebijakan luar negeri.
Sebagai penutup, situasi di Gaza tetap menjadi sorotan dunia dan mengundang berbagai pendapat mengenai bagaimana seharusnya konflik ini ditangani. Video pesan terakhir Hersh Goldberg-Polin menjadi pengingat pahit akan kemanusiaan yang terpinggirkan dalam usahanya untuk mencari perdamaian dan keselamatan. Pejuangan bagi para sandera, keluarga mereka, dan semua individu yang terpengaruh oleh konflik ini, terus berlanjut; sementara dunia menyaksikan dengan harapan akan terwujudnya kedamaian yang nyata.