Teknologi

Fakta-Fakta Megathrust: Memahami Fenomena Gempa Besar yang Memicu Tsunami

Indonesia saat ini menghadapi perhatian serius terkait fenomena megathrust yang berpotensi menyebabkan gempa besar dan tsunami. Meskipun kekhawatiran ini meliputi masyarakat luas, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menekankan bahwa warga tidak perlu panik dan dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari mereka.

Megathrust sendiri adalah istilah yang mengacu pada zona pertemuan antara lempeng tektonik bumi, di mana terjadi proses subduksi, yaitu satu lempeng bergerak ke bawah lempeng lainnya. Fenomena ini menjadi potensi pemicu gempa besar dan tsunami, tergantung pada seberapa besar tekanan yang terbentuk di kawasan tersebut. Di Indonesia, beberapa lokasi berisiko tinggi terjadinya megathrust ini mencakup Subduksi Sunda, yang meliputi pulau-pulau besar seperti Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba. Di samping itu, ada juga Subduksi Banda, Subduksi Lempeng Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina, dan Subduksi Utara Papua.

Dari semua kawasan ini, dua zona yang menonjol menjadi perhatian adalah Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Kedua kawasan ini memiliki seismic gap yang cukup lama. Dalam konteks ini, seismic gap merujuk pada periode yang lama tanpa kejadian gempa besar. Di Selat Sunda, seismic gap tercatat selama 267 tahun sejak gempa besar terakhir yang terjadi pada tahun 1757. Sedangkan di Mentawai-Siberut, pusat gempa terakhir terjadi pada tahun 1797, dengan seismic gap selama 227 tahun.

Seismic gap adalah indikator penting yang menunjukkan adanya potensi energi tersimpan di dalam bumi yang, jika cukup besar, dapat memicu gempa bumi. Menurut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, fenomena potensi gempa megathrust ini bukanlah hal yang baru, karena sudah ada sejak sebelum terjadinya tsunami Aceh pada tahun 2004. Penyebabnya adalah kekosongan gempa besar yang terjadi dalam jangka waktu yang lama, menandakan bahwa energi yang terjaga semakin besar seiring berjalannya waktu.

Sementara itu, berita mengenai gempa dengan kekuatan 7,1 magnitudo yang mengguncang Nankai, Jepang pada 8 Agustus 2024, telah menambah kekhawatiran akan dampak yang mungkin terjadi di Indonesia. Namun, BMKG menyatakan bahwa tidak ada kaitan langsung antara potensi gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut dengan peristiwa Nankai. Meskipun demikian, BMKG tetap menyarankan agar masyarakat tetap waspada dan berkontribusi dalam upaya mitigasi bencana yang mungkin terjadi di masa depan.

Pernyataan BMKG bahwa potensi gempa megathrust di wilayah-wilayah tersebut “tinggal menunggu waktu” juga memberi gambaran mengenai kondisi yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa semua segmen sumber gempa di daerah terdekat lainnya telah melepaskan energinya, sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut belum mengalami kejadian serupa hingga saat ini.

Meskipun serangkaian peningkatan kesadaran masyarakat terhadap risiko gempa dan tsunami menjadi hal yang positif, terpenting untuk tidak terjebak dalam kepanikan. BMKG mengingatkan bahwa meskipun potensi tersebut diakui, saat ini belum ada indikasi waktu yang pasti kapan gempa megathrust ini akan benar-benar terjadi.

Menyikapi isu ini, masyarakat perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang penyebab, dampak, dan langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil. Sangat penting untuk memahami apa yang harus dilakukan sebelum, selama, dan setelah terjadinya gempa dan tsunami, serta memiliki rencana evakuasi yang jelas untuk mencegah kehilangan jiwa dan harta benda.

Sementara menunggu perkembangan lebih lanjut dan penguatan mitigasi bencana, kolaborasi antara pemerintah, lembaga terkait, serta masyarakat sangat penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Hal ini termasuk penyebaran informasi yang benar dan edukasi mengenai jalur evakuasi dan teknik pertolongan pertama yang dapat dilakukan saat bencana datang.

Melalui pemahaman yang lebih dalam mengenai megathrust, seismic gap, dan risiko terkait, diharapkan masyarakat Indonesia dapat lebih siap dan tenang dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang berkaitan dengan fenomena geologi ini. Dengan cara itu, saling berbagi informasi dan kesiapan menghadapi bencana harus terus digalakkan, mengingat Indonesia adalah negara yang terletak di jalur cincin api Pasifik, area yang dikenal memiliki aktivitas seismik yang tinggi.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button