Otomotif

BMW Ungkap Tantangan Penjualan Mobil Listrik di Indonesia, Ini Kata Para Ahlinya

BMW Indonesia terbuka mengenai tantangan yang dihadapi dalam menjual kendaraan listrik (EV) di Indonesia, terutama di tengah maraknya merek mobil listrik asal China yang semakin populer di pasar. Menurut Director of Communications BMW Group Indonesia, Jodie O’Tania, tantangan terbesar dalam menjual EV adalah menghadapi keraguan konsumen mengenai keandalan mobil listrik untuk penggunaan sehari-hari dan jarak jauh.

Jodie menyatakan bahwa banyak calon konsumen yang baru pertama kali bertransisi ke kendaraan listrik. Masih ada kekhawatiran di antara mereka terkait daya tahan baterai serta minimnya infrastruktur pengisian daya yang ada. "Meskipun edukasi mengenai kendaraan listrik telah dilakukan sejak lama, tetapi masih banyak yang meragukan. Apa lagi jika mereka ingin bepergian keluar kota, apakah aman atau tidak? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang perlu kami sampaikan kepada publik," ujarnya dalam sebuah acara di Jakarta.

Salah satu indikator kekhawatiran tersebut adalah pertanyaan seputar penggantian baterai yang perlu dilakukan setiap delapan tahun. Jodie menekankan pentingnya komunikasi yang baik untuk mengatasi keraguan ini, agar konsumen merasa aman dan nyaman dalam memilih kendaraan listrik.

Dari sisi persaingan, BMW tidak menutup mata terhadap kemunculan merek-merek mobil listrik dari China yang telah memasuki pasar Indonesia dengan agresif. Menurut Jodie, meski BMW telah berdiri lebih dari seabad, merek asal Jerman ini tetap harus bersiap menghadapi kompetisi yang semakin ketat. "BMW sudah beroperasi selama 108 tahun dan telah menghadapi banyak krisis dan persaingan. Namun, kompetisi ini tidak selalu negatif. Kami percaya bahwa kehadiran merek baru tidak langsung menghapus keberadaan merek yang telah lama berdiri," tuturnya.

BMW telah mengambil langkah strategis dengan meluncurkan model i5 Touring dalam segmen kendaraan listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV). Mobil ini dibanderol seharga Rp2,2 miliar off the road, dan diharapkan dapat menarik perhatian konsumen yang lebih memilih mobil ramah lingkungan dengan performa tinggi.

Namun, dalam menghadapi persaingan, merek-merek China menunjukkan kekuatan yang signifikan di pasar otomotif Indonesia. Menurut data Gaikindo, penjualan mobil merek China selama Agustus 2024 mencapai 6.368 unit, dan secara total, penjualan mobil asal Cina dari Januari hingga Agustus 2024 sudah mencapai 28.817 unit. Terlihat bahwa Wuling memimpin penjualan dengan total 11.910 unit dalam delapan bulan pertama tahun ini, diikuti oleh BYD yang mencatatkan penjualan 6.461 unit dalam waktu singkat, menggusur posisi Chery yang berada di urutan ketiga dengan penjualan 5.517 unit.

Untuk merek BYD sendiri, terdapat beberapa model yang sudah tersedia di pasar Indonesia, seperti BYD M6 di segmen MPV, BYD Atto 3 di segmen SUV, serta sedan BYD Seal. Di sisi lain, Wuling juga aktif merilis produk seperti Wuling Air ev dan Wuling Binguo EV untuk segmen BEV, sekaligus meluncurkan Wuling Almaz Hybrid dalam segmen hybrid.

Dengan total sepuluh merek mobil listrik asal China yang saat ini beroperasi di Indonesia, BMW menyadari pentingnya pergantian strategi dan inovasi untuk mempertahankan posisinya di pasar. Jodie menegaskan bahwa meskipun merek-merek baru mendapat perhatian, BMW memiliki loyalitas dari pelanggan setia yang telah bersama perusahaan selama bertahun-tahun. "Keberadaan merek baru tidak dapat langsung menggeser merek yang sudah lama. Pelanggan kami tahu apa yang kami tawarkan dan yakin dengan kualitas produk kami," ujarnya.

Ke depan, BMW berencana untuk terus melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai kami EV. Menurut Jodie, dengan informasi yang benar, konsumen akan lebih terbuka untuk mempertimbangkan mobil listrik sebagai alternatif yang layak dan memenuhi kebutuhannya. Mereka ingin membuat pengalaman berkendara dengan EV menjadi lebih menyenangkan, tanpa rasa khawatir akan berbagai isu yang sering kali muncul seperti konektivitas, performa, dan keandalan.

Strategi BMW di Indonesia juga termasuk peningkatan dalam infrastruktur pengisian daya yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Dengan dukungan infrastruktur yang memadai, diharapkan akan memudahkan konsumen dalam mengakses layanan pengisian listrik, sekaligus memberikan rasa aman yang lebih tinggi bagi calon pemilik EV. Tantangan ini, ditambah dengan maraknya kompetisi dari merek asal China, menuntut BMW untuk adaptif dan inovatif.

Dengan semua tantangan tersebut, BMW Indonesia berkomitmen untuk terus memperkuat posisinya di pasar dengan memanfaatkan sejarah panjangnya, pengalaman dalam industri otomotif, serta inovasi berkelanjutan dalam teknologi kendaraan listrik. BMW percaya bahwa dengan pendekatan yang tepat, mereka akan dapat mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu pelopor dalam industri kendaraan mewah dan listrik di Indonesia.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button