Pendidikan

Dokter UNAIR Ungkap Fakta-Fakta Penting Gejala Ingin Bunuh Diri yang Perlu Diketahui Masyarakat

Bunuh diri merupakan suatu isu serius yang melibatkan berbagai faktor kompleks, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang gejala-gejalanya sangat penting untuk penanganan yang tepat. Damba Bestari Sp KJ, seorang dokter spesialis kejiwaan dari Universitas Airlangga (UNAIR), memberikan penjelasan mengenai fenomena munculnya keinginan bunuh diri yang bisa terjadi pada berbagai kalangan, tidak terbatas pada mereka yang mengalami depresi.

Dalam sebuah podcast yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran UNAIR, Damba menjelaskan bahwa keinginan untuk bunuh diri bukan hanya dialami oleh individu yang berada dalam kondisi depresi. Banyak faktor yang dapat memengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan ekstrem ini. Salah satu indikator kuat mengenai kerentanan seseorang terhadap bunuh diri adalah riwayat bunuh diri sebelumnya, baik pada individu itu sendiri maupun dalam keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki riwayat atau lingkungan dekat yang mengalami kasus bunuh diri cenderung lebih rentan.

Dalam konteks global, Damba mencatat bahwa jumlah kematian akibat bunuh diri lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Meskipun demikian, ia juga mengingatkan bahwa tidak ada satu penyebab tunggal yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena ini.

Usia juga menjadi salah satu faktor penting dalam kemunculan ide bunuh diri. Damba mengungkap bahwa ide ini biasanya muncul pada individu berusia belasan hingga 20 tahun. Namun, trennya menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada orang-orang yang lebih tua, khususnya mereka yang berusia di atas 75 tahun. “Keterhubungan sosial menjadi sangat penting. Ketika seseorang mulai merasakan kesepian karena kehilangan teman sebaya atau mengalami penyakit kronis, maka kemunculan ide bunuh diri semakin mungkin,” jelas Damba.

Dalam konteks wilayah Asia, ia menekankan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam rasio kerentanan bunuh diri antara pria dan wanita. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh faktor sosial dan budaya yang berbeda dibandingkan dengan wilayah lainnya.

Riwayat keluarga dan faktor genetik turut berperan dalam meningkatnya kecenderungan individu untuk mengalami ide bunuh diri. Damba mengungkapkan bahwa terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, seluruh anggota keluarga dapat terlibat dalam kasus bunuh diri. Meskipun teori ini menarik, ia masih menjadi bahan perdebatan dan memerlukan penelitian lebih lanjut. “Apakah fenomena ini bersifat genetik, biologis, atau lebih kepada pemelajaran sosial dan menjadi coping mechanism untuk menghadapi situasi sulit masih perlu diteliti,” paparnya.

Pentingnya program pencegahan bunuh diri menjadi semakin krusial seiring dengan meningkatnya kasus ini di berbagai kalangan. Damba menekankan perlunya pendekatan komprehensif yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat, termasuk pendidikan tentang kesehatan mental, program dukungan emosional, dan akses ke layanan kesehatan mental yang memadai.

Mengingat kesehatan mental merupakan elemen vital dalam kualitas hidup seseorang, pengetahuan tentang gejala dan tanda-tanda awal keinginan untuk bunuh diri bisa menjadi langkah awal dalam mencegah tragedi ini. Menurut Damba, keluarga, teman, dan lingkungan sekitar memiliki peran penting dalam mengenali tanda-tanda ini.

“Seringkali, orang-orang di sekitar mereka yang berisiko tidak menyadari apa yang terjadi, atau mereka merasa tidak dapat berbuat banyak untuk membantu. Komunikasi yang terbuka dan kehadiran sosial yang kuat sangat diperlukan,” ujar Damba, menegaskan pentingnya dukungan dari orang-orang terdekat.

Statistik bunuh diri menunjukkan bahwa fenomena ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang harus ditangani dengan serius. Dalam beberapa penelitian, kasus bunuh diri sering kali terkait dengan kondisi kesehatan mental tertentu, tetapi Damba memperingatkan bahwa tidak semua orang yang mengalami masalah mental berpotensi untuk melakukan bunuh diri. Hal ini menunjukkan perlunya pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi mental dan pengenalan tanda-tanda yang lebih halus.

Berdasarkan pengamatan Damba, dukungan psikososial dan pendidikan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mental sangat krusial. Dengan meningkatkan kesadaran, diharapkan masyarakat dapat lebih peka terhadap isu-isu kesehatan mental dan mencari bantuan pada waktu yang tepat.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa masalah bunuh diri bukanlah persoalan individual semata, tetapi juga merupakan tanggung jawab sosial. Diperlukan kolaborasi antara individu, keluarga, komunitas, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung kesehatan mental.

Selanjutnya, pendidikan tentang gejala dan pencegahan keinginan bunuh diri harus terus digalakkan. Dengan demikian, upaya untuk mencegah kasus bunuh diri dapat dilakukan secara lebih menyeluruh dan efektif, serta menciptakan rasa saling peduli yang lebih besar di dalam masyarakat.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button