Teknologi

AI: Pelopor Revolusi Industri Baru yang Mengubah Lanskap Ekonomi dan Teknologi Global

Dewasa ini, Artificial Intelligence (AI) menjadi salah satu pilar utama dari revolusi industri baru. Terlebih dengan pertumbuhan teknologi yang semakin pesat, AI telah berhasil memasuki berbagai sektor kehidupan, membantu mempermudah pekerjaan hingga meningkatkan efisiensi. Cloud computing adalah salah satu inovasi yang membuat aksesibilitas ke teknologi AI menjadi lebih luas bagi semua kalangan, berkat adanya sistem yang populer seperti ChatGPT. Namun, seperti yang diungkapkan oleh Marc Hamilton, VP, Solutions Architecture and Engineering di NVIDIA, perluasan penggunaan AI ternyata masih kompleks dan kurang dipahami oleh banyak orang.

Hamilton menggambarkan AI sebagai "pabrik AI" yang berfungsi layaknya listrik, dengan masukan energi dan data yang sangat penting. Pabrik AI ini menjadi kunci untuk menggali potensi teknologi yang diciptakan, meski banyak yang tidak memahami cara kerja di baliknya. “Kita hanya tahu bahwa kita dapat mengajukan pertanyaan dan jawabannya muncul secara misterius,” ungkap Hamilton, menunjukkan betapa pentingnya memahami dan mengelola pemrosesan data yang ada di balik AI agar penggunaannya semakin maksimal.

Dalam dunia baru ini, tantangan yang dihadapi sangat signifikan. Banyak perusahaan dan individu yang sudah mulai mengakui manfaat AI, namun ada juga kekhawatiran terkait keamanan, penggunaan energi, dan dampak terhadap tenaga kerja. Pendidikan mengenai AI menjadi sangat penting agar masyarakat tidak tertinggal dalam inovasi ini. Hamilton menekankan bahwa sementara ada kemungkinan sejumlah pekerjaan akan lenyap, justru lebih banyak pekerjaan yang akan mengalami transformasi. Contohnya, seorang agen properti kini bisa menggunakan AI untuk menulis listingan rumah dengan lebih cepat dan efisien.

Dengan memanfaatkan AI, agen properti akan menghabiskan lebih sedikit waktu untuk menulis, dan lebih banyak untuk mengedit dan menyesuaikan gaya penyampaian. Hal ini bukan hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga meningkatkan kualitas dari output yang dihasilkan. “Kita bisa berbuat lebih banyak dengan waktu yang kita miliki berkat keterlibatan AI,” jelas Hamilton mengenai potensi kolaborasi antara manusia dan teknologi AI.

Salah satu aplikasi AI yang menarik adalah penggunaan asisten AI dalam kendaraan. Di Australia, teknologi ini sudah digunakan untuk meningkatkan keselamatan pengemudi dengan cara memantau keadaan pengemudi untuk menghindari kecelakaan. Perangkat tersebut dapat mendeteksi tanda-tanda mengantuk atau perilaku berbahaya lainnya. Inovasi-inovasi seperti ini mencerminkan bagaimana AI berperan penting dalam meningkatkan keselamatan dan efisiensi dalam berbagai industri.

Namun, ada beberapa kesalahpahaman terkait pengembangan AI di industri tertentu. Banyak perusahaan beranggapan bahwa mereka tidak memiliki sumber daya yang cukup, seperti GPU atau dana untuk menyewa layanan yang diperlukan, untuk membangun model bahasa besar mereka sendiri. Apesar de itu, Hamilton menekankan keberadaan ekosistem open source yang mendukung pengembangan AI. Dengan kombinasi yang tepat antara keterampilan teknis dan pengetahuan domain, pengguna dapat membuat model AI yang sama baiknya atau lebih baik daripada model tujuan umum yang ada.

Contoh konkret yang diungkapkan adalah sistem AI dari Bloomberg yang disebut Bloomberg GPT, yang didesain khusus untuk menangani data di ranah keuangan. Sistem ini terbukti lebih efektif dalam menjawab pertanyaan dibandingkan chatbots umum lainnya.

Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi juga semakin rumit seiring dengan semakin tingginya kebutuhan akan komputasi yang lebih aman dan efisien. Ada hal isu mendesak mengenai keamanan data yang perlu dipertimbangkan. Hamilton mencatat bahwa tidak semua orang bisa menggunakan ChatGPT karena kekhawatiran privasi. Dengan data sensitif yang tidak selalu dapat dihosting di cloud, hal ini menimbulkan kebutuhan mendesak bagi perusahaan untuk membangun model bahasa mereka sendiri yang beroperasi di private cloud atau lingkungan lokal.

Tantangan lain yang dihadapi adalah penggunaan energi. Sejak meningkatnya pemakaian teknologi AI, jejak karbon yang dihasilkan oleh pusat data telah menjadi perhatian utama. Hamilton menjelaskan bahwa untuk mengatasi masalah ini, penting untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi dalam pemrosesan AI. Sebanyak 80-90% energi yang digunakan dalam pelatihan model bahasa besar berasal dari pemrosesan data. Oleh karena itu, peralihan dari CPU ke GPU dan akselerator lain menjadi langkah penting untuk mencapai efisiensi energi yang lebih baik.

Model bisnis baru juga mulai muncul dengan kemampuan untuk mendirikan pabrik AI di berbagai lokasi di dunia, menggunakan kelebihan energi lokal untuk mendukung operasi pusat data. Konsep ini memungkinkan perusahaan untuk melayani kebutuhan lokal dengan lebih baik dan efisien, serta mengurangi jejak karbon yang dihasilkan.

Dari beragam sisi dan tantangan yang ada, tampak jelas bahwa AI bukan hanya sekadar teknologi yang hadir untuk menggantikan pekerjaan manusia, tetapi lebih sebagai alat yang memungkinkan transformasi secara mendalam dalam cara kita bekerja dan berinteraksi. Dengan pendidikan dan pemahaman yang tepat, serta inovasi yang berkelanjutan, kita dapat memasuki era baru di mana AI menjadi bagian integral dalam kegiatan sehari-hari dan bisnis. Kesadaran akan pentingnya pengelolaan data dan energi juga akan menjadi kunci dalam pengembangan AI yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button