Pantun adalah salah satu bentuk karya sastra lama yang terkenal di Indonesia. Pantun biasanya terdiri dari empat baris dengan rima akhir yang berulang. Namun, tidak semua jenis puisi atau teks berima dapat disebut sebagai pantun. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai hal-hal yang bukan merupakan ciri dari pantun.
1. Tidak Menggunakan Rima Berulang
Salah satu ciri yang paling khas dari pantun adalah penggunaan rima akhir yang berulang pada setiap barisnya. Misalnya, dalam pantun tradisional, rima akhir yang berulang adalah pada suku kata akhir dari baris pertama dan baris kedua, serta pada suku kata akhir dari baris ketiga dan baris keempat. Sehingga, jika sebuah teks puisi tidak menggunakan rima berulang seperti ini, maka teks tersebut bukan dapat disebut sebagai pantun.
2. Tidak Mengandung Makna Ganda
Pantun terkenal dengan kekayaan maknanya yang seringkali memiliki makna ganda atau memiliki menyirat yang tidak langsung. Makna dari pantun tidak selalu terlihat secara langsung dan seringkali memerlukan pemahaman yang lebih dalam untuk dapat menangkap maksud dari pantun tersebut. Oleh karena itu, jika suatu teks puisi tidak memiliki makna ganda atau tidak memerlukan pemahaman yang lebih dalam, maka teks tersebut bukan dapat disebut sebagai pantun.
3. Tidak Mengandung Pupuh atau Laras
Di dalam sastra Jawa, khususnya dalam bentuk puisi lama, terdapat jenis pembagian yang disebut sebagai pupuh atau laras. Pupuh atau laras ini merupakan aturan atau pola tertentu dalam penyusunan bait puisi. Pantun biasanya tidak mengandung pupuh atau laras seperti pada sastra Jawa tersebut. Jika sebuah teks puisi memiliki struktur atau pola yang mengikuti pupuh atau laras, maka teks tersebut mungkin bukan pantun.
4. Tidak Menggunakan Istilah Perbandingan
Pantun seringkali menggunakan istilah perbandingan untuk menyampaikan makna atau memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Istilah perbandingan ini seperti simile, metafora, atau perumpamaan yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu dengan cara yang menarik dan kreatif. Jika suatu teks puisi tidak menggunakan istilah perbandingan atau tidak memiliki penggunaan bahasa yang kreatif dalam menggambarkan sesuatu, maka teks tersebut bukan dapat dikategorikan sebagai pantun.
5. Tidak Mengandung Larik Pembuka
Pantun biasanya memiliki larik pembuka yang berfungsi sebagai pengantar dari isi dari pantun tersebut. Larik pembuka biasanya berisi tentang hal-hal umum atau narasi pendahuluan sebelum menyampaikan pesan atau makna utama dari pantun tersebut. Jika suatu teks puisi tidak memiliki larik pembuka yang khas seperti pada pantun, maka teks tersebut mungkin bukan dapat disebut sebagai pantun.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa hal yang bukan merupakan ciri dari pantun. Jika sebuah teks puisi tidak memiliki rima berulang, makna ganda, laras, istilah perbandingan, atau larik pembuka, maka teks tersebut kemungkinan bukan dapat dikategorikan sebagai pantun. Oleh karena itu, penting untuk memahami ciri utama dari pantun agar dapat membedakan jenis puisi ini dengan jenis puisi lainnya.