Ketika membahas Korea Utara, seringkali orang membayangkan kondisi negara tersebut yang dikelilingi oleh kemiskinan dan kelaparan. Namun, di balik gambaran tersebut, Korea Utara memiliki potensi militer yang tidak bisa dianggap remeh. Berdasarkan data dari Global Firepower untuk tahun 2024, negara ini menempati urutan ke-36 dari 145 negara dalam hal kekuatan militer. Meski tidak sekuat Amerika Serikat atau Rusia, kekuatan persenjataan Korea Utara, terutama senjata-senjata yang ada di gudang senjatanya, tetap menjadi ancaman nyata bagi dunia.
Hwangsong 18 adalah salah satu senjata paling menakutkan di arsenal Korea Utara. Rudal balistik antar benua ini dikembangkan dengan ambisi besar untuk mencapai benua Amerika, memiliki jangkauan operasional mencapai 15.000 kilometer dan dapat meningkatkan kecepatan hingga Mach 27. Dengan spesifikasi tersebut, Hwangsong 18 dapat mencapai Washington DC dari Korea Utara dalam waktu yang sangat singkat. Kekuatan destruktif rudal ini menggarisbawahi kemampuan Korea Utara dalam hal pengembangan teknologi senjata nuklir.
Selanjutnya, Kapal Selam Kelas Sinpo menjadi bagian penting dari ketersediaan persenjataan laut Korea Utara. Kapal selam yang memiliki berat antara 3.000 hingga 5.000 ton ini mampu membawa hingga 10 rudal, termasuk beberapa yang bersifat nuklir. Dengan jangkauan operasional antara 500 hingga 2.500 kilometer, kapal selam ini meningkatkan daya jangkau serangan Korea Utara, menjadikannya ancaman yang sulit dideteksi di bawah permukaan laut.
Berlanjut ke Pongae 6, sistem rudal udara jarak jauh yang pertama kali diproduksi pada tahun 2020 ini memiliki jangkauan operasional antara 400 hingga 600 kilometer. Diklaim dilengkapi radar yang dapat mendeteksi target hingga jarak 600 kilometer, sistem ini di desain untuk menghadapi ancaman udara, seperti pesawat tempur atau rudal yang mendekat. Kapasitas serangannya membuatnya menjadi senjata penting dalam pertahanan udara Korea Utara.
Pokpung Ho adalah nama yang tersemat pada tank tempur utama Korea Utara yang dikembangkan sejak tahun 2002. Tank ini dilengkapi dengan persenjataan lengkap, termasuk dua rudal anti-tank dan rudal permukaan-ke-udara. Dengan tenaga antara 750 hingga 1.000 tenaga kuda, Pokpung Ho dirancang untuk menjadi lawan yang tangguh di medan perang, dapat bersaing dengan tank atau kendaraan tempur lainnya yang ada di wilayah tersebut.
Sistem artileri roket KN-09 juga menonjol dalam daftar senjata mematikan Korea Utara. Diproduksi sejak tahun 2014, KN-09 memiliki 12 misil kaliber 300 milimeter yang bisa menghantam target hingga jarak 200 kilometer. Senjata ini dirancang untuk memberikan daya hancur yang signifikan dengan serangan jarak jauh yang mematikan, menambah keraguan bagi negara-negara yang memandang Korea Utara sebagai ancaman.
Korea Utara juga memiliki pesawat tempur canggih, yaitu MiG-29S ‘Fulcrum’. Pesawat ini diterima sebagai bantuan dari Uni Soviet pada tahun 1988 dan memiliki jangkauan terbang hingga 2.100 kilometer. Meskipun tidak sebanding dengan pesawat-pesawat tempur mutakhir lainnya, MiG-29S tetap menjadi komponen penting dari kekuatan udara Korea Utara.
Sistem pertahanan udara yang sangat menakutkan juga ada di tangan Korea Utara, yaitu Zsu-23-4. Memiliki hampir 10.000 senjata anti-pesawat, Zsu-23-4 dilengkapi dengan empat meriam 23 mm yang mampu menembakkan hingga 4.000 peluru per menit. Sistem ini dirancang untuk menghancurkan target terbang rendah seperti pesawat tempur atau helikopter, menjadi bagian penting dari jaringan pertahanan udara negara itu.
Terakhir, M-1978 Koksan, meriam artileri berat buatan Korea Utara, memiliki jangkauan tembak mencapai 60 kilometer. Meskipun kecepatan tembaknya relatif lambat, daya hancurnya yang besar karena kaliber tinggi membuatnya menjadi salah satu artileri paling mematikan dalam gudang senjata Korea Utara. Bahkan, senjata ini pernah diekspor ke Iran dan digunakan dalam Perang Iran-Irak, menegaskan reputasinya di kancah internasional.
Secara keseluruhan, meskipun Korea Utara dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat kemiskinan tinggi, keberadaan senjata-senjata ini memperlihatkan bahwa negara tersebut tetap menjadi ancaman besar di arena militer global. Keberadaan dan pengembangan senjata canggih ini menunjukkan bahwa meskipun terisolasi, Korea Utara mampu menegaskan posisinya dalam tatanan keamanan dunia yang kompleks. Daya hancur yang dimiliki oleh arsenal senjata ini membuktikan betapa pentingnya bagi komunitas internasional untuk terus memantau dan mengawasi perkembangan yang terjadi di negara tersebut.