Militer Israel telah mengkonfirmasi serangan udara yang menargetkan tenda-tenda pengungsi di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa, Deir al-Balah, Jalur Gaza pada Minggu malam. Serangan tersebut dilaporkan mengakibatkan empat warga Palestina tewas dan 40 lainnya terluka, dengan beberapa di antara mereka mengalami luka bakar parah. Penyerangan ini terjadi dalam konteks konflik yang lebih luas antara Israel dan kelompok pejuang Palestina, Hamas.
Dalam pernyataannya, militer Israel menjelaskan bahwa serangan tersebut dilakukan berdasarkan intelijen yang mereka terima, yang menunjukkan bahwa lokasi tersebut digunakan oleh Hamas untuk merencanakan dan melaksanakan serangan terhadap pasukan Israel. "Berdasarkan arahan intelijen IDF dan juga ISA, IAF (Angkatan Udara Israel) melancarkan serangan tepat sasaran terhadap anggota yang beroperasi di dalam pusat komando dan kendali," tutur mereka. Namun, hingga saat ini, Israel belum memberikan bukti konkret terhadap klaim tersebut.
Sebelum serangan ini, tenda-tenda di lokasi tersebut telah menjadi sasaran serangan sebelumnya, yang menjadikan ini sebagai serangan ketujuh terhadap tempat pengungsian di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa. Dalam serangan terbaru, pesawat tempur Israel menghancurkan sekitar 30 tenda milik warga sipil yang melarikan diri dari konflik yang berkepanjangan di Gaza, menyebabkan api besar yang menghanguskan banyak tempat perlindungan bagi pengungsi.
Para korban, banyak di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, mengalami luka bakar yang sangat serius. Menurut laporan dari rumah sakit, banyak dari mereka yang mendapat luka bakar tingkat dua dan tiga, sehingga hampir seluruh tubuh mereka mengalami kerusakan akibat api. Saksi mata yang berada di lokasi kejadian melaporkan bahwa keadaan semakin memburuk dengan cepat ketika api langsung menyebar melalui tenda-tenda yang terbuat dari bahan mudah terbakar seperti nilon.
Sejak dimulainya serangan militer pada 7 Oktober 2023, telah tercatat lebih dari 42.200 orang tewas dan lebih dari 98.400 orang terluka di Gaza, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Serangan tersebut merupakan respon dari Hamas yang meluncurkan ribuan roket ke wilayah Israel, memicu tindakan balasan yang brutal dari militer Israel. Situasi ini membuat hampir seluruh penduduk Gaza terpaksa mengungsi, di tengah blokade yang ketat, menyebabkan krisis kemanusiaan yang mendalam dengan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Beberapa laporan menyebutkan bahwa serangan Israel ini juga menghadapi kritik internasional, termasuk tuduhan genosida. Israel sendiri membantah segala bentuk tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa serangan mereka ditujukan untuk melindungi negara dari ancaman yang nyata. Namun, krisis yang terus berlanjut dan jumlah korban sipil yang semakin meningkat menimbulkan perhatian global yang mendalam.
Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera, tetapi hingga saat ini, Israel tetap melanjutkan serangan mereka. Penyerangan ke tenda-tenda pengungsi di rumah sakit ini menunjukkan escalasi yang mengkhawatirkan dalam konflik yang sudah berlangsung lama ini, dan semakin memperburuk keadaan kemanusiaan di Gaza.
Tim medis di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa menginginkan agar situasi segera membaik, namun tantangan yang dihadapi sangat besar. Mereka telah berjuang keras untuk mengatasi jumlah korban yang terus meningkat, dengan sebagian besar pasien datang dalam kondisi yang sangat parah akibat serangan yang tidak berkesudahan. Foto-foto korban yang terjebak dalam api juga telah viral di media sosial, menjadi bukti nyata dari tragedi yang sedang berlangsung.
Sementara itu, di arena internasional, Israel sedang menghadapi tuntutan di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait tuduhan genosida terhadap warga Palestina di Gaza. Proses hukum ini diharapkan dapat memberikan keadilan bagi korban dan menarik perhatian lebih lanjut terhadap kondisi yang terjadi di wilayah tersebut. Namun, Israel tetap bersikeras bahwa tindakan mereka berada dalam batasan hak untuk membela diri terhadap serangan yang diluncurkan oleh kelompok Hamas.
Serangan terbaru ini tidak hanya menambah daftar panjang penderitaan di Gaza tetapi juga memicu kemarahan di berbagai belahan dunia. Banyak negara dan organisasi internasional terus mendesak untuk diadakannya dialog perdamaian serta gencatan senjata yang damai. Sementara itu, di lapangan, warga sipil terus menghadapi tantangan berat untuk bertahan hidup dalam situasi yang semakin mencekam akibat konflik yang berkepanjangan ini.
Dalam situasi yang kian tidak menentu, harapan bagi gencatan senjata dan damai di Gaza semakin pudar. Ketidakpastian ini menggambarkan kompleksitas dari konflik yang berlangsung lama antara Israel dan Palestina, di mana kehidupan warga sipil sering kali terjebak dalam sengketa politik dan kekerasan militer. Masyarakat internasional terus memantau dengan cermat perkembangan ini, diharapkan kesadaran global dapat merangsang upaya untuk menyudahi kekerasan dan menemukan solusi yang berkelanjutan bagi kedua belah pihak.