Sains

Serba-Serbi Awan Arcus: Waspadai Awan Tsunami dan Angin Ribut Saat Peralihan Musim!

Buatkan artikel berita yang lengkap dan informatif dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan referensi data dari artikel berita yang saya berikan. Artikel berita yang ingin saya buat akan membahas topik utama mengenai Serba-Serbi Awan Arcus atau Awan Tsunami yang Muncul Kala Peralihan Musim, Hati-hati Angin Ribut! dengan panjang artikel sekitar 1000 kata.

Pastikan untuk mengikuti panduan berikut saat membuat artikel berita:

1. Gunakan format dan gaya penulisan yang sesuai dengan kaidah jurnalistik, termasuk struktur piramida terbalik, penggunaan bahasa yang objektif dan faktual, serta penyajian informasi yang jelas dan akurat.
2. Pastikan artikel mengikuti pedoman standar berita seperti menyertakan lead yang menarik, latar belakang yang relevan, dan kutipan atau data yang mendukung.
3. Jangan membuat judul utama artikel, tapi langsung buat konten utama artikel tanpa judul.
4. Jangan gunakan format heading apapun dalam isi konten artikel, tapi gunakan format huruf tebal untuk poin-poin penting.
5. Jangan membuat bagian kesimpulan di akhir artikel, dengan maksud agar artikel tidak terlihat seperti artikel yang dihasilkan atau dibuat oleh mesin AI.

Dengan menggunakan data dari artikel referensi dan pengetahuan terkini yang Anda miliki, pastikan bahwa artikel berita ini memiliki potensi untuk menduduki peringkat tinggi di hasil penelusuran Google.

Silakan gunakan artikel referensi berikut sebagai sumber data dan informasi tambahan:

Suara.com – Fenomena awan tsunami atau yang dikenal sebagai awan Arcus di Indonesia telah menarik perhatian para pengguna media sosial. Pertanyaan yang muncul adalah apakah awan tsunami merupakan fenomena alam yang biasa terjadi?

Salah seorang pengguna media sosial sempat membagikan sebuah gambar ilustrasi tentang awan tsunami. Dalam unggahannya, ia juga menjelaskan bahwa awan ini sering terbentuk pada saat peralihan musim atau pancaroba.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan bahwa fenomena awan Arcus atau awan tsunami ini umumnya terjadi selama musim pancaroba dan musim hujan, yang biasanya berlangsung dari bulan September hingga Februari.

Awan ini sering muncul pada bulan-bulan peralihan seperti September, Oktober, dan November, di mana bentuknya menyerupai ombak tsunami. Sedangkan pada musim hujan, awan tsunami ini sering terlihat dari Desember hingga Februari.

Baca Juga: Minimnya Literasi Soal Megathrust, Bikin Dunia Wisata Jadi Lesu?

Mengapa Dinamakan Awan Tsunami?

Istilah “awan tsunami” digunakan secara populer oleh masyarakat karena bentuknya yang mirip dengan gulungan gelombang tsunami. Sebenarnya, nama ilmiahnya adalah awan Arcus.

“Fenomena ini bisa menyebabkan hujan deras dan angin kencang, namun tidak ada hubungannya dengan bencana geologi seperti gempa bumi atau tsunami,” demikian disampaikan oleh BMKG Kalsel melalui akun Instagram resmi Stasiun Meteorologi Banjarmasin @cuacakalsel.

Awan Arcus adalah tipe awan dengan ketinggian rendah dari permukaan, termasuk dalam kelompok cumuliform. Menurut Ina Juaeni, anggota Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TREAK) di LAPAN, awan ini terbentuk pada ketinggian antara permukaan hingga sekitar 1,9 kilometer.

Awan Arcus dapat muncul bersamaan dengan awan badai cumulonimbus. Bentuknya yang seperti gulungan horizontal biasanya terpisah dari awan induk, sedangkan yang datar cenderung menyatu dengan dasar awan cumulonimbus.

Bagaimana Awan Arcus Terbentuk?

