Kesehatan

5 Alasan Ilmiah Mengapa Daging Kucing Tidak Boleh Dimakan oleh Manusia

Media sosial belakangan ini dihebohkan dengan berita mengenai seorang bapak kos berinisial NY (63) di Semarang yang kedapatan mengonsumsi daging kucing. Aksinya ini menuai kecaman dari banyak pihak, mengingat kucing dikenal luas sebagai hewan peliharaan di seluruh dunia, bukan sebagai makanan. NY mengaku telah memakan daging 10 kucing selama setahun, dengan alasan daging tersebut dapat membantu menurunkan kadar gula darahnya yang tinggi akibat diabetes. Namun, ada banyak alasan ilmiah yang menggarisbawahi mengapa daging kucing sebaiknya tidak dikonsumsi manusia.

Selama ini, kucing dikenal sebagai hewan peliharaan yang bersahabat, mandiri, dan penuh kasih sayang. Dalam konteks hukum, mengonsumsi daging kucing juga dianggap tidak etis. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang diubah dengan UU 41 Tahun 2014 menetapkan bahwa membunuh dan mengonsumsi kucing adalah tindakan yang melanggar hukum dan norma kemanusiaan.

Menurut para ahli, ada beberapa alasan ilmiah yang mendasari larangan untuk mengonsumsi daging kucing. Dosen Kesehatan Masyarakat Veteriner dari Universitas Airlangga, Prima Ayu Wibawati, menyatakan bahwa kucing bukanlah sumber pangan yang aman. Di Indonesia, ada kebijakan resmi mengenai pemotongan hewan di Rumah Potong Hewan (RPH) untuk memastikan produk yang dihasilkan aman, sehat, dan halal. Sayangnya, tidak ada standardisasi pemotongan untuk kucing, dan hal ini menjadikan daging kucing berisiko untuk dikonsumsi.

Lebih jauh lagi, ada potensi untuk terjadinya Meat Borne Disease—penyakit yang dapat ditularkan lewat konsumsi daging kucing. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan antara lain Salmonellosis, Botulisme, Tuberkulosis, Brucellosis, hingga infeksi rabies. Penyakit-penyakit ini bisa sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan bisa berujung pada komplikasi serius jika tidak ditangani dengan cepat.

Bukan hanya dari aspek kesehatan, konsumsi daging kucing juga bertentangan dengan prinsip animal welfare. Kucing, sebagai hewan peliharaan, seharusnya dihargai dan dilindungi. Dalam praktiknya, kucing yang dikonsumsi bisa jadi berasal dari hewan peliharaan yang dicuri, dan pemotongan hewan tersebut bisa jadi dilakukan tanpa memperhitungkan kesejahteraan hewan. Hal ini menjadikan tindakan mengonsumsi daging kucing sebagai pelanggaran norma kemanusiaan dan moral yang mendalam.

Sebagai tambahan, mengonsumsi daging kucing juga dapat menciptakan stigma negatif terhadap hewan peliharaan. Masyarakat perlu menyadari bahwa di balik perilaku yang tampaknya sepele ini, terdapat dampak besar terhadap pandangan dan perlakuan terhadap kucing dan hewan peliharaan lainnya. Penting bagi masyarakat untuk memahami nilai emosional dan sosial dari hewan peliharaan, yang seharusnya bukan dijadikan sebagai sumber pangan, melainkan sebagai teman hidup yang setia.

Aksi salah satu individu ini juga membuka diskusi yang lebih luas tentang praktik-praktik konsumsi daging di masyarakat. Dalam beberapa budaya, hewan lainnya seperti anjing atau kucing memang ada yang dikonsumsi, namun hal ini perlu dilihat dari konteks kemanusiaan dan kesejahteraan hewan. Sementara itu, masyarakat di Indonesia cenderung menganggap kucing sebagai hewan peliharaan, mengingat nilai luhur yang diterapkan kepada hewan tersebut.

Selain menyoroti isu kesehatan dan etika, ini juga mencerminkan tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan hewan. Dengan melindungi kucing dan hewan peliharaan lainnya, kita turut serta dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi semua makhluk hidup. Mengetahui fakta-fakta ini, sudah seharusnya kita dapat mendorong kesadaran pada tingkat komunitas tentang pentingnya perlakuan hormat dan berperikemanusiaan terhadap semua hewan.

Kejadian ini pun seharusnya menjadi pengingat untuk semua orang agar tidak terjebak dalam mitos atau keyakinan yang salah tentang manfaat kesehatan dari mengonsumsi daging hewan tertentu. Dimungkinkan banyak yang percaya bahwa ada keunggulan nutrisi dari daging kucing, namun informasi ilmiah yang ada justru menunjukkan sebaliknya.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengedukasi diri dan saling berbagi pengetahuan mengenai pentingnya menjaga kesejahteraan hewan dan memahami berbagai risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan. Informasi yang lebih luas dan akurat dapat membantu mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan, di mana orang-orang mengambil keputusan yang tidak etis dan berbahaya dengan mengonsumsi hewan peliharaan.

Dengan fakta-fakta ini, diharapkan masyarakat lebih bijak dalam memahami hubungan antara manusia dan hewan peliharaan. Kucing dan hewan lainnya tidak seharusnya dipandang sebagai sumber pangan, tetapi sebagai teman yang layak untuk dicintai dan dijaga.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button