Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, baru-baru ini melakukan pertemuan signifikan di White House dengan Amos Hotchstein, Koordinator Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) untuk Kemitraan Infrastruktur dan Investasi Global. Dalam pertemuan tersebut, Luhut mengungkapkan keyakinan bahwa Prabowo Subianto, yang terpilih sebagai Presiden, akan melanjutkan kebijakan dan program yang telah ditetapkan oleh Joko Widodo (Jokowi).
Luhut menyampaikan bahwa transisi pemerintahan akan berlangsung lancar, mengingat ada hubungan yang baik antara Prabowo dan Jokowi. "Dalam kesempatan itu, saya menyampaikan bahwa transisi akan berjalan dengan sangat baik sekali, karena keduanya saling mengenal dan saling mendukung program satu sama lain," ungkap Luhut dalam sebuah unggahan di Instagram pada 30 September 2024.
Kehadiran Luhut di Washington tidak hanya untuk membahas transisi kepemimpinan, tetapi juga untuk menjaga keberlanjutan hubungan baik antara Indonesia dan Amerika Serikat. Luhut menegaskan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo tidak akan banyak berubah. Ia menambahkan, "Saya meyakinkan Amos bahwa kebijakan luar negeri di era Presiden terpilih juga akan sama bersahabatnya dengan pemerintahan sebelumnya. Di mana kita sama-sama saksikan hari ini, Presiden terpilih Prabowo sudah mulai berkunjung ke beberapa negara tetangga."
Di samping pertemuan di White House, Luhut juga bertemu secara langsung dengan Presiden Joe Biden di acara Bloomberg Global Business Forum. Pertemuan ini penting dalam upaya memperkuat hubungan bilateral dan memastikan adanya kesinambungan dalam kerjasama antara kedua negara. "Michael Bloomberg memperkenalkan Presiden Joe Biden kepada saya," kata Luhut. Ia juga menambahkan bahwa Biden masih ingat percakapan yang pernah dilakukan bersama Jokowi melalui telepon beberapa waktu lalu.
Kunjungan kerja Luhut ini juga menegaskan komitmen Indonesia dalam menghadapi tantangan global, terutama terkait transisi energi dan pembangunan berkelanjutan. Di sisi lain, Indonesia juga berada di garda depan dalam pengembangan proyek-proyek berkelanjutan. Dalam rangkaian kunjungannya, Luhut hadir di Sidang Umum PBB, di mana ia menandatangani Nota Kesepahaman dengan UNDP dan Tony Blair Institute for Global Change. Penandatanganan tersebut bertujuan untuk mendukung Global Blended Finance Alliance (GBFA), yang merupakan inisiatif untuk menutup kesenjangan pembiayaan Sustainable Development Goals (SDG) dan aksi iklim di negara-negara berkembang.
"Indonesia, bersama para mitra global, akan terus berada di garda depan untuk memastikan masa depan yang lebih baik bagi semua," ujar Luhut, menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Dalam konteks transisi kepemimpinan, Luhut menyoroti bahwa Indonesia berada dalam posisi yang kuat untuk melanjutkan program pembangunan berkelanjutan yang telah dikembangkan selama era Jokowi. "Memang ini terhitung baru langkah awal, tapi perlu dicatat bahwa ini adalah momen penting yang menunjukkan komitmen Indonesia sebagai salah satu kekuatan besar dunia dalam energi baru dan terbarukan," ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa di bawah kepemimpinan Prabowo, Indonesia berencana untuk terus berkomitmen pada rencana-rencana yang telah ada, dengan penyesuaian yang mungkin diperlukan untuk menghadapi tantangan baru.
Pendekatan Luhut dalam membangun hubungan baik dengan Amerika Serikat juga menunjukkan sisi diplomasi yang aktif dari Pemerintah Indonesia. Luhut menganggap bahwa kerja sama dengan AS akan menjadi salah satu komponen penting dalam mendukung stabilitas dan perkembangan ekonomi Indonesia menuju era baru. Dengan mengakui pentingnya konstruksi infrastruktur yang berkelanjutan, Indonesia berharap dapat menarik lebih banyak investasi asing termasuk dari AS.
Mempertimbangkan latar belakang ekonomi global yang terus berubah, Luhut optimis bahwa dengan dukungan berbagai pihak, Indonesia akan dapat membangun iklim investasi yang menarik bagi investor asing. Melalui kebijakan yang berkelanjutan dan inklusif, diharapkan Indonesia tidak hanya mampu mencapai target-target pembangunan tetapi juga mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul akibat perubahan iklim.
Luhut juga mengingatkan bahwa proses transisi ini bukan hanya soal pergantian kepemimpinan tetapi juga tentang kesinambungan program-program yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan mengedepankan kerjasama dan kolaborasi antara pemerintah dan pihak swasta, Indonesia bertekad untuk melanjutkan visi besar Jokowi yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju dan berkelanjutan.
Meskipun transisi ke pemerintahan baru di bawah Prabowo masih dalam tahap awal, ada keyakinan yang kuat bahwa kebijakan yang telah dibangun selama ini akan berlanjut tanpa gangguan signifikan. Hal ini disampaikan Luhut sebagai bentuk jaminan kepada publik dan investor bahwa Indonesia tetap pada jalur yang telah ditetapkan.
Dalam menghadapi tantangan global seperti transisi energi, Luhut menekankan bahwa Indonesia tidak ingin hanya menjadi penonton. Negara ini berkomitmen untuk aktif berperan dalam upaya global dan siap untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Dengan lungguhnya kepemimpinan Prabowo yang siap melanjutkan dan mengembangkan kebijakan yang ada, Luhut percaya bahwa masa depan Indonesia akan tetap cerah dan berkelanjutan.
Kehadiran Luhut di berbagai forum internasional dan pertemuan dengan pemimpin dunia adalah bukti nyata dari komitmen Indonesia dalam membangun jaringan diplomatik yang lebih luas. Dengan segala langkah yang diambil, harapan besar tergantung pada kemampuan Prabowo dan timnya untuk mengimplementasikan program dan kebijakan yang telah digariskan. Di atas segalanya, Luhut menekankan pentingnya kerja sama di semua tingkat untuk memastikan bahwa semua pihak berkontribusi dalam mencapai tujuan bersama untuk kesejahteraan bangsa dan dunia.