Pendidikan

BNN Sarankan Pelajar yang Suka Berantem untuk Jalani Tes Urine Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi DKI Jakarta baru-baru ini mengeluarkan pernyataan penting mengenai kondisi pelajar yang memiliki perilaku berantem dan agresif. Dalam sebuah acara penyuluhan tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba, BNN mengingatkan bahwa perilaku seperti ini bisa menjadi indikator awal penggunaan narkoba. Ketua Tim Pencegahan BNN Provinsi DKI Jakarta, Joko Purnomo, menekankan bahwa pelajar yang menunjukkan sifat emosional berlebihan, seperti mudah marah, suka berkelahi, dan perilaku sosial yang tidak wajar, perlu menjalani pemeriksaan urine.

Menurut Joko, ciri sosial yang umum terlihat pada pengguna narkoba termasuk kebiasaan membuat keributan, kehilangan rasa malu, serta kondisi mental yang mencakup kecurigaan dan ketakutan. "Kalau bertemu, boleh dites urine," ungkapnya dengan tegas. Penggunaan narkoba sering kali dimulai dari percobaan, berkembang menjadi pemakaian yang teratur, dan pada akhirnya berujung kepada ketergantungan.

Dalam penjelasan lebih lanjut, Joko menuturkan bahwa ada juga ciri psikis yang terlihat pada mereka yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Perilaku ini bisa mencakup sensitivitas yang berlebihan, kemudahan tersinggung, hilangnya ingatan, hingga perilaku yang cenderung menyakiti diri sendiri. Hal-hal ini adalah pertanda yang perlu diperhatikan oleh orang tua, pendidik, dan masyarakat.

Dari perspektif fisik, meski penggunaan narkotika jenis suntik telah berkurang, dampak dari penggunaan narkoba seperti putaw (narkotika jenis metamfetamin) sangat berbahaya. "Kalau putaw sudah masuk ke tubuh, pasti kontrak mati," lanjut Joko, menggambarkan bagaimana seriusnya dampak penggunaan narkoba terhadap kesehatan fisik pengguna.

BNN juga mengingatkan bahwa pelajar yang memulai tanpa kecanduan namun berpotensi menuju penggunaan teratur akan mengalami berbagai perubahan perilaku. Mereka mungkin akan menarik diri dari lingkungan sosial, mengalami perubahan pola makan, dan penurunan prestasi belajar. "Kalau sudah teratur pakai dan pecandu, maka layanan kesehatannya rawat inap harus ke Lido, Bogor, Jawa Barat," terang Joko.

Dalam konteks yang lebih luas, prevalensi penyalahguna narkotika di Indonesia menunjukkan angka yang membuat khawatir. Pada tahun 2021, terjadi lonjakan jumlah pengguna menjadi 3,6 juta orang dari 3,41 juta orang pada tahun 2019. Saat ini, jumlah tersebut menurun lagi menjadi 3,3 juta orang pada 2023, tetapi situasi ini masih memerlukan perhatian serius dari seluruh elemen masyarakat.

Jakarta menjadi salah satu area yang cukup memprihatinkan, tercatat sebagai peringkat ketiga secara nasional dalam penyalahgunaan narkotika dengan jumlah 195 ribu orang pengguna. Sementara itu, Sumatera Utara memegang posisi pertama dengan jumlah pengguna narkotika mencapai 1,7 juta orang. Di tengah situasi ini, Joko mengimbau masyarakat untuk aktif terlibat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah narkoba, terutama dalam lingkungan pendidikan.

Berdasarkan data yang diberikan oleh Joko, penting bagi masyarakat untuk dapat membedakan antara perilaku agresif yang bersifat sementara dan yang berpotensi menjadi masalah serius. "Kita harus lebih peka dan peduli. Jika melihat pelajar yang berperilaku tidak wajar, lebih baik mereka diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penggunaan narkoba," katanya.

Ada harapan bahwa dengan adanya kolaborasi antara orang tua, pendidik, dan institusi kesehatan, prevalensi penyalahgunaan narkoba dapat ditekan secara signifikan. Program-program penyuluhan dan deteksi dini yang digagas oleh BNN, seperti yang berlangsung baru-baru ini, diharapkan dapat menyentuh lebih banyak pelajar dan lingkungan.

Joko Purnomo menekankan pentingnya partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Dia memohon kepada orang tua dan guru agar lebih tanggap dalam mengawasi perilaku anak, serta memberikan dukungan moral yang kuat. "Jangan menunggu hingga terlambat. Mari kita jaga generasi muda kita dari ancaman narkoba," pesannya.

Dari data yang diperoleh, penyalahgunaan narkoba tidak hanya berdampak pada individu tetapi juga dapat mengganggu stabilitas sosial. Masyarakat sangat diharapkan untuk turut berperan dalam memberikan edukasi anti-narkoba kepada pelajar. Dengan cara ini, pelajar yang terjebak dalam perilaku negatif dapat diselamatkan sebelum terlanjur jauh.

Melihat fenomena ini, BNN berencana untuk terus melakukan sosialisasi dan pemeriksaan random di sekolah-sekolah, agar generasi muda yang akan datang bisa bebas dari pengaruh buruk narkoba. Selain itu, kegiatan yang lebih interaktif dan melibatkan pelajar dalam program penanganan bisa menjadi langkah efektif. "Kami ingin mendekatkan diri kepada mereka dan menjadikan mereka pahlawan bagi diri mereka sendiri serta bagi lingkungan mereka," tutup Joko Purnomo.

Dengan semua inisiatif ini, harapan untuk mengurangi angka penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar di DKI Jakarta dan seluruh Indonesia sangat mungkin untuk diwujudkan. Adanya kesadaran yang kuat dan kolaborasi berbagai pihak menjadi kunci dalam melindungi generasi muda dari bahaya narkoba dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button