Pendidikan

Dekan FK Undip Konfirmasi Dokter Prathita Terlibat Kasus Perundungan terhadap Junior

Kasus dugaan perundungan yang melibatkan dokter Prathita Amanda Aryani, seorang mahasiswi senior Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip), menjadi sorotan publik setelah viral di media sosial, terutama platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter). Nama Prathita semakin mencuat di tengah isu yang lebih besar mengenai dugaan bunuh diri mahasiswi PPDS Undip, Aulia Risma Lestari, yang dikabarkan mengalami tekanan psikologi berat akibat perundungan.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Yan Wisnu Prajoko, memberikan penjelasan terkait kasus ini. Dalam konferensi pers daring yang digelar pada Jumat, 23 Agustus 2024, Wisnu mengonfirmasi bahwa Prathita saat ini masih berstatus mahasiswi di tahun keempat program studi bedah. Ia mengakui bahwa Prathita terlibat dalam tindakan perundungan, walaupun tidak terkait dengan kasus Aulia. “Prathita merundung, betul. Namun, dia melakukannya tiga tahun yang lalu terhadap juniornya,” ungkap Wisnu.

Wisnu juga menambahkan bahwa Prathita telah menanggung konsekuensi dari tindakan tersebut. “Dia sudah disanksi dan sudah diproses. Setelah kejadian itu, Prathita juga sudah tobat. Walaupun tindakan perundungan ini terjadi satu kali, dia pasti sudah menyesal dan memperbaiki sikapnya,” jelas Wisnu, sembari menekankan bahwa mengaitkan kasus Prathita dengan tragedi Aulia tidaklah logis.

Kisah perundungan yang dilakukan oleh Prathita ini awalnya terungkap melalui tangkapan layar percakapan di WhatsApp, di mana ia terlihat meminta juniornya untuk makan lima bungkus nasi padang di depan kamera. Selain itu, Prathita juga pernah mentransmisikan kata-kata kasar dan melecehkan kepada juniornya melalui pesan WhatsApp. Tindakan ini jelas menunjukkan adanya pola perundungan yang merugikan secara psikologis bagi korban.

Kasus ini menambah daftar panjang masalah bullying di lingkungan pendidikan kedokteran. Bullying di kampus kedokteran bukanlah hal baru. Banyak mahasiswa yang mengalami tekanan mental dan emosional yang cukup serius akibat perlakuan buruk dari senior. Situasi ini tentu mengundang perhatian serius dari pihak-pihak berwenang dalam meningkatkan lingkungan pendidikan yang lebih aman dan mendukung bagi mahasiswa.

Dugaan perundungan terhadap Aulia Risma Lestari, yang berujung pada keputusan tragis untuk mengakhiri hidup, telah menimbulkan banyak reaksi dari publik. Kejadian ini menunjukkan bahwa masalah perundungan tidak hanya berdampak pada hubungan antarsiswa, tetapi juga dapat mengarah pada konsekuensi yang fatal. Di tengah sorotan ini, banyak yang menuntut agar institusi pendidikan lebih bertanggung jawab dalam menangani kasus-kasus serupa.

Pihak Universitas Diponegoro pun telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan lingkungan pendidikan yang lebih aman. Dekan FK Undip menegaskan pentingnya pengawasan dan pembinaan terhadap mahasiswa agar peristiwa serupa tidak terulang lagi di masa depan. Selain itu, keberadaan program konseling psikologis dinilai penting untuk membantu mahasiswa yang tengah mengalami tekanan atau perundungan.

Keberanian mahasiswi untuk berbicara mengenai pengalaman mereka, baik sebagai korban maupun saksi, sangat penting untuk memerangi budaya perundungan ini. Dukungan dari teman, dosen, bahkan alumni institusi tersebut turut dibutuhkan untuk membangun sistem yang lebih baik dalam pendidikan kedokteran, di mana mahasiswa dapat belajar tanpa rasa takut akan perlakuan tidak menyenangkan dari senior.

Upaya pemberantasan perundungan di lingkungan pendidikan kedokteran harus menjadi prioritas. Di banyak negara, termasuk Indonesia, telah ada langkah-langkah untuk memberantas perundungan di institusi pendidikan. Penegakan hukum, pendidikan karakter, dan peningkatan kesadaran di kalangan mahasiswa dan dosen menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman.

Menghadapi situasi saat ini, penting bagi setiap individu di dalam komunitas akademik untuk mengambil bagian dalam menciptakan iklim yang tidak toleran terhadap tindakan perundungan. Membangun rasa empati dan solidaritas di antara mahasiswa, serta mendorong mereka untuk saling mendukung, adalah upaya yang harus dilakukan bersama.

Sementara itu, kasus dokter Prathita akan terus diperhatikan oleh masyarakat, terutama keluarga Aulia yang kini tengah berduka. Masyarakat meminta agar tidak hanya tindakan administratif yang dijatuhkan kepada pihak-pihak yang terlibat, tetapi juga langkah nyata untuk mencegah tindakan perundungan terjadi kembali di masa mendatang.

Kasus ini juga menjadi pengingat bagi semua pihak, bahwa perundungan bukanlah hal sepele. Itu adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dan solusi sistematis agar tidak ada lagi korban yang harus merasakan dampak dari tindakan tersebut. Dengan pengalaman pahit yang dialami Aulia dan pengakuan dari Prathita, semoga ke depan pendidikan kedokteran dapat menjadi tempat yang aman dan berdaya bagi semua mahasiswa.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button