Gaya Hidup

10 Negara dengan Ketimpangan Kekayaan Tertinggi: Indonesia Masuk Dalam Daftar

Kekayaan di dunia menghadapi ketimpangan yang mencolok, yang terwujud dalam angka-angka yang mengkhawatirkan. Data terbaru dari World Inequality Database menunjukkan bahwa pemilikan kekayaan global sangat terkonsentrasi, di mana sekitar 10% penduduk dunia menguasai sebagian besar harta. Laporan UBS Global Wealth Report 2024 menawarkan gambaran menyeluruh mengenai 10 negara dengan ketimpangan kekayaan tertinggi di dunia dengan menggunakan indeks Gini sebagai acuan.

Indeks Gini merupakan alat ukur yang menghitung kesenjangan pendapatan di antara individu dalam suatu negara. Skor 0 mengindikasikan distribusi kekayaan yang merata di seluruh populasi, sementara skor 100 menunjukkan ketimpangan total, di mana satu individu memiliki seluruh kekayaan. Menurut data, Afrika Selatan terdaftar di posisi teratas dengan skor 82, diikuti oleh Brasil dengan skor 81. Kedua negara ini merupakan contoh nyata dari tantangan yang dihadapi negara berkembang, terutama terkait distribusi kekayaan yang tidak merata.

Negara ketiga dan keempat, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi, keduanya menunjukkan angka 77. Meskipun kekayaan kedua negara ini berasal dari sumber daya alam yang melimpah, distribusi kekayaan tetap menjadi masalah, di mana sebagian besar harta terkonsentrasi pada segelintir elit. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada potensi ekonomi yang besar, akses dan manfaat ekonomi tidak dirasakan secara merata oleh seluruh populasi. Tak jauh dari mereka, Swedia dan Amerika Serikat mengikuti dengan skor 75, menandakan adanya kesenjangan yang signifikan dalam kesejahteraan ekonomi.

India dengan skor 73 dan Meksiko yang mencatat skor 72, menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang tidak seimbang mendalam terjadi di antara kedua negara ini, di mana sebagian populasi masih hidup dalam kemiskinan sementara sebagian kecil menikmati kekayaan yang sangat besar. Singapura, negara dengan ekonomi maju, juga tidak luput dari masalah ketimpangan dengan skor 70, mencerminkan bahwa negara dengan perkembangan yang pesat tetap dapat menghadapi tantangan dalam pemerataan kekayaan.

Indonesia, negara yang dikenal dengan potensi sumber daya alamnya, duduk di posisi kesepuluh dengan skor 68. Ketimpangan di Indonesia juga sangat terlihat, terutama antara daerah perkotaan yang lebih maju dengan wilayah perdesaan yang masih tertinggal. Faktor-faktor seperti akses terbatas ke pendidikan dan layanan kesehatan berkontribusi pada kesenjangan ini, yang mendorong perbedaan signifikan dalam pendapatan.

Berdasarkan data, negara berkembang seperti Afrika Selatan, Brasil, India, Meksiko, dan Indonesia berada di urutan teratas dalam daftar ini. Ini menunjukkan bahwa ketimpangan kekayaan sering kali dihadapi oleh negara-negara yang masih dalam tahap perkembangan ekonomi, yang tidak hanya mempengaruhi kekayaan individu tetapi juga kualitas hidup masyarakat secara umum.

Sementara itu, ketimpangan kekayaan di negara-negara Timur Tengah, seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi, disebabkan oleh dominasi ekonomi yang dipegang oleh kelompok-kelompok elit. Dalam hal ini, Uni Emirat Arab memproyeksikan akan menarik sejumlah besar jutawan pada tahun 2024, dengan perkiraan 6.700 orang yang berpotensi pindah ke sana pada akhir tahun ini. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada pertumbuhan signifikan dalam sektor ekonomi, distribusi kekayaan tetap menjadi tantangan besar, bahkan di negara yang tampaknya kaya seperti ini. Pada tahun 2022, 1% orang dewasa teratas di Uni Emirat Arab menguasai 43,5% dari total kekayaan negara tersebut, mencerminkan seberapa besar kesenjangan yang ada.

Salah satu masalah mendasar dalam distribusi kekayaan adalah ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya. Di banyak negara, terutama yang masuk dalam daftar ini, akses terbatas ke pendidikan dan layanan kesehatan sering kali menghalangi individu dari kalangan bawah untuk memperbaiki keadaan ekonomi mereka. Pendidikan yang berkualitas dan layanan kesehatan yang memadai adalah dua faktor kunci yang dapat mengangkat kehidupan masyarakat, namun sering kali diabaikan dalam beberapa kebijakan pembangunan.

Hal ini juga menciptakan lingkaran setan di mana ketimpangan yang ada menghambat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Tanpa inisiatif yang tepat untuk meratakan distribusi kekayaan, negara-negara yang berada di posisi ini mungkin akan terjebak dalam stagnasi sosial dan ekonomi.

Mencegah ketimpangan semakin melebar adalah tindakan yang mendesak. Pemerintah negara-negara dengan indeks Gini tinggi perlu mengadopsi kebijakan yang proaktif untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan layanan kesehatan, terutama di area yang kurang berkembang. Dengan cara ini, diharapkan seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan kekayaan yang sudah mengakar.

Adalah penting bagi masyarakat global untuk menyadari betapa realistisnya ketimpangan kekayaan tersebut dan mencari cara untuk menciptakan perubahan yang positif. Ketimpangan bukan hanya masalah negara tertentu; ia mencerminkan tantangan yang lebih luas dalam konteks sosial dan ekonomi yang membutuhkan perhatian serta tindakan kolektif. Seruan untuk keadilan ekonomi dan distribusi yang lebih merata menjadi semakin mendesak, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesenjangan yang menganga di seluruh dunia.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button