Malnutrisi adalah masalah kesehatan yang serius dan menjadi perhatian utama bagi masyarakat, terutama di Indonesia. Penjelasan mendalam tentang bahaya malnutrisi dan dampaknya terhadap kesehatan serta risiko kematian disampaikan oleh Dr. dr. Luciana B. Sutanto, seorang dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia, dalam acara Pekan Sadar Malnutrisi 2024 yang diadakan pada 17 September di Jakarta. Malnutrisi dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, terutama jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik.
Malnutrisi mencakup berbagai kondisi yang berkaitan dengan asupan nutrisi. Ini dapat berupa kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan energi dan nutrisi. Dr. Luciana menjelaskan bahwa kondisi gizi kurang mencakup stunting (pertumbuhan terhambat), wasting (berat badan rendah), underweight (berat badan kurang), serta defisiensi mikronutrien. Di sisi lain, kelebihan gizi dapat mengarah pada masalah seperti obesitas serta penyakit tidak menular, termasuk penyakit jantung, stroke, diabetes, dan kanker.
Dampak malnutrisi tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik, tetapi juga memiliki konsekuensi ekonomi yang signifikan. Menurut Dr. Luciana, malnutrisi berpotensi meningkatkan risiko kematian secara drastis. Ia menyoroti bahwa malnutrisi dapat memperburuk kondisi kesehatan, terutama bagi kelompok rentan seperti orang tua, pasien dengan penyakit kronis, dan mereka yang terinfeksi penyakit tertentu. Hal ini juga berdampak pada peningkatan biaya rawat inap dan rehabilitasi yang dapat membebani sistem kesehatan.
Malnutrisi di Indonesia merupakan masalah yang sangat mendesak, terutama pada anak-anak dan ibu hamil. Data dari Laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada tahun 2023 mencapai 21,5 persen, yang turun hanya 0,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, riset yang dilakukan oleh Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengungkapkan bahwa sekitar 21 juta warga Indonesia mengalami kekurangan gizi, dengan asupan kalori harian mereka berada di bawah standar Kementerian Kesehatan, yaitu sebesar 2.100 kkal.
Dr. Luciana juga mengidentifikasi beberapa faktor yang menyebabkan malnutrisi di Indonesia. Di antaranya adalah kemiskinan, kurangnya akses terhadap pangan bergizi, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, serta layanan kesehatan yang tidak merata di berbagai daerah. Faktor-faktor ini memperburuk kondisi malnutrisi dan dampaknya yang sangat fatal.
Dalam upaya pencegahan malnutrisi, Pekan Sadar Malnutrisi 2024 yang digelar dari 16 hingga 20 September memiliki fokus utama pada edukasi masyarakat mengenai pencegahan dan penanggulangan malnutrisi. Dr. Luciana menekankan pentingnya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda malnutrisi. Kekurangan nutrisi dapat diidentifikasi melalui beberapa gejala, seperti berat badan yang rendah, lengan dan kaki yang kurus, kelelahan, serta rambut yang rontok. Sebaliknya, kelebihan nutrisi dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti kelebihan berat badan, tekanan darah tinggi, dan resistensi insulin.
Kolaborasi lintas sektor juga ditekankan oleh Dr. Luciana sebagai suatu kebutuhan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pola makan yang seimbang. Melalui pendekatan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih sadar dan memahami betapa pentingnya menyuplai tubuh dengan nutrisi yang baik untuk menjaga kesehatan dan menghindari risiko malnutrisi.
Program-program yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi seimbang dan pencegahan malnutrisi harus ditingkatkan dan diperluas. Melalui langkah-langkah edukatif dan kolaborative, masyarakat diharapkan bisa mendapatkan akses yang lebih baik terhadap pangan bergizi dan informasi yang akurat tentang gizi.
Pemerintah dan berbagai lembaga terkait di Indonesia diharapkan untuk bersinergi dalam upaya mengatasi malnutrisi. Tindakan segera perlu diambil untuk memperbaiki kondisi gizi masyarakat yang memprihatinkan ini. Dengan mengutamakan pencegahan dan penanggulangan malnutrisi, diharapkan kualitas kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan, mengurangi risiko kematian, serta meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.