Kesehatan

5 Fakta mengejutkan: dr ARL Dipalak Dokter Senior 40 Juta/Bulan, Diduga Pengalaman Semua PPDS

Investigasi kasus bunuh diri dr. Aulia Risma Lestari, seorang peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi di Universitas Diponegoro, terus berlanjut dan mengungkap fakta-fakta mengejutkan mengenai praktik yang dialaminya di lingkungan pendidikan kedokteran. Kasus ini menyoroti masalah serius yang dihadapi para peserta didik di bidang medis, terutama mengenai dugaan pemalakan oleh senior mereka. Berikut adalah lima fakta penting mengenai dr. Aulia yang semakin memperjelas situasi yang dia alami.

Dipalak Senior Hingga Rp40 Juta
Salah satu fakta paling mencolok terkait dr. Aulia adalah pengakuan bahwa dirinya mengalami pemalakan oleh senior-seniornya selama menjalani pendidikan. Menurut informasi yang disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, dr. Aulia terpaksa menyerahkan uang di luar biaya pendidikan yang berkisar antara Rp20 hingga Rp40 juta setiap bulan. Praktik ini menjadi semakin umum dan menjadi rahasia publik di kalangan mahasiswa kedokteran, dan disebut sebagai bagian dari kultur senioritas yang kerap terjadi di lingkungan medis.

Terjadi Sejak Semester I
Pemalakan yang dialami dr. Aulia tidak terjadi secara mendadak, melainkan berlangsung sejak dia mulai memasuki semester satu kuliah, tepatnya pada Juli 2022. Biaya yang harus ditanggungnya tersebut kabarnya digunakan untuk berbagai keperluan yang tidak berhubungan dengan pendidikan formal, seperti pembayaran penulis lepas untuk naskah akademik para senior, upah untuk office boy, serta kebutuhan lain yang harus dipenuhi oleh para senior. Hal ini menjadi faktor tambahan yang membebani keuangan Aulia dan keluarganya.

Diduga Menjadi Pemicu Depresi
Pengeluaran yang tidak terduga ini diduga berkontribusi signifikan terhadap kondisi mental dr. Aulia. Dengan beban finansial yang berat dan tekanan dari lingkungan pendidikan, Aulia mengalami depresi yang semakin parah, sampai pada titik di mana dia merasa tidak ada jalan keluar. Menurut Syahril, bukti-bukti mengenai praktik pemalakan ini telah dilaporkan kepada pihak kepolisian untuk ditindaklanjuti, yang menunjukkan bahwa kasus ini perlu disikapi dengan serius.

Menjadi Bendahara Angkatan
Keterlibatan dr. Aulia sebagai bendahara angkatan menjadikan situasi semakin rumit. Sebagai bendahara, ia bertanggung jawab untuk menerima pungutan dari teman-temannya di angkatan untuk kemudian disalurkan kepada kebutuhan non-akademik yang sering kali Timbul atas permintaan senior. Tugas ini semakin menambah beban psikologis yang dipikulnya, karena dia tidak hanya menghadapi tekanan dari senior tetapi juga dari rekan-rekan sebaya yang mengandalkan keputusannya.

Tidak Bisa Mengundurkan Diri
Rektor Universitas Diponegoro, Suharnomo, mengungkapkan bahwa Aulia sempat ingin mundur dari program PPDS Anestesi. Namun, keinginannya terpaksa dibatalkan karena adanya aturan administrasi yang mengikat. Sebagai penerima beasiswa pemerintah daerah dan dengan statusnya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di RSUD Kardinah Tegal, Aulia berada dalam posisi sulit. Jika dia memutuskan untuk mundur dari program, dia akan dikenakan sanksi berupa denda hingga Rp500 juta, jumlah yang sangat memberatkan keluarga. Keputusan untuk tetap bertahan dalam kondisi yang sulit ini mencerminkan betapa sulitnya situasi yang dihadapi mahasiswa di program ini.

Kasus ini membuka tabir mengenai lingkungan pendidikan kedokteran yang sering kali dianggap tidak berperikemanusiaan. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan isu ini, diharapkan akan ada perubahan yang nyata dalam cara pendidik dan institusi mendukung kesehatan mental peserta didik. Dampaknya harus dihadapi dengan cara konstruktif untuk memastikan agar kasus tragis seperti yang dialami dr. Aulia tidak terulang di masa depan.

Melalui investigasi yang sedang berlangsung, diharapkan akan muncul solusi yang dapat memperbaiki sistem pendidikan kedokteran dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan lebih mendukung bagi mahasiswa. Data dan bukti-bukti terkait kasus ini akan membantu pihak berwenang dalam mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghentikan praktik-praktik tidak etis di lingkungan pendidikan medis saat ini.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button