Di tengah kebun salak yang subur di Kendal, Jawa Tengah, terletak SD Negeri 2 Limbangan, sebuah sekolah yang berhasil menghadirkan pendekatan pendidikan yang inovatif dan menyenangkan. Salah satu penggeraknya adalah Tri Susilowati, atau yang akrab disapa Bu Susi, seorang guru yang memelopori penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah tersebut. Melalui pendekatan ini, Bu Susi turut mengubah cara belajar yang dialami oleh para siswa, menjadikan mereka lebih terlibat dalam proses pembelajaran dan memberikan dampak positif bagi komunitas.
Pengalaman Mengajar di Kebun Salak
Bu Susi menjelaskan bahwa sebagian besar siswa di SD Negeri 2 Limbangan adalah anak-anak petani salak. Kesadaran akan latar belakang tersebut menginspirasi Bu Susi untuk menggunakan kebun salak sebagai ruang belajar yang nyata. “Sekolah kami terletak di tengah-tengah kebun salak. Untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, saya mengajak anak-anak untuk datang ke kebun salak dan melihat langsung proses penyerbukan atau perkembangbiakan tanaman salak,” ujarnya. Pendekatan ini tidak hanya membuka wawasan mereka, tetapi juga memperdalam pemahaman siswa tentang ilmu pengetahuan melalui pengalaman langsung.
Tantangan dan Kegiatan Siswa
Sebagai tindak lanjut dari pembelajaran, Bu Susi memberikan tugas kepada siswa untuk membantu orang tua mereka menghitung hasil panen salak. Kegiatan ini tidak hanya menambah pengalaman praktis, tetapi juga mengasah kemampuan analitik siswa. “Meskipun terkesan kompleks, tantangan yang diberikan justru disambut dengan antusias,” tambah Bu Susi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tugas tersebut sulit, siswa dapat menemukan nilai dalam keterlibatan mereka dengan pekerjaan orang tua.
Dukungan dari Orang Tua dan Komunitas
Sambutan positif tidak hanya datang dari siswa namun juga dari orang tua. Para petani salak ini merasa senang melihat anak-anak mereka belajar tentang ajaran yang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Bu Susi menyebutkan, “Kolaborasi dengan orang tua dan teman sejawat menjadi hal yang luar biasa bagi saya. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka adalah kunci untuk memberikan makna lebih dalam proses belajar.”
Manfaat untuk Guru dan Komunitas Belajar
Lebih jauh, penerapan Kurikulum Merdeka tidak hanya menguntungkan siswa. Para guru juga mendapatkan banyak manfaat, termasuk kesempatan untuk berkolaborasi dalam komunitas belajar. Bu Susi merasa bahwa keberadaan komunitas ini mempermudah guru dalam berbagi praktik pengajaran yang baik dan membangun hubungan yang lebih erat. “Saya senang ketika akhirnya kami tidak lagi berjalan sendiri-sendiri. Keterlibatan dalam komunitas belajar membuat kami bisa berkolaborasi untuk memberikan yang terbaik,” ungkap Bu Susi.
Tantangan dalam Praktik Pembelajaran
Namun, perjalanan Bu Susi tidak selalu mulus. Ia pernah mengalami tantangan dari guru-guru senior di sekolah yang merasa bahwa pendekatan yang ia lakukan terlalu rumit. “Saya pernah dalam posisi terpojok ketika tantangan terbesar saya justru datang dari internal sekolah. Mereka merasa praktik saya menyusahkan,” ucapnya. Namun, alih-alih menyerah, Bu Susi menghadapi tantangan ini dengan semangat untuk membuktikan efektivitas metode yang ia terapkan.
Dengan ketekunan, Bu Susi mulai menunjukkan hasil positif dari praktiknya. Melihat sambutan positif dari siswa, guru-guru senior pun mulai menunjukkan ketertarikan untuk menerapkan metode serupa. Bu Susi menyatakan kebahagiaan atas perubahan itu, “Mendapati mereka mulai tertarik dengan teknik yang saya terapkan merupakan pencapaian tersendiri bagi saya.”
Kolaborasi dan Dukungan Rekan Sejawat
Bu Susi juga berusaha memperbarui dan mempercantik modul ajarannya agar mudah diakses oleh rekan-rekan seprofesinya. Ia selalu menekankan betapa pentingnya kolaborasi dengan teman sejawat. “Setiap hari, saya memberikan contoh praktik baik untuk mereka. Kolaborasi dengan teman sejawat memberikan saya rasa memiliki,” katanya. Pendekatan ini membantu membangun ikatan yang lebih kuat di antara para guru dan meningkatkan kualitas pendidikan yang diberikan di sekolah.
Perubahan yang Berkelanjutan
Bu Susi menginginkan agar setiap perubahan dalam pendidikan tetap berkelanjutan. Ia mendorong setiap guru untuk tidak takut melakukan eksperimen dalam pengajaran. “Perubahan adalah sesuatu yang pasti. Mari terus bergerak, tergerak, dan menggerakkan,” serunya, mengajak para pendidik untuk beradaptasi dan berkembang.
Di tengah tantangan dan kesulitan, Bu Susi telah menunjukkan bahwa dengan inovasi, kolaborasi, dan semangat, pendidikan dapat menginspirasi tidak hanya anak-anak, tetapi juga seluruh komunitas. Pengalaman mengajar di kebun salak ini bukan hanya sekadar aktivitas belajar, tetapi juga menjadi jejak perubahan yang dapat dikenang dalam sejarah pendidikan di SD Negeri 2 Limbangan.
Dengan demikian, Bu Susi dan komunitas di dalam SD Negeri 2 Limbangan berhasil memberikan contoh yang nyata bagaimana pendidikan dapat berkontribusi pada perubahan positif dalam masyarakat. Seiring dengan berkembangnya Kurikulum Merdeka, harapan untuk pendidikan yang lebih inovatif dan relevan dengan kehidupan sehari-hari semakin terbuka lebar.