Teknologi

Antisipasi Megathrust, RI Siapkan Sistem Peringatan Bencana Seperti di Jepang

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Indonesia mengumumkan rencana peluncuran sistem peringatan dini bencana alam yang inovatif, mirip dengan sistem yang telah diterapkan di Jepang. Inisiatif ini, yang akan diluncurkan dalam waktu dekat, bertujuan untuk meningkatkan respons terhadap bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami, yang sering melanda Indonesia. Dalam konferensi pers yang berlangsung di Jakarta pada akhir Agustus 2024, Direktur Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika (PPI) Kemenkominfo, Wayan Toni Supriyanto, mengungkapkan bahwa sistem ini akan mulai diujicobakan di Bali pada September 2024.

Bantuan Teknologi dari Jepang

Sistem peringatan dini ini akan mendapatkan dukungan berupa aplikasi dari pemerintah Jepang, yang memiliki pengalaman dalam mengatasi bencana serupa. “Kita mendapatkan bantuan aplikasi dari pemerintah Jepang, kita mirip kondisi konturnya dengan pemerintah Jepang, banyak bencana juga, bencana gempa,” jelas Wayan. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mencoba menerapkan teknologi canggih dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.

Integrasi dengan BMKG

Sistem ini akan terintegrasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang sudah berpengalaman dalam pemantauan dan peringatan bencana. “Nantinya, sistem peringatan bencana itu akan terhubung dengan informasi yang dimiliki BMKG,” tambah Wayan. Dengan demikian, data yang diperoleh dari BMKG mengenai ancaman gempa megathrust dan potensi tsunami akan segera disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai saluran media.

Teknologi Peringatan di TV dan Handphone

Mekanisme penyampaian informasi bencana ini melibatkan siaran televisi dan handphone. Pengguna akan menerima sinyal peringatan bencana yang dikirim melalui TV ketika sinyal ditransmisikan, sejalan dengan proses penghentian siaran analog (analog switch off/ASO). Selain itu, informasi juga akan ditransmisikan melalui jaringan seluler yang masih menggunakan teknologi 2G dan 3G. “Kemenkominfo memberikan alert kepada setup box penyiaran yang stand by, dia langsung menjadi alarm dan alarm handphone. Langsung dia memberikan [sinyal] ada bencana,” ungkapnya.

Pemberitahuan Visual dan Suara

Wayan menjelaskan bahwa ketika ada peringatan bencana, layar TV akan menampilkan tampilan berwarna hitam disertai dengan suara dengungan. Ini berfungsi sebagai sinyal bahwa sebuah bencana sedang terjadi. “Pesan itu menandakan adanya bencana sedang terjadi di Indonesia,” tambahnya. Dengan cara ini, masyarakat akan lebih cepat mendapatkan informasi dan dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk keselamatan mereka.

Budaya Sensitif terhadap Peringatan Dini

Lebih jauh, langkah ini diharapkan dapat membangun budaya sensitif terhadap sinyal peringatan dini di masyarakat Indonesia. Wayan menjelaskan pentingnya kesadaran ini untuk penyelamatan lebih banyak orang ketika sistem berbunyi. Jika gempa bumi terjadi, waktu menjadi sangat berharga, dan sistem yang cepat dan efektif seperti ini dapat meningkatkan peluang untuk menyelamatkan nyawa. “Kalau gempa itu hitungannya detik, maka ini real time,” ungkapnya.

Sifat Non-komersial Layanan Kebencanaan

Kemenkominfo menegaskan bahwa layanan ini bersifat non-komersial, bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat waktu dan akurat kepada masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan akan sistem peringatan dini yang andal, Kemenkominfo mengambil langkah tegas untuk menerapkan sistem ini dalam waktu 1 hingga 2 tahun ke depan. “Mudah-mudahan dalam 1–2 tahun ke depan layanan ini sudah bisa dilaksanakan,” tutup Wayan.

Prioritas Keamanan Publik

Dengan semakin tingginya intensitas bencana alam di Indonesia, pemerintah berupaya untuk meningkatkan infrastruktur kesiapsiagaan bencana. Dalam konteks geografi dan geologi Indonesia yang sangat rentan terhadap gempa bumi dan tsunami, keberadaan sistem peringatan dini ini menjadi vital. Program ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan nasional dalam menghadapi bencana dan memberikan rasa aman kepada masyarakat.

Pengalaman Jepang sebagai Model

Jepang sendiri telah lama menerapkan sistem peringatan dini yang canggih dan sangat efektif. Berpengalaman menghadapi banyak bencana alam, Jepang mengembangkan teknologi serta strategi dampak rendah untuk mendeteksi dan memperingatkan masyarakat. Dengan mengadopsi model ini, Indonesia tidak hanya menyiapkan diri untuk menghadapi bencana, tetapi juga memberikan contoh bagi negara lain yang memiliki ancaman serupa.

Kesadaran dan Kesiapsiagaan Masyarakat

Rencananya, tak hanya sektor pemerintah yang akan berperan, tetapi juga masyarakat diharapkan untuk proaktif. Kesadaran akan risiko dan cara bertindak cepat dalam menghadapi bencana menjadi bagian dari pendidikan kebencanaan. Dengan demikian, diharapkan ada penurunan angka korban jiwa dan kerugian material akibat bencana di masa depan.

Melalui langkah-langkah ini, diharapkan Indonesia dapat bersiap lebih baik dalam menanggapi situasi darurat yang mungkin terjadi, juga menjadi model bagi negara lain dalam menghadapi tantangan serupa. Rencana yang dicanangkan ini menandakan komitmen pemerintah untuk menjaga keselamatan dan keamanan warganya di tengah ancaman bencana yang tak pernah reda.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button