Sains

Apa Itu Topan Shanshan? Mengungkap Bencana Alam yang Melanda Jepang Baru-Baru Ini

Hampir 4 juta warga di Jepang selatan diimbau untuk mengungsi ketika Topan Shanshan menerjang daratan pada Kamis, 29 Agustus 2024. Topan ini menghantam Pulau Kyushu dengan membawa angin kencang, hujan deras, serta gelombang badai yang sangat berbahaya, membuat ribuan penduduk kehilangan aliran listrik. Dalam situasi ini, banyak warga yang berusaha melindungi diri dan harta benda mereka dengan mencari tempat yang lebih aman.

Menurut laporan dari CNN yang dikutip pada Minggu, 1 September 2024, Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengeluarkan peringatan darurat untuk badai yang bergerak lambat tersebut. JMA memperingatkan bahwa Shanshan diperkirakan akan menyebabkan banjir dan tanah longsor yang merusak di hampir seluruh wilayah Kyushu. Kehadiran topan ini sangat mempengaruhi kehidupan dan aktivitas masyarakat di sekitarnya, terutama mereka yang berada di jalur terjangan badai.

Asal mula Topan Shanshan bermula pada tanggal 20 Agustus 2024, saat JMA mencatat adanya daerah bertekanan rendah yang terbentuk di dekat Kepulauan Mariana. Keesokan harinya, status badai tersebut dinaikkan menjadi badai tropis dan dinamai Shanshan. Klasifikasi ini kemudian dikonfirmasi oleh JMA dan Pusat Peringatan Topan Bersama (JTWC) yang menandai Shanshan sebagai topan minimal.

Topan Shanshan mengubah arah ke barat laut dan mencapai intensitas puncaknya saat berderu di dekat Kikaijima, dengan kecepatan angin mencapai 175 km/jam dan tekanan pusat 935 hPa. Pada tanggal 27 Agustus, badai ini meningkat intensitas hingga setara dengan Kategori 4 pada skala Saffir-Simpson, dengan kecepatan angin berkelanjutan hingga 215 km/jam. Ini menunjukkan kekuatan dan potensi bahaya yang sangat besar dari topan ini.

Saat Topan Shanshan bergerak melewati Kepulauan Ryukyu, badai ini mulai melemah. Meskipun begitu, dampak yang ditimbulkan tetap signifikan. Topan berbelok ke utara di antara dua punggung bukit subtropis tingkat menengah dan mendarat di dekat Satsumasendai di Prefektur Kagoshima pada 29 Agustus 2024. Jalur pergerakan Shanshan menunjukkan ciri khas badai tropis, dan setelah mendarat, ia melanjutkan perjalanan ke timur di sepanjang tepi utara dataran tinggi subtropis, melintasi Laut Pedalaman Seto, sebelum akhirnya mendarat di ujung utara Shikoku pada 30 Agustus.

Dampak dari Topan Shanshan juga dirasakan di berbagai wilayah lainnya. Saat badai ini melintasi Pulau Amami Oshima dan Kikaijima, angin kencang dengan kecepatan maksimum mendekati 160 km/jam tercatat di Bandara Kikai. JMA telah mengeluarkan peringatan tanah longsor dan tanah longsor batu untuk Prefektur Kagoshima, Miyazaki, dan Shizuoka guna mengantisipasi bahaya yang dapat terjadi akibat hujan deras yang menyertai badai.

Dalam upaya persiapan menghadapi Topan Shanshan, pada 28 Agustus, JMA mengeluarkan peringatan cuaca khusus untuk Prefektur Kagoshima. Perhatian khusus diberikan karena ini merupakan peringatan darurat pertama yang dikeluarkan untuk daerah tersebut sejak Topan Nanmadol pada tahun 2022. Situasi ini menunjukkan bahwa fenomena cuaca ekstrem di Jepang menjadi semakin sering terjadi dan memerlukan perhatian besar dari pemerintah maupun masyarakat.

Ketika Shanshan mulai bergerak ke daratan di Kyushu, hembusan angin berkecepatan 137 km/jam tercatat di Makurazaki, Kagoshima. Akibat dari bencana ini, sedikitnya enam orang dilaporkan tewas dan lebih dari 125 orang lainnya mengalami cedera. Kerusakan yang ditimbulkan juga cukup signifikan, merusak ratusan bangunan di seluruh Jepang. Bencana ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam, terutama bagi komunitas yang berada dalam potensi jalur serangan badai.

Dalam menghadapi situasi bencana seperti ini, kolaborasi antara pemerintah, Badan Meteorologi Jepang, dan masyarakat sangatlah penting. Edukasi mengenai tindakan yang harus diambil sebelum, selama, dan setelah bencana terjadi menjadi kunci untuk mengurangi risiko dan kerugian yang mungkin dihadapi. Penguatan infrastruktur dan sistem peringatan dini juga harus diutamakan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap bencana.

Topan Shanshan, sebagai bencana alam yang baru saja melanda Jepang, menekankan pentingnya memahami pola cuaca ekstrem dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Untuk itu, masyarakat diimbau untuk selalu siap dan mengikuti perkembangan dari JMA serta pihak berwenang untuk melindungi diri dan keluarga di masa mendatang.

YouTube video

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button