Awan ini terbentuk akibat ketidakstabilan di atmosfer, di mana udara hangat dan lembab bertemu dengan udara dingin. Di sepanjang pertemuan ini, terbentuk awan Arcus yang menyerupai gulungan awan besar mirip gelombang tsunami.

Baca Juga: Kapan Musim Hujan 2024 Dimulai? Cek Perkiraan Cuaca Lengkap Hingga Akhir Tahun Yuk

Gulungan awan terbentuk karena perbedaan kecepatan angin, di mana sisi luar awan terlihat halus sementara sisi dalam lebih kasar akibat hembusan angin yang kuat. Kemunculan awan Arcus juga sering menjadi tanda bahwa hujan badai atau angin kencang akan segera tiba.

Arcus, baik dalam bentuk gulungan maupun datar, menandakan cuaca ekstrem yang akan datang, khususnya badai atau hujan deras. Meskipun awan Arcus berbentuk gulungan jarang terjadi, bentuk yang datar lebih umum ditemui. Awan ini umumnya muncul di sepanjang wilayah pesisir, meskipun tidak menutup kemungkinan muncul di wilayah yang jauh dari pantai.

Dampak Awan Arcus

Awan Arcus, baik berbentuk roll cloud (awan gulung) maupun shelf cloud (awan rak), memiliki dampak signifikan terhadap kondisi cuaca di tempat kemunculannya. Berikut adalah beberapa dampak utama yang sering ditimbulkan oleh awan Arcus:

1. Tanda Cuaca Ekstrem

Keberadaan awan Arcus biasanya menandakan bahwa cuaca ekstrem sedang atau akan segera terjadi. Awan shelf sering mendahului badai petir yang intens, sementara awan roll sering terlihat sebelum terjadi garis squall. Kedua jenis awan ini memperingatkan akan potensi terjadinya hujan lebat, angin kencang, dan badai petir.

2. Hujan Lebat dan Potensi Banjir

Awan Arcus sering kali diiringi hujan deras dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat, yang berpotensi menyebabkan banjir di daerah rawan, terutama jika curah hujan terjadi secara cepat dan meluas.

3. Angin Kencang dan Angin Ribut

Awan ini sering menjadi pertanda akan datangnya aliran udara yang sangat kuat. Misalnya, awan shelf biasanya mendahului angin kencang yang bisa merusak bangunan, tanaman, atau infrastruktur. Angin ribut yang muncul tiba-tiba juga berisiko membahayakan keselamatan di luar ruangan.

4. Penurunan Jarak Pandang

Awan Arcus yang tebal dan rendah dapat menyebabkan berkurangnya jarak pandang, yang berpotensi mengganggu transportasi di darat maupun di udara, serta aktivitas luar ruangan lainnya.

5. Perubahan Suhu Mendadak

Awan Arcus dapat membawa perubahan suhu drastis ketika udara dingin dari badai atau squall line menggantikan udara hangat yang ada sebelumnya. Penurunan suhu ini bisa berdampak pada kesehatan serta aktivitas sehari-hari.

6. Petir dan Aktivitas Listrik

Kehadiran awan Arcus sering kali menandakan potensi tinggi terjadinya petir, yang bisa membahayakan dengan meningkatkan risiko kebakaran, merusak peralatan elektronik, atau mengganggu jaringan listrik.

7. Kondisi Laut yang Berbahaya

Di wilayah pesisir, awan Arcus bisa memicu kondisi laut yang berbahaya seperti gelombang tinggi dan arus yang kuat, yang berisiko mengancam keselamatan pelayaran dan aktivitas laut lainnya.

Dengan memahami dampak-dampak yang dapat ditimbulkan oleh awan Arcus, masyarakat dapat lebih siap menghadapi cuaca ekstrem yang mungkin terjadi. Awan yang indah dan dramatis ini sering kali membawa peringatan bahwa perubahan cuaca yang drastis sedang mendekat.

Kontributor : Rishna Maulina Pratama

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button