Sains

Bagaimana NASA Memperbaiki Voyager 1 dari Jarak 15 Miliar Mil?

NASA telah berhasil mengatasi masalah yang sempat memutuskan komunikasi dengan Voyager 1, pesawat luar angkasa yang beroperasi terlama dalam sejarah. Berkat upaya dan kecerdikan tim insinyur, probe tersebut kini kembali mengirimkan data ilmiah dan teknik ke Bumi. Memperbaiki masalah ini merupakan hasil usaha yang bertahan selama enam bulan, dimulai pada bulan November 2023, ketika probe berhenti mengirimkan data yang dapat dibaca. Tim insinyur NASA akhirnya memusatkan perhatian pada salah satu dari tiga komputer di dalam pesawat tanpa awak tersebut, yaitu sistem data penerbangan (Flight Data System/FDS), yang tidak berkomunikasi dengan betul dengan bagian lain dari probe yang bertanggung jawab untuk mengirim data melalui pemancar radio pesawat.

Analisis Masalah dan Proses Perbaikan

Menemukan dan memperbaiki masalah ini bukanlah tugas sederhana seperti mengunggah pembaruan perangkat lunak pada aplikasi smartphone. Voyager 1 diluncurkan pada tahun 1977, sehingga tim insinyur harus bekerja dengan teknologi yang usianya setengah abad. Proses yang dimulai pada November 2023 menunjukan kendala ketika data yang diterima tidak dapat dibaca. Meskipun beberapa sistem dalam probe sudah direstart pada bulan Desember, masalah tersebut tetap tidak terpecahkan. Setelah berbulan-bulan melakukan analisis, NASA pada bulan Maret 2024 mengumumkan bahwa timnya telah menemukan kemajuan dalam memahami masalah terkait Voyager 1.

Pada tanggal 1 Maret, tim mengirimkan perintah "poke" ke probe, yang membuat perangkat lunak melakukan berbagai urutan yang mungkin dapat menghindari masalah yang telah mereka identifikasi. Respons dari Voyager diterima pada tanggal 3 Maret dan, setelah beberapa kesulitan dalam mendekode, tim berhasil mendapatkan laporan tentang memori sistem. Dari situ, mereka dapat mengembangkan solusi dengan menganalisis perbedaan antara pembacaan sebelumnya dan yang terbaru. Pada bulan April, NASA akhirnya menemukan penyebab masalah: 3% dari memori sistem data penerbangan telah rusak, yang menyebabkan perilaku abnormal tersebut.

Pengembangan dan Pelaksanaan Solusi

Tim NASA kemudian berhasil memindahkan berbagai kode ke lokasi lain dalam memori komputer probe. Pada tanggal 18 April, tim menguji solusinya dengan mengirimkan hanya bagian dari perbaikan—kode yang sudah diperbaiki yang bertanggung jawab untuk mengemas data teknik—ke lokasi barunya dalam memori komputer probe. Ketika NASA menerima respons dari probe pada tanggal 20 April, para insinyur mengetahui bahwa perbaikan ini berhasil. Sekarang Voyager 1 dapat dengan benar mengirimkan data tentang kesehatan dan statusnya. Tim lalu mulai bekerja untuk memungkinkan probe mengirimkan kembali data yang dikumpulkan dari instrumen ilmiah.

Pada tanggal 17 Mei, perbaikan untuk pengiriman data ilmiah dari dua dari empat instrumen (sub-sistem gelombang plasma dan magnetometer) berhasil dikirimkan ke probe. Pada bulan Juni, NASA mengumumkan bahwa tim telah berhasil memperbaiki masalah dengan dua instrumen lainnya (sub-sistem radiasi kosmik dan instrumen partikel bermuatan energi rendah). Perbaikan tambahan untuk masalah dengan perangkat lunak penanggalan dan perekam pita digital juga direncanakan.

Sejarah Singkat Voyager

Ini bukanlah masalah pertama yang dihadapi tim NASA di dalam pesawat Voyager selama lebih dari 40 tahun keberadaannya di luar angkasa. Misalnya, tahun lalu, NASA sempat kehilangan kontak dengan Voyager 2—probe saudara Voyager 1 yang diluncurkan dengan lintasan berbeda. NASA juga pernah menghadapi masalah data lainnya dengan Voyager 1. Meski begitu, kedua misi tersebut tetap berjalan.

Voyager 1 dan Voyager 2 adalah pesawat luar angkasa yang identik, masing-masing dilengkapi dengan 10 instrumen ilmiah. Enam dari instrumen di Voyager 1 telah berhenti berfungsi atau dinonaktifkan setelah melewati Saturnus. Kini kedua probe sudah berada di luar heliosfer dan menjadi pesawat luar angkasa pertama yang merasakan ruang antarbintang. Voyager 1 meninggalkan heliosfer pada tahun 2012, sementara Voyager 2 mengikuti jejaknya pada tahun 2018.

Selama perjalanan mereka, kedua Voyager telah menyaksikan pemandangan menakjubkan. Keduanya melintas di dekat Jupiter dan Saturnus, menampilkan Bintik Merah Besar di Jupiter dan vorteks kutub heksagonal di Saturnus. Voyager juga mengumpulkan data tentang beberapa bulan gas raksasa (termasuk Ganymede, Io, Europa, Enceladus, Titan, Iapetus, dan Tethys), sementara Voyager 2 juga menjelajahi Uranus dan Neptunus. Selain penemuan tentang planet dan bulan yang sudah diketahui, kedua probe ini juga bertanggung jawab untuk menemukan bulan baru di masing-masing planet.

Dengan teknologi kuno dan tantangan jarak yang mengesankan—lebih dari 15 miliar mil dari Bumi dan waktu tunda transmisi 22,5 jam—keberhasilan NASA dalam memperbaiki Voyager 1 menandai sebuah pencapaian monumental dalam eksplorasi luar angkasa. Ini adalah contoh nyata kolaborasi ilmiah dan keberanian manusia untuk terus menjelajahi batas-batas tak tertandingi di alam semesta, tak peduli seberapa sulit tantangannya.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button