Dalam Pertemuan Tingkat Tinggi bertajuk “United by Water: Securing Our Collective Water Future Amidst Rising Seas and Melting Glaciers” yang berlangsung di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada 25 September 2024, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno L.P. Marsudi, memberikan penekanan yang mendalam mengenai peran vital air dalam menghadapi tantangan global. Dalam pidatonya, Menlu Retno menggarisbawahi bahwa air bukan sekadar sumber kehidupan, tetapi juga menjadi sumber kerentanan bersama, terutama bagi negara-negara dengan kondisi geografi yang rentan seperti Indonesia, yang merupakan negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau.
Menlu Retno mengungkapkan bahwa tantangan akibat perubahan iklim, khususnya naiknya permukaan laut dan mencairnya gletser, memiliki dampak signifikan terhadap negara-negara kepulauan. “Naiknya permukaan laut dan mencairnya gletser memiliki dampak yang luas bagi negara-negara kepulauan, termasuk Indonesia,” tandasnya dalam keterangan resmi Kemenlu RI. Dalam pernyataannya, Menlu Retno menekankan bahwa gangguan pada sumber air tawar dan pola cuaca dapat memengaruhi ekosistem, ketahanan pangan, serta kesehatan masyarakat secara global.
Dua poin penting yang disampaikan Menlu Retno dalam pidatonya adalah mengenai tindakan mendesak terhadap perubahan iklim dan pelaksanaan program inovatif terkait pengelolaan air. Pertama, ia menyoroti pentingnya ada tindakan segera dan terkoordinasi secara global untuk menangani dampak perubahan iklim. Menlu Retno menyerukan perlunya upaya mitigasi dan adaptasi yang harus sejalan, serta komitmen politik dari masing-masing negara untuk memandu inovasi dan tindakan nyata dalam menghadapi masalah ini. “Kita harus menempatkan air dalam agenda politik tinggi setiap negara,” ujarnya.
Aspek pembiayaan inovatif juga disoroti, di mana Menlu Retno menyatakan bahwa perluasan skema pendanaan untuk program terkait air dan iklim harus menjadi prioritas utama. Ini mencakup peningkatan pendanaan iklim yang lebih baik agar dapat mendukung upaya-upaya dalam menghadapi tantangan yang ada.
Kedua, Menlu Retno menegaskan pentingnya program-program inovatif dalam pengelolaan air dengan mengacu pada hasil Forum Air Dunia ke-10 yang diselenggarakan di Bali pada bulan Mei sebelumnya. Indonesia berkomitmen untuk mengimplementasikan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (PSDA) guna mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air di berbagai sektor, seperti pertanian, industri, dan domestik.
Dalam konteks ini, Indonesia juga telah meluncurkan berbagai program berbasis komunitas yang berfokus pada pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi, serta sistem pengelolaan air limbah. Program-program ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 6, yang menekankan pentingnya ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua.
Dengan pendekatan yang kolaboratif, Menlu Retno menekankan bahwa air harus dipandang sebagai faktor pemersatu dalam menghadapi berbagai tantangan global. “Air adalah kehidupan, dan melindunginya adalah tanggung jawab kita bersama,” ujarnya, menegaskan bahwa hal ini bukan hanya tanggung jawab negara-negara kepulauan, tetapi merupakan tanggung jawab kolektif seluruh komunitas internasional.
Melihat dari perspektif lebih luas, isu air yang diangkat oleh Menlu Retno merupakan bagian dari tantangan yang lebih besar yang dihadapi oleh dunia saat ini, di mana dampak perubahan iklim semakin dirasakan di berbagai belahan dunia. Kenaikan permukaan laut yang mengancam kehidupan di wilayah pesisir, serta kekeringan yang melanda daerah-daerah yang bergantung pada pasokan air tawar, adalah contoh konkret dari konsekuensi yang ditimbulkan akibat perubahan lingkungan ini.
Dukungan internasional menjadi penting untuk menanggulangi permasalahan ini. Komitmen dari negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang dalam hal teknologi, pendanaan, dan inovasi sangat dibutuhkan. Dengan demikian, berbagai inisiatif dapat dilaksanakan dan diperluas untuk menjamin adanya akses yang adil terhadap sumber daya air, terutama bagi masyarakat yang berada dalam keadaan rentan.
Dalam konteks kebijakan luar negeri Indonesia, pernyataan ini mencerminkan posisi yang aktif dan bertanggung jawab untuk menjadi bagian dari solusi global dalam menghadapi tantangan-tantangan besar yang memengaruhi keberlangsungan hidup umat manusia. Sebagai negara dengan lebih dari 17.000 pulau, pentingnya air menjadi agenda yang harus dikelola dengan baik, tidak hanya untuk kepentingan bangsa sendiri, tetapi juga untuk kepentingan global.
Menlu Retno L.P. Marsudi, melalui berbagai pernyataan dan komitmen, menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia siap mengambil langkah-langkah kongkret dalam ini. Bukan hanya sebagai wacana, tetapi melalui implementasi nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam program-program pengelolaan air ini sangat krusial, agar setiap individu dapat memahami perannya dalam menjaga dan melestarikan sumber daya air.
Dengan demikian, upaya penyelamatan sumber daya air yang dilakukan oleh Indonesia juga diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi negara lain, terutama negara-negara rentan yang menghadapi ancaman serupa. Globalisasi isu air menjadi sebuah keniscayaan yang harus dipahami oleh semua pihak, agar setiap tindakan dan kebijakan dapat berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Keterhubungan antara air, iklim, dan kehidupan manusia menjadi inti dari pemikiran kebijakan yang harus ada dalam agenda global. Dalam menghadapi tantangan ini, peran serta semua elemen masyarakat, baik pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil, sangat vital untuk menciptakan kondisi di mana air tidak hanya menjadi sumber kehidupan tetapi juga alat pemersatu dalam keberagaman.