Teknologi

Apple dan Nvidia Siap Investasi Rp1.552 Triliun untuk Pendanaan OpenAI

Dua raksasa teknologi, Apple dan Nvidia, diperkirakan akan berkolaborasi dalam putaran pendanaan terbaru untuk OpenAI dengan jumlah dana terkumpul sekitar US$100 miliar atau sekitar Rp1.552 triliun. Investasi ini menandai langkah signifikan kedua perusahaan dalam mengukuhkan kehadiran mereka di pasar kecerdasan buatan (AI), yang terus berkembang pesat.

Menurut laporan dari The Wall Street Journal, yang diterbitkan oleh The Verge pada 2 September 2024, Apple tengah dalam pembicaraan intensif untuk berinvestasi di OpenAI. Perusahaan ini berencana mengintegrasikan teknologi Chat GPT ke dalam sistem operasi iOS mereka. Langkah ini merupakan bagian dari strategi besar Apple untuk meningkatkan pengalaman pengguna melalui AI, serta bersaing lebih ketat dengan perusahaan-perusahaan lain yang juga berfokus pada pengembangan teknologi cerdas.

Sementara itu, Nvidia, yang telah lama berperan sebagai pemasok utama bagi OpenAI, diharapkan juga akan terlibat dalam putaran pendanaan ini. Nvidia telah menjadi pionir dengan chip canggih yang digunakan oleh OpenAI untuk mendukung layanan AI, sehingga keterlibatan mereka dalam pendanaan ini menjadi sangat relevan. Dalam kabar yang sama, Bloomberg melaporkan bahwa perusahaan modal ventura Thrive Capital akan memimpin putaran pendanaan ini, dengan rencana menginvestasikan sekitar US$1 miliar.

Keterlibatan Microsoft dalam pendanaan ini juga tidak bisa diabaikan. Microsoft telah memiliki sejarah investasi yang kuat di OpenAI, dengan suntikan dana sebesar US$1 miliar pada tahun 2019 dan komitmen untuk memberikan investasi miliaran dolar pada tahun 2023. Dengan adanya para pemain besar seperti Apple, Nvidia, dan Microsoft, pasar AI menjadi semakin kompetitif.

OpenAI, yang berbasis di San Francisco, mempunyai pandangan yang tegas mengenai tanggung jawab penggunaan AI, terutama dalam konteks pemilihan umum yang berlangsung di berbagai negara. Pemilu di tahun yang sama di mana banyak negara menyelenggarakan pemilihan dapat menimbulkan kekhawatiran akan dampak negatif penggunaan AI, termasuk penyebaran informasi yang salah. Oleh karena itu, OpenAI menekankan pentingnya transparansi dan otentikasi konten yang dihasilkan oleh AI, sehingga masyarakat dapat membedakan antara konten yang dihasilkan oleh manusia dan oleh mesin.

"Teknologi dan standar baru dapat membantu orang memahami asal-usul konten yang mereka temukan secara online, dan menghindari kebingungan antara konten yang dihasilkan oleh manusia dan konten yang dihasilkan oleh AI yang sangat realistis," kata Jason Kwon, Kepala Pejabat Strategi OpenAI, seperti dikutip dari Reuters.

Sebuah regulasi baru di California, yang dikenal dengan nama AB 3211, juga menjadi langkah penting dalam mengatur penggunaan AI. RUU ini diwajibkan perusahaan untuk melabeli berbagai jenis konten, mulai dari meme hingga deepfake, yang bisa memengaruhi informasi terkait kandidat politik. RUU ini telah mendapatkan perhatian di kalangan legislator, meskipun ada banyak rancangan undang-undang lainnya yang terkait dengan AI yang sedang diajukan di negara bagian tersebut.

Dengan semakin banyaknya regulasi yang diusulkan, serta perhatian media yang meningkat pada penggunaan AI dalam konteks politik, penting bagi perusahaan-perusahaan teknologi untuk berinvestasi dalam pengembangan AI yang bertanggung jawab dan etis.

Potensi penggunaan AI dalam pemilu memang sudah terlihat, termasuk di berbagai negara, di mana teknologi ini dapat digunakan untuk mempercepat penyebaran informasi, namun juga berisiko menimbulkan disinformasi. Oleh karena itu, ekspektasi publik terhadap transparansi dan kejelasan dalam konten yang dihasilkan oleh AI semakin tinggi.

Dengan investasi besar dari Apple, Nvidia, dan Microsoft, OpenAI tidak hanya akan mendapatkan suntikan dana yang signifikan, tetapi juga dukungan teknologi yang diperlukan untuk terus mengembangkan layanan AI mereka. Sementara itu, tantangan etika dan regulasi yang dihadapi oleh bidang ini terus menjadi diskusi panas di kalangan stakeholder, baik dari perusahaan teknologi itu sendiri maupun dari regulator.

Dalam konteks ini, langkah-langkah yang diambil oleh raksasa teknologi seperti Apple dan Nvidia menjelaskan komitmen mereka terhadap arahan masa depan AI. Apakah ini akan menghasilkan suatu ekosistem yang lebih aman dan bertanggung jawab, atau ada risiko lebih besar yang harus dihadapi, hanya waktu yang akan menjawab.

Perkembangan ini tentunya menarik untuk disimak, terutama menjelang pelaksanaan pemilu di berbagai negara, yang menuntut adopsi teknologi AI dengan koridor etika yang jelas dan pengawasan yang ketat. Jika semua pihak dapat berkolaborasi dengan baik, bukan tidak mungkin masa depan kecerdasan buatan bisa lebih cemerlang dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button