Kesehatan

Bahayakah Operasi Otak Saat Pasien Sadar? Simak Penjelasan Ahli Kesehatan

Metode pembedahan otak yang dilakukan dengan pasien dalam keadaan sadar, yang dikenal sebagai awake brain surgery, telah menjadi terobosan signifikan dalam dunia medis. Teknik ini berkembang untuk menangani berbagai masalah neurologis, terutama tumor otak dan kondisi lainnya. Menurut Dr. Manish Baldia, seorang konsultan bedah saraf di Wockhardt Hospitals Mumbai Central, metode ini memberikan keuntungan besar dalam pemantauan fungsi vital otak selama proses pembedahan.

Pentingnya memantau fungsi otak selama operasi adalah untuk mengurangi risiko defisit neurologis yang mungkin terjadi setelah tindakan pembedahan. Selama prosedur awake brain surgery, tim bedah dapat berinteraksi langsung dengan pasien, memantau berbagai aspek seperti bicara, gerakan, dan sensasi. Dengan cara ini, dokter dapat memastikan bahwa area-area penting di otak, yang mengendalikan fungsi vital, tidak terpengaruh selama operasi.

Prosedur ini mengharuskan pasien untuk tetap terjaga dan melakukan tugas-tugas tertentu. Pasien sering diminta untuk berbicara, menggerakkan anggota tubuh, atau mengenali objek sambil tim bedah melakukan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menentukan lokasi area kritis di otak yang harus dihindari, sekaligus memastikan bahwa pasien tidak mengalami kerusakan fungsi setelah pembedahan.

Keuntungan awake brain surgery juga terlihat pada prosedur Deep Brain Stimulation (DBS), khususnya untuk pasien dengan penyakit Parkinson, tremor, atau distonia. Dalam konteks ini, pasien yang menjalani operasi dapat langsung memberikan umpan balik mengenai efek stimulasi, yang memungkinkan tim bedah untuk menyesuaikan teknik mereka secara real-time. Hal ini tidak hanya meningkatkan keselamatan prosedur tetapi juga optimasi pengangkatan jaringan yang bermasalah, yang pada gilirannya memperkecil kemungkinan timbulnya defisit neurologis.

Namun, sama halnya dengan prosedur bedah lainnya, awake brain surgery tidak sepenuhnya tanpa risiko. Beberapa kemungkinan komplikasi termasuk infeksi, pendarahan, kejang, dan reaksi advers terhadap obat-obatan yang digunakan selama pembedahan.

Aspek psikologis dari pengalaman pasien juga harus diperhatikan. Beberapa pasien mungkin merasa cemas atau takut saat sadar dalam situasi pembedahan, sehingga penting bagi tim medis untuk memberikan dukungan emosional. Dr. Baldia menjelaskan bahwa komunikasi yang baik dengan pasien selama operasi merupakan kunci untuk menciptakan rasa aman dan nyaman. Dengan menjelaskan setiap tahap prosedur dan memberikan instruksi yang jelas, pasien dapat lebih siap dan tenang menghadapi pembedahan.

Di negara-negara maju, awake brain surgery semakin umum digunakan. Banyak rumah sakit besar telah mengadopsi teknik ini, mengingat keberhasilannya yang tinggi dan manfaat yang ditawarkannya. Ketersediaan teknologi dan perlengkapan medis canggih juga berkontribusi terhadap peningkatan kualitas prosedur ini.

Edukasi publik mengenai awake brain surgery juga penting, untuk menghilangkan stigma dan kekhawatiran yang mungkin ada di masyarakat terkait prosedur ini. Banyak pasien yang mungkin tidak menyadari opsi yang ada dan bagaimana metode ini dapat meningkatkan hasil operasi mereka.

Sementara itu, penelitian ke depan di bidang neurologi berpotensi membuka lebih banyak kemungkinan dalam penggunaan awake brain surgery. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami lebih dalam efek jangka panjang dari prosedur ini, serta untuk mengembangkan teknik-teknik baru yang mungkin menjadikan operasi otak lebih aman dan efektif.

Secara keseluruhan, awake brain surgery merupakan inovasi medis yang menjanjikan dalam menangani masalah neurologis. Dengan memberikan kontrol lebih besar kepada tim bedah dan meminimalkan risiko bagi pasien, metode ini mengharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik bagi banyak orang di seluruh dunia.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button