Produsen mobil asal China, PT Chery Sales Indonesia, tengah menghadapi tantangan besar dalam memasarkan produk mereka di Indonesia setelah disalip oleh rival sekelasnya, BYD. Dalam sembilan bulan pertama tahun 2024, penjualan wholesales Chery hanya mencapai 6.190 unit, kalah dari BYD yang mencatatkan penjualan optimal sebesar 8.536 unit hanya dalam waktu empat bulan. Peringkat teratas masih dipegang oleh Wuling dengan angka penjualan 13.914 unit dalam kurun waktu yang sama.
Chery, yang sebelumnya berada di jalur pertumbuhan, kini melihat perlunya penyesuaian strategi untuk tetap bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Asisten Presiden Direktur Chery Sales Indonesia, Zeng Shuo, menekankan pentingnya memperluas jaringan diler sebagai salah satu langkah strategis perusahaan. Pada tahun 2023, Chery hanya memiliki sekitar 20 diler, tetapi target tahun ini adalah untuk meningkatkan jumlah tersebut menjadi sekitar 40 diler. Pembukaan diler baru di kota-kota besar seperti Samarinda, Banjarmasin, dan Pontianak diharapkan dapat meningkatkan visibilitas dan aksesibilitas produk Chery di kalangan konsumen.
Dalam konteks pasar yang kompetitif, perluasan jaringan diler adalah taktik yang krusial. Zeng Shuo mengonfirmasi, “Pada tahun ini juga ada satu diler yang akan selesai di Jayapura.” Hal ini merupakan bagian dari upaya Chery untuk menargetkan hingga 50 cabang diler di seluruh Indonesia pada akhir 2024. Dengan meningkatnya jumlah diler, perusahaan berharap dapat meningkatkan layanan purnajual, yang merupakan salah satu kunci untuk mempertahankan konsumen di tengah ketatnya persaingan.
Di samping memperluas jaringan, Chery juga berencana untuk meningkatkan layanan purnajual atau aftersales service kepada konsumen. Menurut Shuo, “Target penjualan kami tahun ini di atas 1.000 unit per bulan. Artinya, sekitar 10.000 unit hingga 11.000 unit sampai akhir 2024.” Ambisi tersebut menunjukkan keyakinan Chery dalam kemampuannya untuk menarik lebih banyak pelanggan, meskipun harus menghadapi merek-merek lain yang juga semakin kuat di Indonesia.
Strategi Chery juga mencakup diversifikasi produk. Perusahaan ini menghadirkan berbagai model baru, tidak hanya mobil listrik tetapi juga kendaraan bermesin internal (ICE). Di antara produk baru tersebut adalah Tiggo 8 yang merupakan SUV 7-seater dengan harga di bawah Rp400 juta. Menurut Shuo, “Kita bikin model ini seperti satu potensial untuk pasar Indonesia,” yang mengindikasikan bahwa mereka memahami kebutuhan lokal yang berfokus pada harga terjangkau dan kapasitas mobil keluarga.
Rencana jangka panjang Chery mencakup pembangunan pabrik sendiri yang akan memproduksi baterai EV. Pabrik ini dijadwalkan untuk mulai beroperasi pada tahun 2026, yang akan memperkuat kapasitas produksi dan mengurangi ketergantungan pada pemasok. Investasi ini mencerminkan komitmen mereka terhadap kendaraan listrik dan keberlanjutan.
Meskipun disalip oleh BYD dalam hal penjualan, keberhasilan Chery tidak bisa dipandang sebelah mata. Penjualan ritel mereka melonjak 93% year-on-year (YoY) menjadi 5.969 unit pada Januari hingga September 2024, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencatat 3.087 unit. Lonjakan ini bisa jadi indikator bahwa meskipun tantangan ada, konsumen mulai memperhatikan merek ini.
Dengan berbagai langkah strategis yang diambil, termasuk pengembangan produk yang sesuai dengan selera dan kebutuhan pasar lokal, serta perluasan jaringan dealer dan layanan purna jual, Chery yakin bisa kembali bersaing dan bahkan melampaui pesaing mereka. Di tengah pertumbuhan kendaraan listrik yang semakin pesat dan peningkatan kesadaran akan pentingnya transportasi ramah lingkungan, Chery berusaha untuk menempatkan diri dalam posisi yang lebih kuat di pasar otomotif Indonesia.
Dengan perkembangan yang ada, menarik untuk melihat bagaimana Chery akan mendayagunakan strategi-strategi ini untuk tidak hanya mengejar ketertinggalan dari BYD, tetapi juga untuk mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pilihan utama konsumen di Indonesia. Inovasi, perluasan jaringan, dan fokus pada kebutuhan lokal menjadi sentral dari upaya mereka untuk memenangkan hati konsumen dan mempertahankan daya saing di industri otomotif yang terus berubah.