Kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia pada September 2024 menjadi momen bersejarah bagi umat Katolik di Tanah Air, menandai kunjungan yang ketiga kalinya dari Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik. Sebelumnya, dua Paus terkemuka, yakni Paulus VI dan Yohanes Paulus II, juga sempat menginjakkan kaki di Indonesia, meninggalkan warisan yang mendalam dalam hubungan antara Vatikan dan negara yang terkenal akan keragaman budaya dan agama ini.
Paus Paulus VI adalah Paus pertama yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 1970. Kunjungan ini memang bukan merupakan kunjungan kenegaraan, namun tetap disambut meriah oleh umat Katolik di seluruh negeri. Saat itu, Presiden Soeharto menyambut kedatangan Paulus VI dengan penuh antusiasme, yang menunjukkan komitmen Indonesia untuk menjalin hubungan baik dengan Vatikan. Meskipun tidak semua rakyat Indonesia adalah umat Katolik, perhatian dan sambutan hangat kepada Paus ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia menghargai upaya untuk memperluas dialog antaragama dan mempererat hubungan internasional.
Di tahun 1989, Indonesia kembali mendapat kehormatan ketika Paus Yohanes Paulus II mengunjungi negara ini selama lima hari. Kunjungan ini ditujukan untuk memperkuat iman umat Katolik di Indonesia dan mendorong dialog antaragama, memanfaatkan keanekaragaman yang ada. Dalam salah satu pernyataannya, Paus Yohanes Paulus II menyebutkan bahwa "Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman agama dan budaya yang sangat kaya." Pesan tersebut menegaskan pentingnya toleransi dan saling menghormati antar umat beragama di negara yang terdiri dari berbagai latar belakang.
Sepanjang sejarah kunjungan dua Paus tersebut, Indonesia telah banyak mengalami dinamika dalam hubungan antarumat beragama. Keberadaan umat Katolik di Indonesia, yang merupakan salah satu minoritas agama, mendorong banyak penyerapan nilai-nilai dialog dan toleransi. Kunjungan Paus tidak hanya memfasilitasi penguatan iman di kalangan umat Katolik, tetapi juga berkontribusi bagi percepatan pembentukan interaksi positif antaragama.
Kedatangan Paus Fransiskus dijadwalkan berlangsung dari tanggal 3 hingga 6 September 2024, yang termasuk dalam serangkaian kegiatan kunjungan Apostolik. Kehadirannya diharapkan dapat memberikan suntikan semangat baru bagi umat Katolik di Indonesia, sembari mengingatkan tentang pentingnya menjaga keberagaman dan toleransi yang telah dibangun sejak lama. Banyak umat yang menyambut kedatangannya dengan penuh harapan bahwa kunjungan ini akan menjadi jembatan perdamaian dan dialog.
Romo Heri Wibowo, Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), menyampaikan bahwa hadirnya Paus Fransiskus membawa pesan penting tentang iman, persaudaraan, dan kasih sayang di tengah masyarakat yang beragam. Menurut Romo Heri, kehadiran Paus diharapkan dapat menginspirasi individu dan masyarakat untuk hidup dalam suasana saling menghormati, damai, dan penuh kasih sayang.
Dalam berbagai pidato dan pernyataan, Romo Heri juga menekankan bahwa iman memanggil setiap orang untuk melihat orang lain sebagai saudara yang harus didukung dan dicintai, terutama kepada mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman yang holistik dalam konteks keberagaman, termasuk perlunya upaya menjaga kelestarian lingkungan sebagai bagian dari akuntabilitas sosial umat beragama.
Kunjungan Paus dengan agenda dialog antaragama dan pelestarian lingkungan pada tahun 2024, diharapkan membawa nuansa baru, menemukan kembali panggilan iman di era yang penuh tantangan. Indonesia, sebagai negara yang memiliki beragam agama seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Bud ha, Konghucu, serta Penganut Kepercayaan, merupakan laboratorium nyata untuk mempraktikkan toleransi beragama. Dialog antaragama yang dijalin selama ini diharapkan dapat menjadi platform untuk membangun rasa saling menghormati dan memahami, tidak hanya di kalangan umat Katolik, tetapi juga kepada kelompok agama lainnya.
Melihat kembali jejak kunjungan Paus Paulus VI dan Paus Yohanes Paulus II, kini umat Katolik Indonesia berada pada titik penting untuk menyambut kehadiran Paus Fransiskus. Kunjungan ini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga merupakan langkah strategis untuk memperkuat keberagaman dan meneguhkan komitmen Indonesia dalam menjunjung tinggi toleransi antarumat beragama. Berbagai organisasi antaragama juga menunjukkan kesiapan dan dukungan untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus sebagai momentum berharga dalam sejarah agama di Indonesia.
Dengan antusiasme dan harapan tinggi dari berbagai kalangan, kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia diharapkan dapat mengukir prestasi baru dalam hubungan Vatikan dan Indonesia. Melalui dialog dan interaksi yang positif, umat Katolik dan masyarakat luas diharapkan bisa merasakan dampak yang lebih signifikan dalam kerukunan hidup beragama, serta menggali potensi untuk saling bersinergi dalam menghadapi berbagai tantangan di dunia yang semakin terpolarisasi. Kunjungan ini seakan mengingatkan kita bahwa meskipun berbeda, kita semua bersatu dalam nilai-nilai kemanusiaan yang sama.