Gaya Hidup

GERD Tak Kunjung Sembuh: Apakah Laparaskopi Menjadi Solusi Terbaik?

GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) atau penyakit asam lambung kini menjadi problema kesehatan yang serius dan sering mengganggu kualitas hidup banyak orang. Meski tersedia berbagai pengobatan, sering kali pasien tidak merasakan perbaikan yang signifikan, sehingga memunculkan pertanyaan, "Apakah laparaskopi perlu dilakukan untuk mengatasi GERD yang tak kunjung sembuh?"

Gejala umum dari GERD mencakup rasa terbakar di dada atau heartburn, regurgitasi asam lambung, kesulitan menelan, serta batuk kronis dan suara serak. Meski pengobatan medis, seperti penggunaan antasida atau proton pump inhibitors (PPI), dapat membantu mengurangi gejala, tidak semua pasien merespons pengobatan ini dengan baik. Dalam banyak kasus, gejala yang berkepanjangan dan semakin parah dapat memicu keputusan untuk mempertimbangkan prosedur bedah.

Bedah laparoskopi muncul sebagai salah satu alternatif pengobatan yang cukup efektif untuk pasien dengan GERD yang berat. Prosedur ini bersifat minimal invasif, di mana hanya dibutuhkan sayatan kecil untuk memasukkan kamera dan alat bedah khusus. Dengan sifatnya yang kurang invasif, bedah laparoskopi menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan operasi terbuka tradisional: pemulihan yang lebih cepat, risiko infeksi yang lebih rendah, serta nyeri pasca operasi yang minimal.

Menurut dr. Eko Priatno, Sp.B-KBD, seorang dokter spesialis bedah digestif di Bethsaida Hospital Gading Serpong, laparoskopi adalah pilihan efektif bagi pasien yang tidak merespons pengobatan dengan baik. "Dengan teknik ini, kami dapat memperbaiki katup antara lambung dan esofagus yang menjadi penyebab utama refluks asam. Pasien biasanya dapat kembali beraktivitas normal dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan operasi konvensional," ungkapnya.

Dalam praktiknya, ada beberapa kondisi yang menjadi indikator bagi pasien untuk melakukan bedah laparaskopi. Empat kondisi utama ini meliputi:

1. Gejala GERD yang Parah dan Kronis: Pasien yang mengalami gejala GERD yang berat dan berkepanjangan—terutama yang tidak membaik setelah menjalani pengobatan dengan obat-obatan—dianjurkan untuk mempertimbangkan tindakan bedah. Gejala ini sering kali mengganggu aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup secara keseluruhan.

2. Komplikasi GERD: Apabila GERD menyebabkan komplikasi serius seperti esofagitis (peradangan pada esofagus), penyempitan esofagus, atau Barrett’s esophagus, yang berisiko berkembang menjadi kanker esofagus, bedah laparaskopi sangat disarankan. Komplikasi ini tidak hanya memperburuk gejala, tetapi juga meningkatkan risiko kesehatan serius.

3. Ketergantungan pada Obat: Pasien yang terus-menerus harus bergantung pada obat-obatan untuk mengontrol gejalanya, tanpa perbaikan yang signifikan, juga dianggap kandidat yang tepat untuk prosedur ini. Ketergantungan pada obat bisa menjadi tanda bahwa masalah yang dihadapi tidak dapat diselesaikan hanya dengan pengobatan.

4. Efek Samping Obat: Beberapa pasien mengalami efek samping dari penggunaan obat jangka panjang, yang berpotensi menurunkan kualitas hidup. Untuk pasien yang mengalami efek samping serius atau berkepanjangan, laparaskopi memberikan opsi perawatan yang dapat mengurangi ketergantungan pada obat.

Dalam konteks ini, dr. Pitono, Direktur Bethsaida Hospital, menyatakan bahwa rumah sakit mereka memiliki fasilitas dan peralatan medis yang lengkap, sehingga mampu menawarkan berbagai alternatif perawatan bagi pasien. Salah satu metode terbaru yang diandalkan di rumah sakit ini adalah bedah laparoskopi. "Kami memiliki tim medis yang berpengalaman dan dikuasai dalam prosedur ini, sehingga pasien dapat menjalani prosedur dengan aman dan efektif," paparnya.

Sementara itu, penting juga untuk menyadari bahwa setiap keputusan untuk menjalani operasi laparaskopi harus diambil setelah konsultasi menyeluruh dengan dokter spesialis. Diskusi mengenai risikonya, potensi manfaat, dan harapan hasil operasi harus dilakukan agar pasien dapat membuat keputusan yang tepat berdasarkan keadaan kesehatan mereka.

Seiring berkembangnya bidang medis dan teknologi, bedah laparaskopi telah menjadi solusi yang berpotensi besar bagi pasien GERD yang tidak mempan dengan pengobatan konvensional. Namun, setiap langkah perlu dipertimbangkan dengan cermat, mengingat bahwa setiap pasien memiliki kondisi kesehatan yang unik dan mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda.

Dengan meningkatnya kesadaran akan GERD dan metode pengobatannya, diharapkan lebih banyak pasien dapat memperoleh informasi yang cukup dan dukungan untuk mengambil langkah selanjutnya dalam mengelola kondisi mereka. Pengembangan metode bedah seperti laparaskopi menjanjikan harapan bagi mereka yang telah berjuang lama dengan GERD, menawarkan jalan untuk kembali ke kehidupan yang lebih berkualitas tanpa gangguan gejala yang menyakitkan.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button