Otomotif

Di Balik Sepinya Peminat Motor Listrik: Apakah Harga Sekunder Anjlok Jadi Penyebab Utama?

Minat terhadap motor listrik di Indonesia dilaporkan masih cukup rendah, dan salah satu faktor utama penyebabnya adalah anjloknya harga jual kembali di pasar sekunder. Hal ini disampaikan oleh Asosiasi Electric Mobility Listrik (AEML) yang secara tegas menyoroti tantangan yang dihadapi oleh konsumen potensial yang masih ragu untuk beralih dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik.

Sekretaris Jenderal AEML, Rian Ernest, menjelaskan bahwa ketidakpastian mengenai pasar sekunder untuk motor listrik di Indonesia membuat calon konsumen merasa tidak nyaman untuk berinvestasi dalam kendaraan yang relatif baru ini. Menurut Rian, banyak orang membeli motor dengan mempertimbangkan nilainya sebagai aset. "Apa itu secondary market? Kalau beli motor itu, menganggap seperti aset. Kalau saya beli lalu dijual sebulan lagi, misalnya, inginnya turun sedikit," ungkap Rian di kawasan SCBD Jakarta.

Sebagian besar masyarakat Indonesia masih berpegang pada konsep nilai jual kembali yang stabil ketika berinvestasi dalam kendaraan konvensional. Ini bertentangan dengan realitas motor listrik yang cenderung mengalami depresiasi lebih cepat. Rian menjelaskan bahwa di banyak negara, pembelian kendaraan dianggap lebih sebagai biaya operasional (opex) daripada investasi jangka panjang. "Begitu dibeli dan dibawa pulang, pasti harganya sudah turun 30 persen, dan itu normal," tambahnya.

Kondisi yang berbeda terjadi di pasar motor bekas untuk kendaraan konvensional di Indonesia yang terus menunjukkan performa baik. Rian berpendapat bahwa stabilitas harga di pasar sekunder untuk motor konvensional memberikan kepercayaan lebih bagi konsumen untuk melakukan pembelian. "Indonesia lumayan unik pasarnya. Secondary market untuk motor konvensional masih cukup baik. Harganya masih bagus," jelasnya.

Menyusuri lebih lanjut mengenai insentif yang diberikan pemerintah, Rian memuji langkah-langkah yang diambil untuk meningkatkan penjualan motor listrik. Di antaranya adalah insentif berbentuk subsidi sebesar Rp7 juta per unit yang bertujuan untuk mendorong adopsi vehicle listrik. Rian berharap agar insentif ini terus berlanjut, terutama dalam koalisi pemerintahan yang baru yang mencakup Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada periode 2024-2029.

Dia menekankan pentingnya keberlanjutan insentif ini, menyatakan bahwa pelaku usaha sudah terbiasa dengan sistem reimbursement yang berlaku saat ini. "Publik juga sudah melihat ada insentif Rp7 juta ini. Kalo di-stop, momentumnya bisa hilang," harap Rian.

Rian juga menyampaikan bahwa AEML aktif menjalin komunikasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) serta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk memastikan keberlanjutan insentif tersebut. Dia berharap bahwa dengan adanya dukungan dari pemerintah, minat konsumen terhadap motor listrik dapat meningkat, sehingga pasar bisa berkembang dengan lebih baik.

Sementara itu, meskipun tantangan mengenai harga sekunder masih menjadi perhatian utama, ada harapan di kalangan pelaku industri bahwa dengan edukasi yang tepat dan perbaikan dalam infrastruktur pendukung, seiring waktu, masyarakat akan semakin terbiasa dengan kendaraan listrik dan mulai melihatnya sebagai solusi transportasi masa depan yang layak.

Berbagai kendala tetap dihadapi, namun langkah-langkah strategis yang diambil AEML dan dukungan pemerintah diharapkan tidak hanya akan meningkatkan minat konsumen untuk membeli motor listrik tetapi juga membantu menciptakan pasar sekunder yang lebih stabil. Ini akan memungkinkan motor listrik untuk bersaing lebih baik dengan kendaraan konvensional di pasar Indonesia yang semakin kompetitif. Masyarakat perlu diberikan informasi yang cukup mengenai keuntungan menggunakan motor listrik, baik dari segi biaya operasional maupun dampaknya terhadap lingkungan.

Bagi konsumen, apa yang menjadi perhatian adalah bagaimana kendaraan listrik dapat menjadi investasi yang lebih menjanjikan di masa depan. Sebagai bagian dari adaptasi dalam era baru mobilitas berkelanjutan, penting bagi pemerintah dan para pelaku industri untuk mengedukasi publik tentang manfaat dan cara perawatan kendaraan listrik yang benar, agar masyarakat tak merasa ragu.

Dengan kombinasi edukasi, insentif yang berkelanjutan, dan peningkatan infrastruktur, diharapkan peminat motor listrik di Indonesia dapat meningkat, dan pasar sekunder untuk kendaraan ini juga dapat berkembang, sehingga menawarkan nilai jual kembali yang lebih menarik bagi konsumen. Harapan ini tak hanya berdampak pada industri otomotif, tetapi juga berkontribusi pada upaya Indonesia untuk memperbaiki lingkungan dan mewujudkan tujuan keberlanjutan yang lebih luas.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button