Teknologi

AI Generatif Jadi Prioritas Utama Eksekutif Perusahaan Indonesia di Era Digital

Riset terbaru dari Salesforce mengungkapkan bahwa AI Generatif telah menjadi salah satu dari tiga prioritas bisnis teratas bagi 82 persen eksekutif perusahaan di Indonesia. Hal ini terungkap dalam survei yang melibatkan 207 pimpinan perusahaan berskala besar di Tanah Air. Iman Muhammad, Country Leader Salesforce Indonesia, menekankan bahwa AI Generatif dipandang sebagai solusi strategis untuk menciptakan nilai tambah dan mempertahankan daya saing di pasar yang kian kompetitif.

Menurut hasil riset, sekitar 50 persen perusahaan di Indonesia telah memiliki strategi AI Generatif yang jelas, sementara 42 persen lainnya masih dalam proses penyusunan strategi untuk mengintegrasikan teknologi ini ke dalam operasi mereka. Temuan ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang gagal dalam mengadopsi AI berisiko besar untuk kalah bersaing di industri yang semakin mengandalkan teknologi.

Salesforce juga memprediksi bahwa akan terjadi pergeseran signifikan dari penggunaan chatbot dan copilot menuju penerapan agen AI otonom. Keyakinan ini muncul dari pengamatan bahwa 100 persen eksekutif responden menilai dalam waktu tiga tahun mendatang, AI akan dapat diandalkan untuk menyelesaikan satu dari tiga pekerjaan, termasuk penulisan, penghalusan tulisan, dan bantuan dalam masalah IT sehari-hari.

Lebih lanjut, sebanyak 49 persen eksekutif menyatakan bahwa pengalaman pelanggan dan inovasi pegawai merupakan pendorong utama adopsi AI Generatif. Sementara itu, 46 persen menyoroti ekspektasi pelanggan terhadap layanan yang lebih cepat dan terpersonalisasi sebagai faktor penting. Adapun 42 persen lainnya menekankan bahwa kebutuhan pegawai untuk mengakses alat-alat AI generatif menjadi salah satu alasan perkembangan teknologi ini.

Optimisme tentang integrasi teknologi AI Generatif juga tercermin dalam tindakan nyata yang telah dilakukan oleh banyak eksekutif. Sebanyak 25 persen responden meyakini bahwa peran CEO sangat krusial dalam keberhasilan integrasi AI, disusul oleh 23 persen yang menilai kepemimpinan CIO atau CTO juga tak kalah penting. 17 persen lainnya menyatakan bahwa kepala departemen berpengaruh besar dalam proses ini.

Sektor IT dinilai paling merasakan dampak dari implementasi AI Generatif, mengungguli dampak pada bagian front-office seperti customer service, pemasaran, dan penjualan. Hal ini berarti bahwa transformasi digital yang dibawa oleh AI Generatif berpotensi mengubah operasional internal perusahaan secara signifikan sebelum akhirnya memengaruhi interaksi langsung dengan pelanggan.

Namun, meskipun penggunaan AI Generatif semakin meluas, 93 persen eksekutif mengungkapkan ada sejumlah faktor yang menghambat penerapannya dalam bisnis mereka. Dari semua faktor yang diidentifikasi, data menjadi isu paling penting. Sebanyak 36 persen eksekutif menyebutkan masalah aksesibilitas dan inklusivitas sebagai kendala, sementara 30 persen lainnya mengakui bahwa pemanfaatan data pelanggan atau perusahaan yang belum optimal juga menjadi penghambat. Selain itu, 30 persen responden menyebut output AI generatif yang kurang akurat dan 29 persen mengindikasikan biaya implementasi yang masih tinggi sebagai tantangan yang harus dihadapi.

Melihat temuan riset ini, dapat disimpulkan bahwa meskipun banyak perusahaan di Indonesia yang sudah mulai mengintegrasikan AI Generatif dalam strategi bisnis mereka, masih ada tantangan besar yang harus diatasi, terutama terkait data dan biaya. Dengan skenario persaingan yang semakin ketat, adopsi AI Generatif tidak lagi merupakan pilihan, melainkan sebuah keharusan bagi perusahaan-perusahaan untuk tetap relevan dan berdaya saing di era digital.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button