Menurut survei yang dilakukan oleh Public Policy pada tahun 2013, sekitar 12 juta orang di Amerika Serikat percaya bahwa negara mereka dikuasai oleh bangsa alien kadal. Keyakinan ini menimbulkan spekulasi bahwa tokoh-tokoh politik besar seperti Donald Trump, Joe Biden, dan Kamala Harris adalah contoh dari manusia kadal yang menyamar. Kepercayaan ini muncul dari teori konspirasi "reptilian humanoid" yang cukup populer di AS.
Teori konspirasi ini diangkat oleh David Icke, seorang penulis dan aktivis asal Inggris, melalui bukunya yang berjudul "The Biggest Secret" yang diterbitkan pada tahun 1999. Dalam karyanya, Icke menyebutkan bahwa para pemimpin dunia, baik yang sekarang maupun yang pernah ada, adalah bagian dari spesies reptil yang berasal dari tata sistem bintang Alpha Draconis. Menurutnya, mereka bersembunyi di bawah tanah dan mengendalikan umat manusia dari kegelapan. Icke mengklaim bahwa pemimpin-pemimpin ini, termasuk keluarga Bush dan keluarga kerajaan Inggris, terhubung dengan bangsa reptil, sehingga ia memiliki pandangan unik tentang bagaimana kekuasaan dikelola di dunia.
Dalam analisisnya, Icke merujuk kepada budaya Ubaid yang ada di Mesopotamia (6500-3800 SM) dan mencatat bahwa bangsa reptil yang disebut Draco pernah menguasai dunia serta disembah oleh orang-orang pada zaman tersebut. Ia menegaskan bahwa ini adalah awal mula keberadaan manusia kadal, di mana bangsa Draco melakukan perkawinan silang dengan manusia dan menghasilkan keturunan setengah kadal dan setengah manusia yang kini berkuasa di seluruh dunia.
Menariknya, teori manusia kadal ini tidak hanya didengar di kalangan masyarakat biasa tetapi juga di dunia politik. Seperti yang disebutkan, Thierry Baudet, anggota Parlemen Belanda, dalam sebuah podcast di tahun 2022 mempertegas kepercayaannya bahwa dunia dipimpin oleh reptil-reptil jahat. Hal ini menunjukkan bahwa teori tersebut telah berkembang setidaknya ke ranah politik Eropa, menambah kompleksitas kepercayaan tersebut.
Namun, Icke bukanlah pencetus pertama dari teori ini. Sebelumnya, penulis Helena Blavatsky juga merujuk pada konsep manusia mirip naga dalam bukunya "The Secret Doctrine" pada tahun 1888. Meskipun buku tersebut lebih berfokus pada hal-hal esoteris, pembahasan tentang peradaban Lemuria dan pengaruhnya terhadap manusia tetap mempertahankan jejak keyakinan akan eksistensi makhluk yang tidak biasa.
Teori konspirasi ini juga sering dimanfaatkan dalam politik di AS. Pada pemilu provinsi tahun 2003, seorang kandidat bernama Ernie Eves menyebut lawan politiknya, Dalton McGuinty, sebagai "reptil jahat, pemakan anak kucing, dari planet lain". Taktik ini menunjukkan betapa konyolnya penggambaran yang dibawa oleh teori konspirasi tersebut, tetapi efektif dalam menyerang karakter lawan politik.
Kejadian luput kontrol lainnya terjadi menjelang pemilu Presiden AS pada tahun 2016, di mana tiga rambu jalan elektronik diretas dan diubah untuk mencantumkan tulisan "Donald Trump adalah kadal yang bisa berubah bentuk". Walaupun berakar dari teori yang tidak berdasar, tindakan tersebut menunjukkan seberapa jauh keyakinan ini dapat mempengaruhi perilaku masyarakat.
Masyarakat di AS yang percaya pada teori ini tampaknya tidak terpengaruh oleh bukti-bukti nyata yang menolak klaim tersebut. Masyarakat ini mungkin lebih tertarik pada gagasan konspirasi yang menawarkan penjelasan alternatif untuk kompleksitas politik dan sosial yang mereka hadapi. Fenomena ini bisa dipahami sebagai kebutuhan psikologis untuk memahami dunia yang sering terasa tidak dapat diprediksi.
Terlepas dari kedalaman keyakinan tersebut, para ahli menunjukkan bahwa teori konspirasi sering kali muncul di saat ketidakpastian dan ketidakpuasan masyarakat terhadap pemimpin mereka. Kepercayaan ini bisa dipandang sebagai bentuk pelarian dari realitas atau solusi dari kecemasan yang dihadapi. Faktor-faktor ini menciptakan iklim bagi teori seperti reptilian humanoid untuk berkembang dan bertahan di tengah-tengah masyarakat.
Walaupun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa para pemimpin dunia adalah reptil yang menyamar, esensi dari kepercayaan ini menggambarkan dinamika sosial yang kuat, di mana teori konspirasi menjadi saluran untuk mengekspresikan ketidakpuasan, ketakutan, dan kekecewaan terhadap kebijakan yang ada. Badan-badan penelitian terus melakukan survei dan studi untuk memahami lebih dalam fenomena ini dalam konteks zaman modern.
Dari semua deretan fakta dan keyakinan, jelas bahwa teori manusia kadal berfungsi di luar sekadar menjadi kepercayaan aneh. Ini adalah gambaran dari bagaimana masyarakat dapat menggunakan narasi fantastis untuk menjelaskan dan memberi makna pada dunia yang cepat berubah, meskipun tidak mengabaikan kenyataan bahwa hal tersebut membawa dampak nyata pada kehidupan sosial dan politik.