Gaya Hidup

Apakah Habis Operasi Sesar Wajib Minum Antibiotik? Ini Penjelasannya untuk Ibu Pasca-Operasi

Perempuan yang melahirkan melalui operasi sesar (cesarean section) sering kali diberi obat dan antibiotik oleh dokter setelah prosedur. Namun, perlu dicatat bahwa penggunaan antibiotik pascaoperasi sesar tidak selalu diperlukan. Hal ini disampaikan oleh dokter obgyn, Hari Parathon, yang menjelaskan bahwa tidak semua operasi memerlukan antibiotik. Dalam banyak kasus, operasi sesar dapat dilakukan tanpa pemberian antibiotik pascaoperasi, tergantung pada kondisi sterilitas dan kemungkinan kontaminasi selama prosedur.

Menurut Hari Parathon, banyak dokter cenderung menggunakan pendekatan defensif dengan memberikan antibiotik kepada pasien pascaoperasi untuk menghindari infeksi. Sayangnya, pendekatan ini sering kali didasarkan pada ketakutan dan kekhawatiran yang tidak berdasar. "Banyak dokter yang menjual ketakutan dan menakut-nakuti pasien agar wajib menghabiskan antibiotik yang diminum, agar luka operasi bisa sembuh dan tidak terkena bakteri," ujarnya. Hal ini berimbas pada persepsi pasien yang menganggap antibiotik sebagai obat penyembuh luka yang ampuh.

Hari juga menjelaskan bahwa perlu ada pemahaman yang lebih baik terkait kategori prosedur operasi. Di dalam dunia medis, terdapat perbedaan antara operasi yang bersih dan operasi yang kontaminasi. Operasi bersih, seperti pengambilan tumor payudara, tidak memerlukan antibiotik sama sekali. Sementara itu, operasi yang terkontaminasi, seperti operasi sesar yang melibatkan cairan dari vagina meskipun tanpa infeksi, memerlukan analisis lebih lanjut mengenai risiko infeksi.

Dalam konteks ini, Hari menjelaskan bahwa jika tidak terdapat infeksi selama atau setelah operasi, maka pemberian antibiotik tidak diperlukan. "Operasi sesar juga begitu. Kalau operasinya selesai dan tidak ada indikasi infeksi, tidak perlu menggunakan antibiotik," jelasnya. Namun, jika terjadi komplikasi seperti nanah saat operasi, sangat mungkin dokter akan memberikan antibiotik yang diperlukan selama proses penyembuhan, biasanya selama 5 hingga 7 hari.

Salah satu kekhawatiran yang sering muncul di kalangan dokter adalah kemungkinan infeksi pascaoperasi. Hari menekankan bahwa jika semua alat operasi disterilkan dengan baik dan prosedur kebersihannya diikuti, maka risiko infeksi pascaoperasi sangat minim. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang masih mempengaruhi keputusan untuk memberikan antibiotik, termasuk pandangan dokter yang berbeda. "Dokter muda sering berbenturan dengan seniornya dalam hal penanganan antibiotik setelah operasi," tambahnya.

Salah satu isu yang dihadapi adalah pemahaman mengenai resistensi antimikroba (AMR). Hari mengindikasikan bahwa masih banyak praktisi medis yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya manajemen antibiotik yang bijaksana. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat memperpanjang waktu pemulihan luka operasi dan meningkatkan risiko resistensi, yang berdampak pada efektivitas pengobatan di masa depan.

Keputusan untuk memberikan antibiotik setelah operasi sesar perlu didasarkan pada kondisi pasien dan jenis prosedur yang dilakukan. Hari menegaskan bahwa pentingnya komunikasi antara dokter dan pasien agar pasien memahami risiko dan manfaat dari pemberian antibiotik. Secara keseluruhan, penting bagi para tenaga medis untuk terus mengedukasi diri tentang perkembangan terbaru dalam pengobatan antibakteri dan berkomitmen untuk mengikuti pedoman praktik berbasis bukti.

Alih-alih mengandalkan antibiotik sebagai solusi otomatis untuk semua pasien pascaoperasi, pendekatan yang lebih cermat dalam memilih siapa yang membutuhkan antibiotik sangat penting. Dengan cara ini, tidak hanya kesehatan pasien yang dilindungi, tetapi juga upaya global dalam mengatasi masalah resistensi antibiotik yang semakin meningkat.

Dalam konteks yang lebih luas, hal ini dapat membantu mendorong praktik medis yang lebih bertanggung jawab dan efektivitas pengobatan di masa depan. Oleh karena itu, diskusi mengenai kebijakan penggunaan antibiotik, baik di tingkat rumah sakit maupun di komunitas medis, sangat penting untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi terjaga dengan baik setelah operasi sesar. Dalam hal ini, menggugah pemahaman bahwa antibiotik bukanlah solusi ajaib untuk semua kondisi pascaoperasi dapat membawa perubahan signifikan dalam praktik medis sehari-hari.

Akhirnya, keputusan mengenai penggunaan antibiotik pascaoperasi, termasuk setelah operasi sesar, harus terus didiskusikan dan ditinjau kembali dengan memperhatikan kemajuan ilmu kesehatan dan kebutuhan klinis pasien. Dalam hal ini, kolaborasi antara dokter, pasien, dan pihak terkait lainnya sangatlah penting untuk mencapai hasil kesehatan yang optimal.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button