Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Kelontong Seluruh Indonesia (Perpeksi), Wahid, bersama Direktur Utama PT Trans Digital Cemerlang (TDC), Indra, menegaskan pentingnya mendorong penggunaan transaksi digital, khususnya QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), di kalangan pedagang kelontong. Dalam sebuah wawancara pada Jumat, 13 September 2024, Wahid menjelaskan bahwa QRIS memberikan kemudahan bagi pengusaha kelontong dalam melakukan transaksi, di mana transaksi akan sesuai dengan harga yang dibayar tanpa perlu mencari uang kembalian.
Namun, penggunaan QRIS di kalangan pelaku usaha kelontong masih sangat rendah. Menurut data yang disampaikan Wahid, saat ini belum sampai 10 persen anggota Perpeksi yang telah menggunakan QRIS dalam transaksi mereka. “Masih banyak pemilik toko kecil dan UMKM yang perlu mendapatkan edukasi lebih tentang penggunaan QRIS,” ujar Wahid. Ia menambahkan, seringkali para pedagang kelontong mengalami kendala teknis, seperti salah mengunduh aplikasi QRIS, yang mengakibatkan mereka tidak dapat menggunakan sistem tersebut.
Wahid menekankan bahwa untuk meningkatkan adopsi QRIS, perlu ada sosialisasi yang lebih masif dan berkelanjutan dari semua pihak terkait. “Perpeksi siap membantu jika tujuan dari ini baik, untuk memberikan kemudahan dalam transaksi serta mengurangi ketergantungan pada uang tunai yang dapat menjadi perantara dalam pembayaran,” imbuhnya. Dia juga mencatat bahwa pemahaman mengenai cara mengakses dan memanfaatkan QRIS masih sangat kurang di masyarakat, khususnya di kalangan masyarakat bawah.
Di sisi lain, Indra menekankan pentingnya pendidikan dan sosialisasi mengenai transaksi digital sebagai prioritas. Menurutnya, tanggung jawab untuk mengedukasi masyarakat tidak hanya berada di pundak Bank Indonesia, melainkan juga menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh pemangku kepentingan. “Sosialisasi dan edukasi QRIS harus dilakukan secara masif dan kreatif,” tandas Indra. Untuk itu, dia menggarisbawahi perlunya inovasi dalam penyampaian informasi kepada masyarakat.
Contoh konkret dari upaya yang dilakukan PT TDC adalah melalui produk mereka, Posku Lite, yang fokus pada pembayaran menggunakan QRIS. Indra mengungkapkan, perusahaan telah meluncurkan program insentif pendampingan literasi keuangan, seminar, dan workshop digital marketing secara berkala, serta insentif lainnya bagi mitra UMKM. Salah satu kemitraan penting adalah dengan komunitas Tamado Grop di Sumatera, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman UMKM terhadap teknologi digital.
Lebih lanjut, Indra menyoroti pentingnya laporan keuangan yang berkualitas bagi UMKM. “Laporan keuangan adalah alat penting untuk memantau kinerja dan arus kas usaha,” jelasnya. Dengan laporan yang baik, pemilik usaha dapat mengambil keputusan strategis yang tepat serta menarik perhatian investor. Aspek hukum juga menjadi penting, terutama dalam hal pelaporan pajak dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
Indra berharap bahwa perusahaan-perusahaan yang memberikan pendampingan keuangan digital kepada UMKM sudah memenuhi standar ISO yang berlaku, seperti ISO 9001:2015 tentang Manajemen Mutu, ISO 37001:2016 tentang Sistem Manajemen Anti Penyuapan, dan ISO 27001:2022 tentang Sistem Keamanan Informasi. Hal ini, menurutnya, akan memberikan jaminan kualitas dalam pelayanan yang diberikan kepada UMKM.
Meskipun tantangan masih ada, Wahid dan Indra optimis bahwa dengan edukasi yang tepat serta dukungan dari semua pihak, penggunaan QRIS di kalangan pedagang kelontong dapat meningkat secara signifikan. “QRIS bukan hanya solusi untuk kemudahan bertransaksi, tetapi juga langkah strategis untuk membawa pasar tradisional menuju digitalisasi,” tutup Wahid. Upaya ini, jika berhasil, tidak hanya akan mempercepat adaptasi teknologi di pasar kelontong, tetapi juga akan mendukung inklusi keuangan di seluruh lapisan masyarakat.