Gaya Hidup

Alert! WHO Tetapkan Wabah Cacar Monyet sebagai Darurat Global: Apa yang Perlu Diketahui?

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengumumkan bahwa cacar monyet, atau mpox, telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC). Keputusan ini diambil setelah meningkatnya kasus mpox di Republik Demokratik Kongo (DRC) serta berbagai negara di Afrika. Pihak WHO mencatat bahwa situasi ini memerlukan perhatian dan upaya global untuk mengendalikan penyebaran virus ini.

Penetapan PHEIC ini didasarkan pada saran dari Komite Darurat IHR, yang terdiri dari para ahli independen. Mereka melakukan pertemuan untuk membahas data yang disajikan dari para ahli terkait, serta menangani kekhawatiran akan potensi penyebaran lebih lanjut dari virus ini di wilayah Afrika dan kemungkinan menyebar lebih luas ke negara-negara lainnya di luar benua tersebut.

Dalam pernyataannya, Dr. Tedros menyebutkan beberapa faktor yang menjadi perhatian utama, termasuk munculnya clade baru mpox, penyebarannya yang cepat di wilayah timur DRC, serta laporan kasus yang berasal dari negara-negara tetangga. “Sangat jelas bahwa respons internasional yang terkoordinasi diperlukan untuk menghentikan wabah ini dan menyelamatkan nyawa,” ujar Dr. Tedros.

Direktur Regional WHO untuk Afrika, Dr. Matshidiso Moeti, menekankan bahwa upaya signifikan telah dilakukan melalui kolaborasi erat dengan masyarakat dan pemerintah di negara-negara yang terdampak. Dia juga menambahkan bahwa dengan meningkatnya penyebaran virus ini, tindakan internasional yang terkoordinasi menjadi semakin penting untuk mendukung negara-negara dalam mengakhiri wabah ini.

Ketua Komite, Profesor Dimie Ogoina, mengatakan bahwa peningkatan kasus mpox saat ini di beberapa bagian Afrika, bersama dengan penyebaran virus cacar monyet jenis baru yang menular secara seksual, bukan hanya menjadi keadaan darurat di Afrika, tetapi juga di seluruh dunia. Mpox, yang berasal dari Afrika, telah terabaikan di wilayah tersebut, tetapi menyebabkan wabah global pada tahun 2022. Situasi ini menjadi semakin mendesak dengan pengumuman PHEIC yang kedua terkait mpox dalam dua tahun terakhir.

Mpox pertama kali terdeteksi pada manusia pada tahun 1970 di Kongo dan dianggap endemik di negara-negara di Afrika Tengah dan Barat. Pada bulan Juli 2022, kasus mpox yang meningkat di berbagai negara menyebabkan WHO menyatakan PHEIC pertama. PHEIC ini dinyatakan berakhir pada Mei 2023, setelah terjadi penurunan yang signifikan dalam jumlah kasus global. Namun, angka kasus baru kembali meningkat tajam tahun ini, dengan lebih dari 15.600 kasus dan 537 kematian dilaporkan.

Kekhawatiran semakin bertambah dengan munculnya jenis baru virus, kelas 1b, yang tampaknya menyebar secara seksual dan telah terdeteksi di negara-negara tetangga Kongo, yaitu Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda. Lebih dari 100 kasus clade 1b yang telah dikonfirmasi laboratorium dilaporkan di negara-negara tersebut. Banyak ahli percaya bahwa jumlah kasus yang sebenarnya jauh lebih tinggi karena banyak kasus yang berpotensi belum diuji.

Dengan berbagai wabah jenis mpox yang terjadi di berbagai negara, WHO juga menginformasikan bahwa kedua vaksin yang direkomendasikan untuk pengobatan mpox telah disetujui oleh otoritas regulasi di sejumlah negara, termasuk Nigeria dan Kongo. Untuk mempercepat distribusi vaksin di negara-negara berpenghasilan rendah yang belum memiliki akses, Direktur Jenderal WHO sudah memasuki proses Daftar Penggunaan Darurat untuk vaksin mpox. Proses ini diharapkan dapat meningkatkan akses vaksin bagi negara-negara di mana regulasi nasionalnya belum ada.

WHO juga aktif bekerja sama dengan negara-negara dan produsen vaksin mengenai potensi sumbangan vaksin untuk memastikan akses yang adil terhadap vaksin, terapi, diagnostik, dan alat-alat lainnya yang diperlukan dalam menangani aktifitas virus tersebut. Dalam upaya ini, WHO memperkirakan kebutuhan pendanaan awal sebesar US$ 15 juta untuk mendukung kegiatan pengawasan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap mpox di tingkat global. Organisasi ini telah mengeluarkan US$ 1,45 juta dari Dana Kontingensi untuk Keadaan Darurat WHO dan mungkin akan membutuhkan lebih banyak lagi dalam waktu dekat.

Dengan meningkatnya keseriusan situasi ini, WHO mengimbau pada para donor untuk mendanai semua kebutuhan yang diperlukan dalam respons terhadap mpox, agar upaya pencegahan dan penanganan wabah ini dapat berjalan dengan lancar dan efektif. Para pemangku kepentingan di seluruh dunia diharapkan bisa bersatu untuk mengatasi tantangan kesehatan global ini demi perlindungan kesehatan masyarakat yang lebih baik, terutama di wilayah-wilayah yang paling terdampak.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button