Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden baru-baru ini melakukan percakapan via telepon yang membahas berbagai isu penting, termasuk konflik di Ukraina dan situasi sosial-politik di Bangladesh. Pembicaraan ini diadakan pada hari Senin dan mencerminkan sinergi dalam pandangan kedua pemimpin mengenai kedua isu tersebut.
Modi dan Biden Sepakat pada Pendekatan Diplomasi untuk Ukraina
Modi sebelumnya sempat memicu kontroversi dengan kunjungannya ke Moskow yang memeluk Presiden Rusia Vladimir Putin, yang dianggap sebagai sikap tidak memihak terhadap Ukraina. Setelah kunjungannya ke Rusia, ia juga melakukan kunjungan ke Kyiv, di mana dia menyampaikan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahwa "tidak ada masalah yang seharusnya diselesaikan di medan perang." Pernyataan ini menunjukkan komitmennya untuk mencari solusi damai dalam konflik yang telah mengakibatkan banyak kerugian bagi Ukraina dan masyarakat global.
Dalam percakapan dengan Biden, Modi mengulangi posisi konsisten India yang mendukung dialog dan diplomasi terkait penyelesaian konflik ini. Ia menekankan pentingnya pemulihan stabilitas dan perdamaian di kawasan yang terpengaruh oleh perang ini. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, mengungkapkan bahwa AS mendukung setiap upaya yang ingin membantu Zelensky dalam mencapai perdamaian. Kirby mengungkapkan, "Kami menyambut baik negara mana pun yang ingin membantu Presiden Zelensky bekerja menuju perdamaian yang adil," menunjukkan bahwa Washington menghargai dukungan global terhadap Ukraina.
Pada kesempatan tersebut, Gedung Putih merilis ringkasan percakapan antara Modi dan Biden, di mana Biden memuji upaya India dalam menyampaikan "pesan perdamaian dan dukungan kemanusiaan yang berkelanjutan untuk Ukraina, termasuk di sektor energi." Di sisi lain, Modi dan Biden sepakat bahwa penyelesaian konflik harus dilakukan sesuai dengan hukum internasional dan berdasarkan Piagam PBB, yang merupakan kerangka kerja penting dalam hubungan antarnegara.
Tuntutan Zelensky untuk Mengembalikan Wilayah yang Direbut
Presiden Zelensky sendiri sebelumnya telah menyuarakan dukungan untuk pengembalian semua wilayah yang dirampas oleh Rusia setelah invasi pada Februari 2022. Meskipun India menjalin hubungan yang lebih erat dengan AS, negara ini tetap menolak bergabung dengan sanksi yang diterapkan terhadap Moskow. Sebaliknya, India memanfaatkan kesempatan ini untuk mengimpor minyak dengan harga lebih murah dari Rusia, menyiratkan sikap pragmatis yang diambil oleh New Delhi dalam memberikan respons terhadap situasi global.
Mengamati Situasi di Bangladesh
Selain membahas tentang Ukraina, Modi dan Biden juga menempatkan perhatian mereka pada situasi di Bangladesh. Eks Perdana Menteri Sheikh Hasina, yang merupakan sekutu dekat India, terpaksa melarikan diri ke India bulan lalu setelah terjadi protes massal yang menentang pemerintahan yang dianggap semakin otoriter. Protes tersebut mengindikasikan ketidakpuasan yang semakin mendalam di kalangan orang-orang Bangladesh terhadap kepemimpinan Hasina.
Dalam konteks ini, Modi dan Biden menekankan pentingnya pemulihan hukum dan ketertiban di Bangladesh serta menjamin keselamatan dan keamanan bagi komunitas minoritas, khususnya umat Hindu yang menjadi sasaran serangan setelah jatuhnya Hasina. Laporan menunjukkan terjadinya peningkatan serangan terhadap umat Hindu di Bangladesh, sebuah negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Namun, pasca jatuhnya Hasina, situasi keamanan dikabarkan telah membaik secara signifikan.
Meskipun pemerintahan Hasina sebelumnya mendapat kritik dari AS terkait kemunduran demokrasi dan hak asasi, Washington tetap berhati-hati untuk tidak berseteru secara terbuka dengan India. Hal ini dikarenakan India memiliki kepentingan yang lebih besar di Bangladesh, dan hubungan antara kedua negara tersebut tetap menjadi pertimbangan penting dalam kebijakan luar negeri AS.
Dinamika Besar yang Mernentukan Stabilitas Kawasan
Dialog yang dilakukan Modi dan Biden mencerminkan kepentingan bersama untuk menjaga stabilitas di kawasan yang terdampak oleh konflik, baik di Eropa Timur melalui konflik Ukraina maupun di Asia Selatan melalui peristiwa yang terjadi di Bangladesh. Pendekatan diplomasi yang diusung kedua pemimpin menunjukkan usaha untuk memfasilitasi dialog yang lebih luas, di mana semua pihak dapat terlibat dalam proses perdamaian.
Dalam kondisi ketegangan internasional yang terus meningkat, komunikasi seperti ini menunjukkan bahwa ada ruang untuk kerjasama dan saling pengertian di antara negara-negara besar. Pentingnya dialog dan diplomasi, yang ditekankan oleh kedua pemimpin, jadi kunci dalam meredakan ketegangan dan mencari solusi yang adil bagi semua pihak yang terlibat.
Percakapan antara Modi dan Biden ini bukan hanya sekadar mendiskusikan isu lokal, tetapi juga membuka pintu bagi potensi kerjasama lebih lanjut untuk masa depan. Ketidakstabilan yang terjadi di sejumlah kawasan di dunia menuntut respons yang kolaboratif dari para pemimpin global, dan sangat mungkin percakapan ini menjadi cikal bakal dari inisiatif-inisiatif yang lebih besar untuk mengatasi tantangan yang ada.