Dunia

Alasan Israel Percepat Serangan di Lebanon: Penggunaan Pager untuk Koordinasi Taktis

Serangan mematikan Israel terhadap Hizbullah di Lebanon yang terjadi baru-baru ini menjadi sorotan dunia internasional. Hal ini berawal dari keputusan Israel untuk mempercepat operasi militer yang semula direncanakan akan dilaksanakan hanya jika terjadi perang skala penuh. Namun, intelijen yang diperoleh Israel menunjukkan bahwa dua anggota Hizbullah telah mengetahui adanya perangkat yang telah mereka targetkan. Akibatnya, serangan tersebut dilakukan lebih awal, merenggut nyawa sembilan orang dan melukai ribuan lainnya, termasuk seorang gadis berusia 10 tahun.

Keputusan mendesak Israel untuk menyerang tersebut didorong oleh kelalaian intelijen yang teridentifikasi oleh sumber-sumber intelijen regional. Menurut laporan yang diterbitkan oleh Al-Monitor dan dikutip oleh Anadolu, keputusan untuk melanjutkan rencana secara mendadak didasarkan pada fakta bahwa kelalaian dari dua anggota Hizbullah tersebut bisa membahayakan misi Israel. Perdebatan sengit di kalangan lembaga keamanan Israel terjadi menjelang serangan yang penuh risiko ini.

Sumber-sumber tersebut mengungkapkan bahwa pager, perangkat komunikasi yang beberapa waktu lalu diperoleh oleh Hizbullah, telah dipasangi bahan peledak oleh Israel sebelum perangkat tersebut sampai ke tangan kelompok tersebut. Meskipun tidak ada kejelasan apakah Israel memproduksi atau mengirimkan perangkat tersebut langsung, intelijen Israel terlibat secara aktif dalam operasi ini. Hal ini menunjukkan kemampuan Israel dalam menyusup hingga ke bagian dalam struktur organisasi Hizbullah.

Rencana awal militer Israel adalah untuk meledakkan perangkat ini dalam situasi perang besar, yang bertujuan untuk meraih keuntungan strategis atas Hizbullah. Ketegangan di perbatasan Israel-Lebanon memang meningkat, terutama setelah meningkatnya serangan lintas batas yang berujung pada banyaknya korban dari kedua belah pihak. Namun, keadaan berubah ketika muncul kecurigaan di antara anggota Hizbullah mengenai kemungkinan perangkat tersebut telah dikompromikan.

Seorang anggota Hizbullah yang melontarkan keraguan tentang keamanan pager yang digunakan juga tewas beberapa hari sebelum ledakan terjadi. Menurut sumber intelijen, setelah mengetahui informasi ini, Israels dihadapkan pada tiga pilihan: menyerang Hizbullah dan meledakkan pager sesuai rencana, meledakkan pager sebelum perang untuk menyebabkan kerugian lebih besar, atau mengabaikan rencana yang sudah terkompromikan. Akhirnya, Israel memilih untuk melakukan serangan lebih awal, menyusul rasa urgensi yang tinggi untuk menghindari risiko hilangnya informasi serta kemungkinan paparan terhadap rencana mereka.

Media lain, Axios, melaporkan bahwa pemilihan untuk meledakkan pager itu berkaitan dengan kecemasan Israel bahwa Hizbullah mungkin saja telah mengungkapkan operasi intelijen yang sensitif. Salah satu pejabat AS bahkan menyatakan, "Ini adalah saat untuk bertindak atau kehilangan kesempatan", memberi gambaran tentang ketegangan dan urgensi di balik keputusan Israel.

Respon dari Hizbullah tak kalah menegangkan; mereka mengonfirmasi bahwa beberapa anggotanya tewas dan mengalami cedera akibat serangan tersebut. Hizbullah bersikeras bahwa Israel bertanggung jawab penuh untuk insiden ini dan mengancam untuk melakukan "pembalasan yang adil" mengikuti serangan itu. Ini menunjukkan bahwa ketegangan antara kedua belah pihak kemungkinan akan berlanjut, dengan meningkatnya ancaman terhadap stabilitas di wilayah tersebut.

Insiden ini juga terjadi bersamaan dengan serangan Israel di Jalur Gaza pasca serangan Hamas yang menewaskan lebih dari 41.000 orang, banyak di antaranya adalah wanita dan anak-anak. Konteks ini menambah bobot terhadap tindakan yang diambil oleh Israel dan menempatkan peristiwa tersebut dalam gambaran yang lebih luas terkait konflik yang terus berlangsung di kawasan itu.

Keputusan Israel untuk melaksanakan operasi ini secara mendadak, bahkan tanpa memberi tahu sekutu terdekat mereka, seperti Amerika Serikat, menunjukkan kompleksitas dan kesulitan dalam pengambilan keputusan di dalam lembaga pertahanan Israel. Pengambilan keputusan yang tergesa-gesa ini sering kali disertai risiko tinggi yang pada akhirnya bisa menyebabkan kerugian lebih lanjut di kemudian hari.

Dalam situasi ini, penting untuk memahami bahwa ketegangan di Timur Tengah sering kali bersifat multidimensi, melibatkan banyak aktor, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dalam maupun luar negeri. Keterlibatan berbagai kelompok bersenjata dan dinamika politik internasional akan terus berlanjut mempengaruhi keputusan operasi militer di wilayah tersebut.

Secara keseluruhan, serangan Israel yang dipercepat terhadap Hizbullah ini menyoroti tantangan yang dialami oleh kedua belah pihak dalam menjalankan operasi militer sambil menghadapi tantangan informasi dan keamanan yang terus berkembang. Dalam konteks ini, situasi yang penuh ketegangan dan risiko memberi sinyal bahwa konflik di kawasan ini masih jauh dari kata selesai.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button