Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan adanya 88 kasus Mpox, atau yang dikenal juga sebagai monkeypox, di tanah air selama periode 2022 hingga 2024. Dari jumlah tersebut, 14 kasus terjadi pada tahun 2024, dengan 11 kasus di antaranya dicatat di DKI Jakarta. Hal ini menunjukkan perlunya langkah-langkah preventif yang lebih intensif dalam mengatasi penyebaran penyakit ini. Beruntungnya, semua pasien yang terinfeksi telah dinyatakan sembuh, tetapi kewaspadaan masyarakat tetap menjadi kunci dalam mencegah penyebaran lebih lanjut.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat bahwa kasus-kasus Mpox yang terjadi di Jakarta tersebar di delapan kecamatan, yaitu Ciracas, Grogol Petamburan, Jatinegara, Kebon Jeruk, Matraman, Pasar Minggu, Tanah Abang, dan Tanjung Priok. Penderita yang terinfeksi berkisar pada rentang usia 21 hingga 50 tahun. Data tersebut menggambarkan perlunya edukasi dan vaksinasi untuk kelompok yang berisiko tinggi, khususnya laki-laki berusia 20 hingga 40 tahun, yang berkerja di luar rumah dan mereka yang aktif secara seksual.
Langkah-langkah preventif telah diambil oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta, termasuk vaksinasi yang telah menjangkau 495 orang, serta program edukasi yang ditujukan bagi kelompok-kelompok rentan. Edukasi ini penting mengingat bahwa Mpox dapat menyebar dari hewan ke manusia maupun dari manusia ke manusia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hewan yang dapat membawa virus Mpox meliputi beberapa spesies monyet dan hewan pengerat seperti tupai. Menghindari kontak fisik dengan hewan tersebut adalah salah satu langkah pencegahan yang harus diperhatikan. Gigitan atau cakaran dari hewan tersebut dapat menjadi sumber penularan.
Selain penularan dari hewan, Mpox juga bisa menular antar manusia. Kontak langsung yang meliputi sentuhan kulit dan interaksi seksual merupakan media penyebaran yang umum. Virus juga bisa menyebar melalui percakapan jarak dekat, di mana percikan napas dan liur berpotensi menularkan virus. Dalam hal ini, menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang yang menunjukkan gejala-gejala Mpox menjadi langkah penting. Sentuhan pada permukaan yang telah terkontaminasi oleh orang yang terinfeksi juga bisa menyebabkan penyebaran virus.
Berdasarkan informasi dari Mayo Clinic, beberapa tips untuk mencegah Mpox yang dapat diterapkan oleh masyarakat meliputi:
- Mencari informasi dan melakukan vaksinasi yang ditawarkan oleh dinas kesehatan setempat, terutama bagi mereka yang merupakan kelompok rentan.
- Hindari kontak kulit dengan individu yang menunjukkan gejala cacar atau ruam, serta gunakan masker saat berbicara dengan mereka.
- Jangan menyentuh material kain yang pernah bersentuhan dengan orang atau hewan yang terinfeksi.
- Gunakan hand sanitizer setelah bersalaman atau menyentuh benda-benda di tempat umum.
- Jika tidak ada hand sanitizer, cuci tangan dengan sabun setelah berinteraksi dengan orang yang terinfeksi atau hewan.
- Hindari menyentuh hewan sembarangan, terutama spesies yang membawa virus.
- Jika terdiagnosis terinfeksi Mpox, lakukan isolasi agar penyakit tidak menyebar.
Masyarakat perlu mengenali gejala-gejala Mpox agar dapat melakukan tindakan pencegahan yang tepat. Berdasarkan kasus-kasus sebelumnya, beberapa gejala yang perlu diwaspadai antara lain demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, kelelahan, serta munculnya ruam atau lesi yang mungkin dapat terlihat di area genital, anus, mulut, dan mata. Gejala ini umumnya muncul dalam beberapa hari setelah terpapar virus, sehingga penting bagi masyarakat untuk segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala yang mencurigakan.
Dengan pemahaman yang baik mengenai cara penularan, gejala, dan langkah-langkah preventif, masyarakat dapat turut berkontribusi dalam mencegah penyebaran Mpox. Kesadaran diri dan upaya untuk menjaga kesehatan akan menjadi deterjen utama dalam menanggulangi ancaman penyakit ini di Indonesia. Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat tetap berkomitmen untuk memberikan informasi dan bantuan yang dibutuhkan agar masyarakat terlindungi dari Mpox di masa mendatang.