Kim Jong-un kembali mengunjungi daerah yang terkena dampak banjir parah di Korea Utara dan menginstruksikan percepatan pembangunan rumah untuk para korban. Kunjungan ini dilaporkan oleh Korean Central News Agency (KCNA) pada Senin, 30 September 2024. Langkah tersebut muncul setelah Korea Utara mengalami hujan deras yang memecahkan rekor pada akhir Juli lalu, yang mengakibatkan ratusan rumah terendam dan lahan pertanian hancur di wilayah utara dekat perbatasan Tiongkok.
Banjir yang melanda Korea Utara pada bulan lalu telah menewaskan sejumlah warga, meskipun tidak ada angka resmi yang dirilis mengenai jumlah korban jiwa. Di tengah situasi darurat ini, ribuan orang terpaksa mengungsi dan dipindahkan ke fasilitas umum di Pyongyang, sementara upaya rekonstruksi rumah penduduk dilaksanakan. Dalam kunjungan ke lokasi pembangunan, Kim Jong-un menelepon para pekerja untuk segera meringankan penderitaan orang-orang yang terdampak bencana.
Kunjungan Kim yang ketiga kalinya ke daerah banjir ini menunjukkan kepeduliannya terhadap rakyatnya. Foto-foto yang dirilis oleh KCNA menunjukkan Kim berjalan di lokasi yang berlumpur sambil berbincang dengan pejabat setempat di depan bangunan-bangunan yang sedang dalam proses pembangunan. Dalam dua kunjungan sebelumnya, Kim terlihat menggendong anak-anak yang menjadi korban banjir serta melakukan peninjauan langsung menggunakan perahu karet dan kendaraan mewah melintasi kawasan yang terendam.
Tawaran Dukungan Internasional Mendesak
Sejak berita tentang bencana banjir pertama kali muncul, dukungan dari komunitas internasional mulai mengalir. Korea Selatan, yang hubungan diplomatiknya dengan Korea Utara saat ini tegang, menawarkan bantuan melalui Palang Merah Korea. Selain itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, juga menyatakan kesediaannya untuk memberikan "dukungan kemanusiaan langsung" untuk membantu upaya pemulihan banjir di Korea Utara.
Meski demikian, Kim Jong-un telah menyatakan terima kasih atas tawaran bantuan tersebut, tetapi secara tegas menolak segala bentuk bantuan asing. Menurut laporan KCNA, Kim menggarisbawahi bahwa upaya pemulihan negara pascabanjir akan sepenuhnya bergantung pada kemandirian dan kemampuan dalam negeri.
Kondisi yang dihadapi Korea Utara pascabencana sangat krusial mengingat ketergantungan negara tersebut pada pertanian dan keberlanjutan pangan. Hujan yang tidak terduga ini dapat menggugah ketidakstabilan ekonomi yang sudah ada, menambah beban bagi masyarakat yang tengah berjuang di tengah sanksi internasional dan krisis kemanusiaan lainnya.
Dampak Sosial dan Ekonomi Banjir
Akibat banjir ini, diperkirakan bahwa hasil pertanian di wilayah yang terdampak akan menurun secara signifikan. Hal ini bisa memengaruhi ketahanan pangan di negara yang sudah lama terpuruk dalam masalah kelaparan. Sebanyak 10 juta warga Korea Utara dilaporkan perlu bantuan pangan, dan situasi ini semakin memperburuk angka kemiskinan yang sudah tinggi di negara tersebut.
Pembangunan kembali rumah-rumah yang hancur menjadi prioritas utama untuk mencegah lonjakan jumlah orang yang mengungsi dan memastikan bahwa warga bisa kembali ke tempat tinggal mereka secepat mungkin. Namun, semangat untuk memperbaiki kerusakan tidak berarti tidak ada tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah Korea Utara. Dengan sumber daya yang terbatas dan isolasi yang berkepanjangan dari dunia luar, proses pemulihan akan sangat bergantung pada kemampuan dan inisiatif dalam negeri.
Peran Pemimpin dalam Masa Kritikal
Kepemimpinan Kim Jong-un dalam menghadapi bencana ini akan dinilai oleh rakyatnya dan pengamat internasional sebagai ukuran dari ketokohan dan efektivitas pemerintahannya. Dalam banyak hal, bencana ini menjadi momen krusial yang dapat menunjukkan seberapa jauh kemampuan pemerintah untuk berfungsi dan merespons situasi yang mengancam nyawa rakyatnya.
Ketika media melaporkan kunjungan Kim dan aksi-aksinya, citra yang dibangun adalah bahwa ia adalah pemimpin yang peduli, tetapi di balik itu tersimpan tantangan struktural yang lebih besar mengenai pengelolaan negara dan kesejahteraan rakyat di tengah bencana dan kesulitan ekonomi yang berkepanjangan.
Dalam menghadapi krisis ini, pesan Kim Jong-un tentang kemandirian dan pembangunan sangat jelas. Namun, tanpa dukungan internasional, recovery dari bencana ini bisa menjadi suatu perjalanan panjang yang sangat sulit. Dengan berbagai penghalang yang ada, situasi di Korea Utara berpotensi menciptakan peluang bagi perubahan dinamis di dalam masyarakatnya serta interaksi yang lebih besar dengan dunia luar, meskipun saat ini tampak sulit untuk dicapai.