Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkapkan pentingnya pemberian insentif untuk mobil hybrid atau hybrid electric vehicle (HEV). Hal ini merujuk pada tren positif penjualan mobil hybrid yang terus meningkat, meskipun tanpa adanya insentif dari pemerintah. Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, menyoroti bahwa jika sudah ada peningkatan penjualan, akan lebih baik jika penjualan tersebut bisa lebih tinggi lagi dengan dukungan insentif.
"Kalau naik, ya memang naik dibandingkan tahun lalu. Tetapi kalau bisa lebih tinggi kenapa tidak?" pernyataan Jongkie tersebut menunjukkan optimisme dan potensi yang bisa dicapai jika insentif diberikan.
Terdapat empat alasan yang dikemukakan oleh Jongkie mengapa mobil hybrid layak mendapatkan insentif. Pertama, mobil hybrid dianggap lebih hemat dalam penggunaan bahan bakar minyak (BBM) di tengah tingginya subsidi yang diberikan pemerintah. Dengan menggunakan teknologi hybrid, efisiensi pemakaian BBM bisa lebih optimal dibandingkan dengan kendaraan konvensional.
Kedua, mobil hybrid berkontribusi dalam mengurangi polusi lingkungan secara signifikan, sejalan dengan komitmen Indonesia untuk menghadapi perubahan iklim. Indonesia menjadi salah satu negara yang menandatangani Paris Agreement pada tahun 2015. Pijakan ini menujukkan bahwa ada dorongan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mobil hybrid bisa menjadi solusi untuk mengurangi emisi tersebut di sektor transportasi.
Ketiga, kendaraan hybrid tidak memerlukan infrastruktur tambahan seperti charging station karena baterai dapat terisi ulang secara otomatis dari mesin kendaraan. Ini berbeda dengan mobil listrik penuh yang bergantung pada jaringan pengisian yang luas agar dapat dioperasikan secara efektif.
Keempat, dari segi biaya produksi, mobil hybrid tidak se mahal mobil listrik murni berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV). Dengan harga yang lebih terjangkau, diharapkan masyarakat lebih mampu untuk membeli kendaraan ramah lingkungan ini. Jika insentif diberikan dengan tepat, penurunan pemakaian BBM dan emisi polusi bisa lebih dioptimalkan. "Kalau harga terjangkau, dikasih insentif, walaupun kami juga mengusulkan insentifnya tidak usah sebanyak BEV, maka terjadilah penurunan pemakaian BBM dan penurunan polusi.” ungkap Jongkie. Namun, dia juga menunjukkan sikap patuh terhadap keputusan pemerintah meskipun insentif tidak kunjung diberikan.
Merujuk pada data penjualan mobil hybrid, Gaikindo mencatat bahwa penjualan mencapai 6.099 unit pada Agustus 2024, mengalami kenaikan 23,11% dibandingkan bulan sebelumnya. Toyota Kijang Innova Zenix menjadi model hybrid terlaris dengan penjualan mencapai 3.151 unit. Peningkatan ini menunjukkan bahwa mobil hybrid mulai diterima lebih luas oleh masyarakat.
Dalam urutan kedua, Toyota Alphard Hybrid terjual sebanyak 444 unit, meskipun penjualannya mengalami penurunan sebesar 5,33% dibanding bulan sebelumnya. Diikuti oleh Yaris Cross Hybrid yang mencatatkan penjualan 327 unit, dengan peningkatan signifikan sebesar 267% dibandingkan bulan Juli 2024. Suzuki juga berkontribusi dengan model XL7 Hybrid yang terjual 310 unit, serta Ertiga Hybrid sebanyak 209 unit.
Namun, keputusan pemerintah mengenai insentif untuk mobil hybrid masih dalam status tidak pasti. Meskipun penjualan telah menunjukkan kemajuan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melalui Menteri Airlangga Hartarto mengakui masih ada banyak pihak yang menunggu kebijakan baru untuk segmen hybrid. Airlangga menyatakan bahwa pemerintah tidak akan mengubah kebijakan yang telah ada, tetapi juga tidak menutup kemungkinan untuk mempertimbangkan insentif.
Beberapa pernyataan yang dikeluarkan Airlangga bersifat ambivalen. "Selama ini tanpa insentif juga kan penjualan hybrid sudah cukup baik," demikian ungkapan singkatnya saat menghadiri acara Green Initiative Conference di Jakarta Pusat. Ketidakpastian ini menimbulkan berbagai spekulasi mengenai kebijakan yang diambil oleh pemerintah ke depan terkait mobil ramah lingkungan.
Dalam situasi ini, penting bagi industri otomotif dan pemerintah untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai potensi insentif bagi mobil hybrid. Dengan meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan dan penggunaan energi yang efisien, mobil hybrid bisa menjadi langkah transisi yang baik menuju kendaraan listrik yang lebih bersih. Masyarakat semakin menyadari manfaat yang bisa didapat dari kendaraan yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga lebih hemat biaya dalam jangka panjang.
Pengawasan dan evaluasi yang terus dilakukan oleh Gaikindo serta pemerintah diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang bisa mendorong pertumbuhan sektor otomotif, khususnya untuk mobil hybrid. Kerja sama antara pemerintah dan industri sangat penting untuk mencapai tujuan lingkungan dan efisiensi energi yang lebih baik di Indonesia.