Gaya Hidup

Gejala dan Penyebab Stroke: Risiko Meningkat pada Usia 55 Tahun ke Atas

Stroke merupakan kondisi medis serius yang terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu, baik akibat penyumbatan pada pembuluh darah maupun pecahnya arteri. Akibat dari penurunan pasokan darah, sel-sel otak tidak mendapatkan cukup oksigen, yang dapat mengakibatkan kematian sel. Menurut Dr. Mahendra JV, Kepala Departemen Neurologi di Ramaiah Institute of Neurosciences, risiko stroke meningkat secara signifikan seiring bertambahnya usia, terutama setelah seseorang mencapai usia 55 tahun. Hal ini menjadi perhatian penting, mengingat semakin banyaknya populasi berusia lanjut yang memerlukan perhatian terhadap kesehatan neurologis mereka.

Faktor medis yang menyebabkan stroke sangat beragam. Di antara kondisi-kondisi tersebut adalah tekanan darah tinggi, yang dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke. Diabetes yang tidak terkontrol juga menjadi penyebab umum lainnya. Tidak hanya itu, kolesterol tinggi dan penyakit arteri koroner berkontribusi terhadap peningkatan risiko stroke, sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Mahendra. Ia juga menambahkan bahwa faktor-faktor seperti riwayat keluarga dan kondisi kesehatan lainnya seperti apnea tidur obstruktif dapat memperburuk risiko.

Di sisi lain, terdapat perbedaan mencolok dalam risiko stroke antara pria dan wanita. Pria cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stroke dibandingkan wanita, meski wanita biasanya berusia lebih tua ketika mereka mengalami kondisi ini. Penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih mungkin meninggal karena stroke dibandingkan pria, menambah kompleksitas dalam memahami dampak stroke pada berbagai jenis kelamin.

Stroke dapat dikategorikan menjadi dua jenis utama: stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi ketika pasokan darah ke otak terhambat atau berkurang, yang menyebabkan jaringan otak tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang diperlukan. Jenis lainnya, stroke hemoragik, terjadi saat pembuluh darah di otak bocor atau pecah, menyebabkan pendarahan di dalam otak. Kedua jenis stroke ini memiliki penyebab dan dampak yang berbeda, sehingga pemahaman yang baik tentang masing-masing sangat penting bagi masyarakat dan tenaga medis.

Gejala stroke juga sangat beragam. Seseorang yang mengalami stroke mungkin mengalami kesulitan berbicara dan memahami ucapan orang lain. Gejala lain yang sering muncul termasuk mati rasa, kelemahan, atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh, baik wajah, lengan, atau kaki. Misalnya, jika seseorang tidak bisa mengangkat kedua tangan secara bersamaan, atau jika sebelah wajahnya terlihat terkulai saat tersenyum, ini bisa menjadi tanda awal terjadinya stroke. Masalah penglihatan juga bisa muncul, seperti penglihatan yang kabur atau melihat ganda. Ketidakseimbangan yang mendadak juga menjadi pertanda penting yang tidak boleh diabaikan.

Dalam konteks faktor gaya hidup, ada sejumlah kebiasaan yang dapat meningkatkan risiko stroke. Obesitas, kurangnya aktivitas fisik, dan kebiasaan mengonsumsi alkohol berlebihan merupakan beberapa faktor risiko yang sering kali dapat diubah. Penggunaan obat-obatan terlarang, seperti kokain dan metamfetamin, juga dapat memberikan dampak buruk dan meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke. Peningkatan kesadaran tentang faktor-faktor ini sangat penting untuk pencegahan stroke, terutama bagi mereka yang berusia 55 tahun ke atas.

Penting untuk diingat bahwa meskipun beberapa faktor risiko seperti usia dan genetik tidak dapat diubah, banyak dari faktor risiko lainnya dapat dikendalikan melalui perubahan gaya hidup dan perawatan medis yang tepat. Dr. Mahendra menggambarkan bahwa manajemen kondisi seperti hipertensi dan diabetes serta penerapan gaya hidup sehat dapat secara signifikan mengurangi risiko stroke.

Proses rehabilitasi juga sangat penting setelah seseorang mengalami stroke. Pendekatan seperti terapi gerakan dan pelatihan kebugaran dapat membantu dalam pemulihan fungsi motorik. Berbagai metode rehabilitasi modern kini tersedia untuk membantu pasien stroke agar dapat kembali beraktivitas dengan baik. Pengetahuan dan dukungan yang tepat dari tenaga medis, serta keluarga sangat berperan dalam proses pemulihan pasien.

Kepedulian terhadap tanda-tanda awal stroke dan pemahaman risiko yang ada dapat membantu menyelamatkan nyawa. Masyarakat diimbau untuk lebih peka terhadap gejala-gejala stroke dan segera mencari bantuan medis jika merasakan atau melihat gejala tersebut pada diri sendiri atau orang di sekitar mereka. Peningkatan kesadaran akan masalah kesehatan ini diharapkan dapat menurunkan angka kejadian stroke terutama di kalangan populasi yang berisiko tinggi. Dalam menghadapi isu kesehatan global ini, kerjasama antara individu, keluarga, tenaga medis, dan masyarakat luas adalah suatu keharusan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button