Gaya Hidup

Bongkar Buku Tahunan Jokowi di UGM: Kejanggalan SMA Almamater Jadi Perbincangan Publik

Perbincangan seputar almamater pendidikan Presiden Joko Widodo kembali mengguncang jagat maya, dipicu oleh cuitan dari seorang pengguna media sosial yang dikenal dengan nama Dokter Tifa. Dalam unggahannya di platform X (dulu Twitter), Dokter Tifa mempertanyakan keaslian foto wisuda Jokowi, yang diakuinya bukanlah Jokowi yang sebenarnya. Klaim ini menimbulkan berbagai reaksi di kalangan netizen, terutama terkait dengan asal-usul sekolah menengah atas (SMA) yang diikuti Jokowi.

Klaim dan Bantahan Mengenai Identitas Jokowi

Dokter Tifa melalui akun X-nya mencuitkan informasi yang mencolok, "Mulyono bin Widjiatno Notomihardjo (kiri). Alumni SMA xxzzzrrrblekutuk. Alumni Universitas zzzxxxrrrwokwok," sementara menyebutkan tentang sosok lain, yaitu "Alm Ir. Hari Mulyono (kanan). Alumni SMA 6 Yogyakarta. Alumni Fak Kehutanan UGM." Pernyataan ini tidak hanya menggugah rasa ingin tahu publik tetapi juga menimbulkan keraguan mengenai data asli Presiden Jokowi terkait almamaternya.

Namun, banyak pihak yang keberatan dengan keterangan tersebut. Salah satunya, akun X dengan nama pengguna @anggora95, yang membantah pernyataan Dokter Tifa dengan mengunggah album alumni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada yang menunjukkan identitas Jokowi. Dalam buku tahunan yang diunggah, terdapat informasi penting seperti nama "JOKO WIDODO," tanggal lahir 21 Juni 1961, dan bahkan judul skripsi yang ditulisnya. Angka yang diberikan di halaman 280 buku tahunan menunjukkan foto dan informasi ini dengan cukup jelas.

Kejanggalan Asal SMA

Meskipun informasi dari buku tahunan tersebut tampaknya valid, kontroversi menjadi semakin horisontal ketika perhatian publik beralih ke asal SMA Jokowi. Dalam buku tahunan, tertulis bahwa Jokowi adalah alumni dari SMA Negeri 6 Yogyakarta. Namun, historisnya, banyak yang mengenal bahwa Jokowi merupakan lulusan dari SMA Negeri 6 Solo. Hal ini menjadi penggugah diskusi di media sosial, yang menyoalkan ketidaksesuaian tersebut.

Salah satu pengguna media sosial, @aharifi, mengungkapkan kebingungannya dengan mengatakan, "Katanya lulusan SMA 6 Surakarta, itu kok SMA 6 Yogyakarta? Yang lulusan SMA 6 Yogyakarta itu Harry Mulyono. Take down aja, kak daripada ketahuan boongnya!" Unggahan tersebut langsung menuai banyak komentar dan menambah ketidakpastian di kalangan publik mengenai data mengenai pendidikan Jokowi.

Pandangan Warganet dan Ahli

Melihat semakin berkembangnya perdebatan mengenai kesalahan administratif, banyak netizen memberikan pandangan yang beragam. Ada yang menilai bahwa kesalahan dalam buku tahunan tidaklah mengherankan, dan sangat mungkin merupakan kesalahan cetak. Seorang warganet mencatat, "Tahun segitu akta lahir aja bisa salah tulis, nama ibu gua aja salah tulis, dan baru di benerin tahun 2024. Apalagi ini cuma buku tahunan." Opini ini menyiratkan bahwa banyak yang memahami konteks kesalahan administratif pada waktu itu.

Sementara itu, pengguna lain berkomentar, "Buku alumni itu sangat mungkin salah cetak. Dalam dunia percetakan sangat mungkin terjadinya salah cetak." Ini menunjukkan pemahaman tentang proses pembuatan buku yang dapat memunculkan kesalahan meskipun dalam konteks yang serius seperti buku alumni.

Reaksi dari Lingkungan Pendidikan

Pihak Universitas Gadjah Mada selaku lembaga pendidikan yang memberikan gelar kepada Jokowi dan SMA Negeri 6 Yogyakarta, di mana nama Jokowi disebutkan, belum memberikan tanggapan resmi terkait kontroversi ini. Namun, situasi ini menunjukkan pentingnya ketelitian dalam pendataan calon mahasiswa dan alumni, khususnya ketika identitas individu tersebut dapat mempengaruhi reputasi mereka.

Dampak di Media Sosial

Sosial media menjadi arena di mana informasi dan disinformasi berbaur. Ketika situasi ini berlanjut, pengguna media sosial diharapkan lebih kritis dan teliti dalam menanggapi informasi yang beredar. Apakah Jokowi lulusan SMA Negeri 6 Yogyakarta atau SMA Negeri 6 Solo, publik masih mendiskusikan hal ini sebagai bagian dari pengawasan mereka terhadap pejabat publik.

Sementara meja diskusi di sosial media bergema dengan berbagai argumen, fakta bahwa Jokowi adalah lulusan Fakultas Kehutanan UGM tetap menjadi hal yang tak dapat dipisahkan dari narasi ini. Buku tahunan tetap menjadi dokumen berharga yang mencatat perjalanan seorang individu menuju posisi puncak di pemerintahan Republik Indonesia.

Di sisi lain, kejadian ini mungkin menjadi pengingat bagi publik untuk memperhatikan lebih ketat terhadap kredibilitas informasi dan untuk selalu melakukan verifikasi data, apalagi yang berkaitan dengan sosok yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Ketidakpastian tentang asal usul almamater Jokowi menjadi wujud dari kompleksitas perjalanan sejarah individu dalam politik, yang sering kali dipenuhi dengan pro dan kontra.

Dengan segala perdebatan dan tanya jawab yang muncul seputar identitas Jokowi, akan selalu ada ruang untuk pendalaman informasi lebih lanjut, baik dari pihak-pihak terlibat maupun masyarakat secara umum. Ini adalah bagian dari dinamika politik dan pendidikan yang terus berlangsung dalam konteks pemerintahan modern di Indonesia.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button