Washington mengkritik serangan Israel yang menargetkan sebuah sekolah di Gaza pada 10 Agustus 2024. Menurut laporan dari Dinas Keamanan Sipil Gaza, serangan tersebut, yang ditujukan pada kompleks yang termasuk sekolah al-Tabin, mengakibatkan 100 warga Palestina tewas. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Sean Savett, menyatakan keprihatinan mendalam terhadap laporan korban jiwa di kalangan warga sipil akibat serangan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Dalam pernyataannya, Savett menegaskan pentingnya Israel untuk mengupayakan pengurangan korban sipil. “Kami sangat prihatin dengan laporan korban jiwa warga sipil di Gaza setelah serangan oleh IDF,” tuturnya, seperti dilansir dari laman resmi Gedung Putih.
Kritikan tersebut muncul di tengah respon mendalam dari otoritas Palestina, di mana juru bicara Presiden Mahmoud Abbas menyerukan kepada AS untuk segera menghentikan dukungan terhadap Israel yang dapat berujung pada kematian banyak orang tidak bersalah, termasuk anak-anak, wanita, dan lansia. Hal ini menunjukkan ketidakpuasan yang berkembang di kalangan pemimpin Palestina terkait dengan langkah-langkah AS yang dianggap selalu berpihak pada Israel.
Menanggapi kecaman dari AS, IDF mengklaim bahwa serangan tersebut merupakan usaha untuk menargetkan anggota Hamas dan Jihad Islam Palestina yang diduga beroperasi di kompleks sekolah Al-Tabin. Juru bicara IDF, Laksamana Muda Daniel Hagari, menjelaskan bahwa selama beberapa minggu sebelumnya, pihaknya telah melakukan pemantauan secara intensif terhadap fasilitas militer yang terkait dengan Hamas dan Jihad Islam Palestina. “Berdasarkan intelijen kami, tidak ada wanita maupun anak-anak yang berada di dalam kompleks sekolah tersebut ketika penyerangan terjadi,” tegas Hagari melalui akun resmi X milik IDF.
Namun, klaim IDF tersebut mendapatkan tantangan dari pernyataan Otoritas Palestina dan saksi mata yang tinggal di dekat lokasi serangan. Seorang saksi mata yang bernama Amro Selim mengungkapkan, “Saya melihat banyak mayat di sana dan pecahan tubuh di mana-mana. Banyak dari mereka adalah anak-anak dan wanita.” Pernyataan ini bertentangan dengan klaim IDF yang mengindikasikan bahwa tidak ada warga sipil di lokasi tersebut saat serangan berlangsung.
Serangan ke Sekolah dan Dampaknya
Serangan ini bukanlah insiden pertama yang melibatkan lokasi pendidikan di Gaza dan menjadi bagian dari kritik global terhadap Israel mengenai praktik militer yang berpotensi merugikan warga sipil. Dalam beberapa bulan dan tahun terakhir, sekolah-sekolah di Gaza sering kali menjadi lokasi yang terkena dampak dari konflik yang berkepanjangan, membuat berbagai organisasi dan lembaga internasional mengungkapkan keprihatinan yang mendalam. Banyak pihak menekankan bahwa anak-anak seharusnya menjadi kelompok yang dilindungi dan tidak boleh menjadi korban dalam konflik bersenjata.
Posisi Internasional
Kritikan dari AS ini mencerminkan tekanan internasional yang semakin meningkat pada Israel untuk bertindak lebih berhati-hati dalam operasi militernya, terutama ketika berhadapan dengan situasi di wilayah yang padat penduduk seperti Gaza. Dalam konteks ini, Savett kembali menekankan perlunya Israel untuk mematuhi hukum humaniter internasional, yang mengharuskan mereka untuk melindungi warga sipil dan memastikan bahwa taktik militer tidak mengakibatkan kerugian yang tidak perlu.
Sebagai respons, Israel sering kali mengeluarkan pernyataan bahwa mereka berusaha sekuat mungkin untuk meminimalkan korban sipil, tetapi hasil di lapangan seringkali menunjukkan kenyataan yang berbeda. Data laporan dari organisasi pemerhati internasional menunjukkan bahwa selama konflik, jumlah korban sipil terus meningkat, mendorong desakan dari berbagai pihak untuk peninjauan ulang taktik yang digunakan oleh IDF.
Persepsi Rakyat Palestina
Di sisi lain, banyak warga Palestina mempertanyakan motivasi di balik serangan yang dilakukan oleh IDF dan merasa kesal dengan kurangnya tindakan dari komunitas internasional. Mereka mengekspresikan bahwa serangan ke sekolah, yang seharusnya menjadi tempat belajar dan perlindungan bagi anak-anak, menunjukkan pelanggaran hak asasi manusia yang jelas. Penilaian masyarakat terhadap situasi ini menjadi semakin kritis, dan rasa putus asa tumbuh ketika melihat banyak civillian yang tidak bersalah menjadi korban konflik yang berkepanjangan.
Potensi Untuk Resolusi
Dalam menghadapi situasi ini, banyak pengamat internasional mendesak perlunya dialog yang lebih konstruktif antara Israel dan Palestina. Upaya untuk mencapai solusi damai dan menghindari eskalasi lebih lanjut dari kekerasan akan membutuhkan komitmen dari semua pihak untuk mengedepankan dialog dan mengutamakan perlindungan terhadap warga sipil. Berbagai organisasi internasional juga terus mendesak untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang terkena dampak akibat serangan dan menjaga agar pelayanan dasar tetap tersedia di wilayah yang terdampak.
Serangan ke sekolah di Gaza yang baru-baru ini terjadi merupakan pengingat akan kompleksitas dan kesedihan dari konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade ini. Tak terhitung banyaknya nyawa yang telah hilang, terutama di kalangan anak-anak, meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah kawasan tersebut, serta tantangan besar bagi komunitas internasional untuk mencari solusi yang jangka panjang dan berkelanjutan.