Gaya Hidup

Erina Gudono Jadi Sorotan: Konten Eksklusif Berbayar Picu Tudingan Tamak

Unggahan di media sosial Erina Gudono, menantu bungsu Presiden Joko Widodo, kini tengah menjadi sorotan publik. Publik mendapati bahwa sementara demonstrasi besar-besaran terkait RUU Pilkada sedang berlangsung, Erina tampak menikmati gaya hidup mewah dengan mengunggah berbagai aktivitasnya ke media sosial. Saat bersamaan, ia juga diduga menggunakan jet pribadi untuk melakukan perjalanan ke Amerika Serikat, yang semakin memicu kemarahan netizen. Dalam perjalanan tersebut, dia memenuhi timeline-nya dengan gambar-gambar menunjukkan kemewahan, seperti belanja barang-barang mahal hingga mencicipi roti di restoran yang harganya mencengangkan—sekitar Rp400.000 per potong.

Keterlibatan Erina Gudono dalam Konten Berbayar berlangsung saat namanya tengah menjadi perbincangan panas. Dalam situasi ini, Erina memutuskan untuk membuka konten eksklusif berbayar di platform Instagram. Para pengikutnya diminta membayar sebesar Rp9.000 per bulan untuk mengakses konten-konten tersebut. Tindakan ini semakin membuat netizen beranggapan bahwa dia "tamaka"—istilah yang digunakan untuk menyebut sikap serakah atau mengedepankan kepentingan pribadi di tengah kesulitan yang dialami rakyat.

Salah satu pengguna media sosial, melalui akun Twitter @yozariam, menyampaikan pendapatnya terkait langkah Erina ini. Dalam cuitannya, ia mengekspresikan kekaguman sekaligus kekecewaan, “Yang paling baffling adalah dia pake fitur exclusive content, di mana kalo mau liat kontennya orang harus bayar 9rb/bulan, dan dia baru aja ngepost sejam yang lalu.” Unggahan tersebut dengan cepat menarik perhatian banyak pengguna lain yang berbondong-bondong memberikan komentar keji atau kritik tajam terhadap keputusan Erina meraup keuntungan dalam situasi yang dianggap tidak sensitif.

Di media sosial, respons negatif terhadap Erina terus bermunculan. Banyak netizen yang mempertanyakan keputusan Erina untuk memonetisasi akun sosial media, dengan mengatakan situasi tersebut menggambarkan sikap yang jauh dari kepedulian terhadap kondisi masyarakat yang sedang kesulitan. Seorang pengguna lain menilai tindakan Erina tersebut sangat tidak pantas dengan menyatakan, “Lucunya orang yang secara finansial sejahtera dan berpendidikan nge monetize akun sosmednya buat dapet recehan.” Sebuah komentar lain menambahkan, "Kayak OKB dia," merujuk pada tingkatan masyarakat yang dianggap "Orang Kaya Baru" dan tidak tahu malu.

Kontras Antara Gaya Hidup Mewah dan Kondisi Sosial menjadi sorotan tajam dalam kritikan-kritikan tersebut. Netizen tampak tak segan-segan mencocokkan kemewahan yang dipamerkan Erina dengan kesulitan yang dialami rakyat Indonesia. Misalnya, salah satu netizen mempertanyakan mengapa seorang menantu presiden, yang seharusnya lebih peka terhadap kondisi rakyat, lebih memilih untuk memamerkan barang-barang mahal ketimbang berkontribusi pada masyarakat. "Tapi aneh juga nih menantu Presiden loh ini, kok tegah pamer pamer Roti sepotong seharga 400K sedangkan ada rakyat Indonesia babak belur dulu baru bisa makan sesuap nasi," tulis netizen lain, menunjukkan ketidakpuasannya.

Sejumlah netizen juga mencatat hubungan yang kuat antara tindakan Erina dan keluarganya. Ada yang berkomentar bahwa perilaku Erina mencerminkan sikap dan kebiasaan keluarganya. Dalam hal ini, Erina dianggap mewarisi sifat-sifat tertentu dari keluarganya, yang dianggap lebih mementingkan status sosial dan materi ketimbang kepedulian terhadap masyarakat. "Jodoh itu kan cerminan, sis. Jadi, yo nggak kaget. Mertua dan keluarga suaminya aja kayak gimana," ungkap seorang netizen sebagai bagian dari kritiknya.

Dengan bertambahnya tekanan dari publik, banyak pihak yang mempertanyakan unsur etika di balik tindakan Erina untuk memonetisasi konten di saat yang tidak tepat. Konteks politik dan sosial yang sedang berlangsung pada saat ini, di mana banyak orang turun ke jalan untuk memperjuangkan hak-hak politik dan mengekspresikan ketidakpuasan mereka atas kebijakan pemerintah, menjadikan keputusan Erina untuk membuka konten berbayar itu terasa semakin berlebihan dan tidak peka.

Layar sosial media kini menjadi wadah bagi masyarakat untuk mengekspresikan kekecewaan mereka. Ketidakpuasan terhadap Erina bukanlah sekadar berkisar pada masalah pamer gaya hidup, tetapi juga mencerminkan keresahan yang lebih luas mengenai keterpisahan antara elit politik dan rakyat. Penggunaan media sosial sebagai sarana kritik dan dialog publik menjadikan kasus ini bagian dari diskusi yang lebih besar tentang tanggung jawab sosial, perilaku publik, dan etika perwakilan.

Keberadaan Erina Gudono dalam sorotan publik tidak hanya mencerminkan individu semata, tetapi juga merangkum tantangan yang lebih besar bagi generasi muda dan tokoh masyarakat di era digital saat ini. Era informasi seperti sekarang ini memudahkan akses masyarakat untuk mendiskusikan, mengevaluasi, dan menantang perilaku publik, terlepas dari status sosial atau kedudukan yang mereka miliki. Diskusi tentang tindakan Erina mungkin terus berlanjut dan menjadi bagian penting dari bagaimana masyarakat mempersepsikan elite politik, terutama di tengah tantangan sosial yang dihadapi bangsa saat ini.

YouTube video

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button