Pendidikan

Angka Perundungan Siswa Kelas 8 dan 9 Tinggi, Perlu Tindakan Serius dari Sekolah dan Orang Tua

Tingkat perundungan di sekolah menengah pertama (SMP) semakin menjadi perhatian publik, terutama di kalangan siswa kelas 8 dan 9. Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Kelompok Riset Kesehatan Mental Komunitas (RoCMHI) dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) menunjukkan angka perundungan yang mencengangkan, yaitu 44% untuk siswa kelas 8 dan 37% untuk siswa kelas 9. Hasil tersebut diperoleh dari studi yang dilakukan di SMPN 4 Muncar Satu Atap, Banyuwangi, Jawa Timur, pada tahun 2023.

Penelitian ini menunjukkan betapa seriusnya masalah perundungan di kalangan remaja, yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan fisik siswa. Seiring dengan meningkatnya angka perundungan, upaya untuk menanggulangi fenomena ini menjadi semakin penting. Sebagai respons terhadap masalah ini, tim Pengabdian Masyarakat UI melalui RoCMHI menginisiasi Pelatihan Keterampilan Welas Asih untuk para guru di SMPN 4 Muncar, yang dilaksanakan pada tanggal 23-24 Agustus 2023.

Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menangani dan mengatasi perundungan di sekolah. Welas asih, yang merupakan perasaan peduli terhadap sesama, menjadi fokus utama dalam pelatihan ini. Menurut Fauzan Abdullah, Ketua Tim Pengmas UI, welas asih dapat menjadi landasan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih ramah anak. "Dengan menjadi guru yang welas asih dan mempromosikan nilai tersebut, kita dapat mengurangi angka perundungan di sekolah," ungkapnya dalam siaran pers.

Fauzan menambahkan bahwa penerapan nilai welas asih harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan di sekolah, termasuk siswa, guru, pegawai tata usaha, hingga masyarakat sekitar. Sinergi antara semua elemen ini, menurutnya, sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari kekerasan. "Konsep sistem welas asih dalam lingkungan pendidikan adalah hal yang kami tekankan dalam pelatihan ini," ujar Fauzan.

Pelatihan yang melibatkan 15 guru dari SMPN 4 Muncar ini terdiri dari berbagai sesi, termasuk sesi refleksi pengalaman mengajar, pemaparan tentang welas asih, serta aktivitas interaktif yang menyenangkan. Guru-guru diminta untuk merencanakan langkah-langkah konkret setelah pelatihan ini untuk menerapkan nilai welas asih dalam pengajaran mereka. Antusiasme peserta sangat tinggi, dan mereka merasa memperoleh inspirasi baru untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih baik.

Oktafa, salah satu guru matematika di SMPN 4 Muncar, mengungkapkan pendapatnya mengenai pelatihan ini. Ia menyatakan bahwa meskipun mereka sudah menerapkan beberapa konsep yang diajarkan, pelatihan tersebut membuat mereka lebih mantap dalam menghadapi anak-anak yang bermasalah. "Pelatihan selama dua hari ini luar biasa, kami mendapatkan ilmu yang sebenarnya kami sudah terapkan, namun dengan pelatihan ini kami menjadi semakin mantap dalam mengatasi anak-anak yang bermasalah," jelasnya.

Imam Najeh, kepala sekolah SMPN 4 Muncar, juga memberi tanggapan positif tentang pelatihan ini. Ia merasa senang bisa bekerja sama lagi dengan Fakultas Psikologi UI dan menyatakan bahwa pelatihan ini merupakan kelanjutan dari hasil penelitian yang dilakukan tahun lalu. Ia berharap pelatihan ini dapat memberikan dampak positif bagi guru dan siswa di sekolahnya.

Masalah perundungan tidak bisa dianggap sepele. Menurut data, kasus perundungan di lingkungan pendidikan dapat menyebabkan berbagai dampak, termasuk penurunan prestasi akademik, gangguan mental, hingga keinginan untuk meninggalkan sekolah. Oleh karena itu, dukungan dari pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini.

Berdasarkan pengamatan, banyak guru merasa kewalahan dalam menangani kasus perundungan dan masalah perilaku lainnya di dalam kelas. Pelatihan yang diadakan oleh RoCMHI diharapkan bisa menjadi salah satu solusi untuk menanggulangi perundungan dengan cara yang lebih efektif.

Tingginya angka perundungan di kalangan siswa kelas 8 dan 9 juga menunjukkan perlunya intervensi lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang pentingnya rasa saling menghargai di kalangan siswa. Kurikulum yang mengedepankan pembelajaran sosial emosional serta pelatihan reguler untuk guru bisa menjadi langkah strategis dalam menciptakan iklim sekolah yang ramah dan aman bagi semua siswa.

Sebagai penutup, upaya yang dilakukan melalui pelatihan keterampilan welas asih ini bukan hanya sekadar mengatasi masalah perundungan, tetapi juga membangun karakter siswa yang lebih baik. Harapannya, dengan perbaikan lingkungan pendidikan yang berfokus pada welas asih, angka perundungan di sekolah-sekolah, khususnya di kabupaten Banyuwangi, dapat berkurang secara signifikan. Semua pihak, dari pemerintah, sekolah, hingga masyarakat, memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman bagi generasi muda.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button