Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, tetap menunjukkan ketenangan meski namanya terseret dalam berbagai drama politik menjelang Pilkada 2024. Berbagai isu beredar mengenai potensi pencalonan Anies di berbagai daerah, termasuk DKI Jakarta dan Jawa Barat. Status politik Anies kembali menjadi sorotan setelah PDIP, partai yang awalnya digadang-gadang akan mengusungnya, justru memutuskan untuk mengusung Pramono Anung dan Rano Karno sebagai calon gubernur.
Setelah tidak mendapatkan dukungan untuk DKI Jakarta, tawaran untuk maju sebagai calon Gubernur Jawa Barat datang ke Anies. Namun, secara tegas, Anies menolak tawaran tersebut. Dalam sebuah wawancara yang disiarkan di acara "Mata Najwa" yang dipandu oleh Najwa Shihab, Anies menjelaskan alasannya menolak tawaran tersebut dengan maksud yang jelas. “Saya tetap tidak terlibat di dalam Pilkada Jawa Barat, tapi saya tetap dalam posisi yang sekarang,” kata Anies, seperti dikutip pada Minggu (1/9/2024).
Anies menyatakan bahwa tawarannya untuk maju di Pilkada Jawa Barat tidak didasari oleh aspirasi dari masyarakat setempat atau usulan dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) partai politik. “Saya tidak mau jadi calon drop-dropan, bukan aspirasi rakyat Jawa Barat,” ungkapnya menekankan bahwa tidak ada desakan nyata dari masyarakat Jawa Barat yang meminta dirinya untuk maju.
Sebaliknya, dia mengindikasikan bahwa situasi di Jakarta sangat berbeda. Menurut Anies, masyarakat Jakarta menunjukkan keinginan yang kuat terhadapnya, dengan hasil survei yang menunjukkan lebih dari 40% dukungan. “Di Jakarta, rakyat Jakarta meminta. Kemudian di dalam DPW ada 4 partai mengusulkan, berarti ada aspirasi,” jelas Anies. Hal ini menunjukkan bahwa keputusannya di Jakarta adalah berdasarkan pada hubungan yang lebih kuat dengan aspirasi warganya.
Meskipun menjelaskan penolakannya dengan cukup detail, Anies tetap menghormati tawaran yang datang kepadanya. Ia mengakui bahwa tawaran untuk maju di Jawa Barat merupakan kesempatan untuk berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat. “Tapi saya lihat ini sesuatu yang bagi saya bukan hal yang aspirasi dari bawah,” imbuhnya lebih lanjut. Pernyataan ini mengindikasikan keinginannya untuk terlibat dalam pemilu yang berkorelasi langsung dengan dukungan publik.
Ketegasan Anies semakin terlihat ketika ia memastikan bahwa keputusannya tidaklah didasarkan pada keinginan untuk mencari pekerjaan dalam dunia politik. Ia menekankan kesan tersebut dengan pernyataan, “Soal Jakarta, bukan soal ada penjelasan atau tidak ada penjelasan, sudah diputuskan dan saya hormati, selesai.” Ini menunjukkan bahwa Anies memiliki pandangan yang sangat prinsipil tentang keterlibatannya dalam politik, yang tidak hanya semata-mata karena tawaran atau kesempatan yang ada.
Perbandingan Anies antara Jakarta dan Jawa Barat juga memberikan gambaran yang menarik. Ia menegaskan bahwa keterikatan emosional dan dukungan dari warga Jakarta tidak sama dengan situasi di Jawa Barat. “Panggilan rakyat Jakarta adalah keinginan untuk mengembalikan kondisi yang sudah ada, di Jawa Barat kan saya tidak merasakan itu,” tuturnya, menunjukkan bahwa aspirasi masyarakat sangat penting bagi keputusannya untuk mencalonkan diri.
Di sisi lain, meskipun saat ini ia tidak akan terlibat dalam Pilkada di Jawa Barat, Anies tetap menjadi sosok yang menarik perhatian publik. Pada saat ia terlihat di acara Car Free Day di daerah Sudirman-Thamrin, banyak warga yang mendekatinya, meminta foto, dan menunjukkan antusiasme terhadap kehadirannya. “Gagal Maju Pilkada, Anies Tetap Jadi Magnet Di CFD,” sebuah gambaran jelas akan daya tarik Anies di kalangan masyarakat, terlepas dari keputusan politik yang diambilnya.
Sikap tenang Anies di tengah berbagai tekanan dan spekulasi mencerminkan kepercayaan dirinya dan visi politiknya. Ia tidak hanya mengambil keputusan asal-asalan, tetapi selalu mempertimbangkan konteks dan aspirasi masyarakat yang lebih luas. “Hal lain adalah ini bukan sebuah kegiatan cari kerja,” tegasnya, menjadikan perspektifnya dalam dunia politik lebih dari sekedar mencari posisi tetapi untuk berkontribusi dengan cara yang lebih bermakna.
Dengan semua dinamika yang terjadi, langkah Anies menjadi sorotan yang menunjukkan bagaimana kompleksitas politik menjelang Pilkada dapat memengaruhi keputusan seorang tokoh publik. Meskipun ditinggalkan dari dukungan di Jakarta dan ditolak tawaran di Jawa Barat, Anies tampaknya masih memiliki kekuatan untuk menarik perhatian dan dukungan, yang menjadi modal politik penting ke depannya. Dalam pandangan banyak pengamat politik, Anies Baswedan masih menjadi salah satu sosok yang layak diperhitungkan dalam peta politik Indonesia, terutama menjelang Pemilu 2024.