Kesehatan

Anak Cuci Darah: Penyebab dan Penjelasan Mendalam yang Perlu Anda Ketahui

Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung baru-baru ini melaporkan adanya kenaikan jumlah kasus anak dengan penyakit ginjal kronis. Dalam catatan mereka, ada sekitar 10 hingga 20 anak yang memerlukan cuci darah rutin setiap bulannya. Meskipun peningkatan ini tidak signifikan, namun tetap menjadi perhatian serius karena cuci darah pada anak adalah perawatan jangka panjang yang bahkan bisa berlangsung seumur hidup. Hal ini diungkapkan oleh dr. Ahmedz Widiasta, staf Divisi Nefrologi di RSHS Bandung.

Masyarakat sering bertanya, anak cuci darah karena apa? untuk memahami lebih dalam mengenai penyebabnya. Ada spekulasi di kalangan masyarakat bahwa konsumsi minuman manis dan pola makan yang buruk berkontribusi terhadap gagal ginjal pada anak-anak. Namun, dr. Ahmedz menegaskan bahwa penyebab pasti dari fenomena ini masih dalam tahap penyelidikan, dan tidak bisa disimpulkan hanya dari pola makan yang tidak sehat.

Dari sudut pandang yang lebih ilmiah, gagal ginjal pada anak relatif jarang terjadi dibandingkan pada orang dewasa. Namun, terdapat beberapa faktor pemicu yang dapat menyebabkan gangguan ginjal. Penyebab umum yang perlu diperhatikan termasuk kelainan bawaan yang terkait dengan bentuk atau fungsi ginjal yang abnormal. Di antara kondisi yang biasa ditemukan adalah sindrom nefrotik, di mana ginjal mengeluarkan jumlah protein yang berlebihan ke dalam urine.

Selain itu, ada juga kelainan bentuk ginjal seperti ginjal polikistik, di mana ginjal mengandung banyak kista yang dapat berkembang setelah kelahiran. Anak-anak yang memiliki satu ginjal atau mengalami masalah dengan ginjal yang kecil berisiko lebih tinggi untuk mengalami gagal ginjal di kemudian hari.

Mengenali gejala dan tanda penyakit gagal ginjal kronis sangat penting, khususnya karena cuci darah menjadi terapi utama untuk kondisi yang dikenal sebagai Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronis (PGK). Gejala dari penyakit ini biasanya berkembang secara perlahan dan sering kali tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas di awal. Biasanya, kelainan fungsi ginjal baru terdeteksi melalui pemeriksaan darah.

Gejala yang mungkin menunjukkan bahwa seorang anak perlu menjalani cuci darah antara lain adalah peningkatan kadar urea dalam darah, frekuensi buang air kecil yang meningkat pada malam hari (nokturia), dan tekanan darah tinggi. Gejala lainnya juga berkembang seiring dengan meningkatnya limbah metabolik dalam darah, yang meliputi mual, muntah, penurunan nafsu makan, kelelahan, volume urine yang berkurang, anemia, dan hingga sesak napas akibat penumpukan cairan di paru-paru.

Setelah menjalani cuci darah, pasien, termasuk anak-anak, mungkin mengalami efek samping seperti kelelahan, sakit kepala, tekanan darah turun, serta mual. Meskipun demikian, banyak pasien dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari setelah sesi cuci darah. Para dokter juga biasanya memberikan rekomendasi diet dan pengaturan asupan cairan untuk mendukung pengobatan yang sedang dijalani.

Biaya untuk setiap sesi cuci darah berkisar antara Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta, yang menjadi beban finansial yang cukup berat bagi banyak keluarga. Dalam konteks ini, berperan pentingnya BPJS Kesehatan menjadi sangat jelas. BPJS Kesehatan dapat membantu memastikan bahwa pasien mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan tanpa harus khawatir mengenai biaya.

Untuk mendapatkan cuci darah yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan, ada beberapa langkah yang perlu diikuti. Pertama, pastikan bahwa Anda adalah peserta aktif BPJS Kesehatan dengan memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan nomor kepesertaan yang valid. Selanjutnya, Anda perlu mendapatkan diagnosis dari dokter mengenai gagal ginjal tahap akhir. Dokter juga harus memberikan rujukan untuk terapi cuci darah, mencantumkan jumlah sesi yang diperlukan, serta fasilitas perawatan yang akan digunakan. Setelah itu, Anda bebas memilih fasilitas kesehatan yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dan memiliki unit hemodialisis lengkap. Proses administrasi pun akan dibantu oleh fasilitas kesehatan agar persiapan berkas medis dan data BPJS Kesehatan dapat dilakukan dengan mudah.

Masyarakat diimbau untuk lebih peka terhadap gejala gagal ginjal pada anak-anak serta proaktif dalam melakukan pemeriksaan kesehatan. Kesadaran akan masalah ini sangat penting untuk menangani dan mengobati anak-anak yang menghadapi risiko gagal ginjal. Kontribusi dari sistem kesehatan serta dukungan dari masyarakat diharapkan dapat mengurangi angka kasus gagal ginjal pada anak dan memastikan bahwa perawatan yang diperlukan tersedia untuk anak-anak yang mengalaminya. Ke depannya, diharapkan juga adanya penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi faktor penyebab pasti terjadinya gagal ginjal pada anak dan cara pencegahannya.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button