Hiburan

Folie à Deux: Mengungkap bahwa Film Ini Bukan Sekadar Musikal

Setelah pengumuman tentang film Joker: Folie a Deux, para penggemar awalnya beranggapan bahwa kelanjutan dari film pertama yang sukses pada tahun 2019 ini akan mengusung konsep film musikal. Namun, sutradara Todd Phillips menegaskan bahwa film ini tidak akan bertransformasi menjadi film musikal secara penuh. Meskipun terdapat elemen musik yang kuat, film ini akan tetap berfokus pada narasi dan karakter tanpa mengklasifikasikannya sebagai sebuah musikal tradisional.

Keterlibatan Lady Gaga dalam Joker: Folie a Deux sempat menambah spekulasi mengenai genre film ini, mengingat visinya sebagai seniman. Dalam sebuah pernyataan, Gaga juga secara tegas menyebutkan bahwa karyanya tidaklah dimaksudkan untuk menjadi film musikal. Ia menjelaskan bahwa musik dalam film ini lebih berfungsi sebagai alat ekspresi bagi karakter, bukan sekadar elemen tambahan lainnya. "Musik menggantikan dialog dalam film tersebut," ujarnya, menggarisbawahi pentingnya elemen musikal sebagai medium penyampaian perasaan dan kemarahan karakter.

Dalam wawancaranya dengan Variety, Todd Phillips menjelaskan lebih dalam mengenai bagaimana musik berperan dalam cerita. Ia menjelaskan bahwa, "Kebanyakan musik di dalam film itu benar-benar tentang dialog. Di sini Arthur (diperankan oleh Joaquin Phoenix) yang tak bisa berkata-kata tentang apa yang ingin diungkapkannya, jadi ia lebih memilih menyanyikannya saja." Hal ini memperjelas bahwa meskipun ada aspek musik yang dominan, dialog tetap berfungsi sebagai jantung dari narasi film.

Film ini melanjutkan cerita dari karakter ikonik Arthur Fleck, yang telah mengubah hidupnya menjadi Joker setelah mengalami kehampaan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam film sebelumnya, Arthur mengalami transformasi dramatis ketika ia melakukan tindakan kekerasan yang radikal setelah dikhianati oleh masyarakatnya. Kejadian puncak di film pertama, di mana Arthur membunuh Carson (diperankan oleh Robert De Niro) di depan kamera televisi, mengubah dinamika kehidupan sosial di Gotham City, memicu kerusuhan dan gerakan pendukung Joker.

Setelah peristiwa traumatis tersebut, Arthur kini terkurung di sebuah rumah sakit jiwa, dihadapkan pada konsekuensi dari tindakan kejamnya. Film ini menggambarkan penanganan mental yang dialami Arthur, mengangkat tema yang lebih dalam mengenai kesehatan mental dan bagaimana masyarakat sering kali melewatkan masalah ini. Dapat dikatakan bahwa film ini berusaha mendekonstruksi stigma seputar penyakit mental dan menyoroti kompleksitas yang dihadapi oleh individu yang tertekan.

Dengan latar belakang yang lebih gelap dan kedalaman psikologis yang dihadirkan, Joker: Folie a Deux berpotensi membawa penonton ke dalam pengalaman yang lebih intim mengenai perjuangan karakter utamanya. Phillips memberi penegasan bahwa meskipun terdapat musik yang mendominasi, esensi dari film ini tetap terletak pada naratif dan karakterisasi yang kuat.

Dalam konteks perkembangan film, kritik dan spekulasi mengenai genre film menjadi titik fokus yang menarik perhatian. Penggemar terbagi dalam pandangan tentang apa yang seharusnya mereka harapkan dari film ini. Sementara beberapa berharap untuk melihat pertunjukan musikal penuh, yang lain lebih menantikan eksplorasi karakter yang lebih mendalam di tengah tema-tema gelap yang diangkat.

Menghadapi kenyataan bahwa film ini tidak akan dianggap sebagai musikal konvensional memberikan sudut pandang baru bagi penonton. Hal ini bisa memberikan ruang bagi pemahaman bahwa musik dalam film ini bukan sekadar aspek gaya, tetapi alat untuk lebih mengartikulasikan emosi yang sulit diungkapkan lewat kata-kata. Perjalanan karakter Arthur Fleck, dalam perjuangan menghadapi kesedihan, kemarahan, dan penolakan dari dunia luar, lebih dari sekadar cerita kelanjutan; ini adalah refleksi mengenai kondisi manusia yang universa.

Phillips dan Gaga juga telah terkenal dengan penggambaran karakter yang kuat dan ekspresif. Keputusan untuk tidak menjadikan film ini sepenuhnya musikal menunjukkan komitmen untuk tetap konsisten dengan tema yang kuat dan karakter yang kompleks tanpa terjebak dalam bentuk yang lebih konvensional. Ini menunjukkan bahwa film ini akan tetap berada dalam kerangka dramatis dan psikologis, memfokuskan pada ketegangan batin yang dialami oleh setiap karakter.

Dalam industri film modern, keterlibatan elemen musik sering kali menimbulkan pertanyaan tentang definisi genre itu sendiri. Dengan banyak film yang menciptakan batasan fleksibel di antara kategori, Joker: Folie a Deux mungkin akan menetapkan preseden baru untuk cara musik digunakan dalam sinema, menantang pandangan tradisional tentang apa yang dianggap musikal.

Film ini menantikan perilisan dengan banyak harapan dari penggemar dan kritik. Dengan asumsi elemen musik yang kuat namun bukan sebuah musikal, Joker: Folie a Deux bisa menjadi pengalaman sinematik yang tergolong berani dan inovatif, serta melanjutkan kisah yang sudah menggetarkan banyak hati. Penonton akan diajak kembali untuk memahami kompleksitas hidup Arthur Fleck sembari terlibat dengan nuansa psikologis yang mendalam, sehingga menjadikan film ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebuah refleksi sosial yang sangat relevan di era modern ini.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button