Shell Lubricants telah menegaskan posisinya sebagai one-stop solution dalam penyediaan pelumas untuk kendaraan bermotor di Indonesia. Namun, perusahaan ini tidak hanya berfokus pada sektor otomotif. Rencana strategis Shell juga mencakup penetrasi yang lebih mendalam ke dalam sektor pertambangan, yang dinilai memiliki peluang besar di tengah permintaan yang terus meningkat.
Sektor pertambangan, baik itu batu bara maupun mineral seperti nikel yang saat ini tengah menjadi tren, membutuhkan pelumasan yang optimal untuk kendaraan dan mesin yang beroperasi dalam kondisi ekstrim. Vice President Marketing Lubricants Shell Indonesia, Arie Satyanggoro, menjelaskan bahwa meskipun peluang di sektor ini cukup terbuka, tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit. "Bicara tentang eksplorasi dari pertambangan, baik yang tradisional kita bicara batu bara atau mungkin teman-teman lihat ya belakangan ini kita banyak bicara mineral, mining, nikel. Ekspansinya semakin luar biasa. Jadi semakin besar ekspansinya, tentu saja challenge buat para pemain industri-nya akan juga semakin luar biasa," ungkap Arie saat berbicara di JIExpo Kemayoran baru-baru ini.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Arie menekankan pentingnya peningkatan produktivitas dan penerapan prinsip keberlanjutan (sustainability) dalam operasional industri pertambangan. "Karena itu kan hubungan dengan lingkungan sangat-sangat tinggi sekali," lanjutnya. Shell mendefinisikan strategi mereka dalam empat pilar utama yang akan mendukung pertumbuhan dan efisiensi dalam sektor ini.
Pilar pertama adalah fokus pada produktivitas. Arie menyebutkan bahwa untuk bersaing secara efektif, perusahaan harus dapat meningkatkan efisiensi operasional mereka menggunakan teknologi yang tepat. "Tentu saja mereka harus jauh lebih efisien dan itu kita masuk juga dengan bagaimana kita bisa improvisasi dari teknologi yang kita punya," ujarnya. Dengan meningkatkan produktivitas, perusahaan akan mampu mengurangi waktu henti dan meningkatkan hasil produksi secara keseluruhan.
Pilar kedua yang menjadi perhatian adalah keberlanjutan. Shell berkomitmen untuk memperkenalkan produk yang lebih ramah lingkungan. Menurut Arie, efisiensi mesin yang lebih baik akan menghasilkan penghematan energi yang signifikan. Dalam waktu dekat, Shell akan meluncurkan produk baru berupa panolin, yang merupakan pelumas biodegradable. "Kalau kita tahu kan kalau di mining sangat erat hubungannya dengan lingkungan, jadi kita mengeluarkan biodegradable produk," imbuhnya.
Pilar ketiga adalah digitalisasi. Shell percaya bahwa melalui penerapan solusi digital, perusahaan dapat mengurangi waktu downtime yang biasanya terjadi dalam operasi pertambangan. Digitalisasi dapat membantu dalam pemeliharaan operasional, sehingga meningkatkan efisiensi dan efektivitas secara keseluruhan.
Terakhir, pilar keempat adalah peningkatan sumber daya manusia. Shell berusaha membantu pelanggan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja mereka. "Itulah kenapa di Shell juga kita punya Pilar keempat yang berbicara tentang bagaimana kita bisa membantu customer kita untuk meng-upgrade workforce-nya supaya mereka siap dengan perkembangan industri yang terbaru," tutup Arie.
Dengan rencana yang komprehensif ini, Shell Lubricants berusaha tidak hanya sebagai penyedia pelumas yang kompetitif di pasar otomotif, tetapi juga sebagai mitra strategis dalam sektor pertambangan yang memiliki tantangan dan peluang yang cukup signifikan. Melalui inovasi dan penekanan pada keberlanjutan, Shell ingin memastikan bahwa produk dan layanan mereka berkontribusi positif baik terhadap industri maupun lingkungan.
Keberhasilan Shell dalam mengimplementasikan strategi ini akan sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar dan teknologi yang terus berkembang. Dengan fokus pada empat pilar utama tersebut, Shell Lubricants tampak siap untuk mengambil peran yang lebih besar di sektor pertambangan, yang pada gilirannya akan memperkuat posisinya di pasar pelumas Indonesia.