Washington D.C: Dalam sebuah pernyataan mengejutkan yang disampaikan pada 25 September 2024, Donald Trump mengungkapkan adanya "ancaman besar dari Iran" menjelang pemilihan presiden mendatang. Peringatan ini hadir setelah tim kampanye mantan presiden tersebut menerima informasi mengenai dugaan upaya pembunuhan terhadap Trump dari badan intelijen Amerika Serikat (AS).
Donald Trump menyatakan bahwa "seluruh militer AS menonton dan menunggu" mengenai upaya Iran yang telah dilakukan dan kemungkinan dilakukan kembali. Melalui platform sosialnya, Social Truth, Trump mengungkapkan kekhawatirannya dengan menekankan, "Saya dikelilingi lebih banyak orang, pistol, dan senjata daripada yang pernah saya lihat sebelumnya." Pernyataan ini mencerminkan ketegangan yang mengiringi situasi ini serta potensi pertikaian internasional yang semakin dekat.
Tim kampanye Trump mengeluarkan pernyataan pada hari Selasa, yang menyebutkan bahwa intelijen AS memberitahukan mereka tentang ancaman yang "nyata dan spesifik" dari Iran. Menurut Direktur Komunikasi tim kampanye, Steven Cheung, "Presiden Trump diberitahu oleh kantor Direktur Intelijen Nasional terkait ancaman nyata dan spesifik dari Iran untuk tidak stabilkan dan menanam bibit kekacauan di Amerika Serikat." Pernyataan ini menjadi sorotan karena memperlihatkan tingkat kekhawatiran yang tinggi di kalangan pejabat AS menjelang pemilu.
Keterangan lebih lanjut dari Cheung menunjukkan bahwa serangan dari Iran yang "terkoordinasi dan terus berlangsung" telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. "Penegak hukum di seluruh badan negara sedang bekerja untuk memastikan Presiden Trump dan pemilu aman dari interfensi," tambahnya. Hal ini menunjukkan bahwa ada upaya serius untuk melindungi integritas pemilu dan keselamatan individu yang terlibat, termasuk Trump sendiri.
Kekhawatiran mengenai upaya pembunuhan ini bukanlah hal baru. Momen kritis ini mengikuti laporan dari bulan Juli lalu di mana Dinas Rahasia AS mengungkapkan bahwa mereka memiliki informasi intel dari "sumber manusia" tentang rencana Iran untuk membunuh Trump sebagai balasan atas tindakan pembunuhan Qassem Soleimani pada tahun 2020. Namun, meskipun adanya klaim tersebut, hingga saat ini pihak berwenang AS tidak menemukan hubungan yang jelas antara pelaku upaya pembunuhan pertama, Thomas Matthew Crooks, dengan Iran.
Selanjutnya, pelaku upaya pembunuhan kedua, Ryan Wesley Routh, juga tidak ditemukan koneksinya dengan Iran. Di tengah ketidakpastian ini, Misi Iran untuk AS menanggapi tuduhan tersebut dengan menyebutnya "tidak berdasar" dan "jahat." Pernyataan ini menambah ketegangan antara kedua negara, di saat hubungan diplomatik berada dalam kondisi yang rumit.
Di luar ancaman langsung terhadap Trump, Iran juga diduga melakukan upaya peretasan terhadap individu-individu yang terlibat dalam tim kampanye baik Trump maupun Biden. Laporan dari tim Analisa Ancaman Siber Google pada bulan Agustus mengungkapkan bahwa kelompok peretas yang didukung Iran, APT 42, telah melakukan beberapa upaya peretasan terhadap individu-individu di kedua kampanye tersebut. Metode yang digunakan termasuk phishing email, malware, serta pembuatan laman-laman phishing yang bertujuan mencuri informasi berharga.
Dalam konteks ini, Intel Nasional AS, FBI, dan CISA mengeluarkan pernyataan gabungan bulan ini yang menunjukkan bahwa Iran telah memberikan penawaran informasi "non-publik dan hasil curian" kepada tim kampanye Joe Biden saat ia masih menjadi calon presiden. Pemberian informasi ini menunjukkan bahwa Iran berusaha untuk menciptakan ketidakstabilan dalam politik AS melalui intervensi siber.
Hingga berita ini disusun, Iran belum memberikan tanggapan resmi atas tuduhan yang mengemuka terkait dengan dugaan upaya pembunuhan terhadap Donald Trump dan keterlibatan mereka dalam kegiatan peretasan. Ketidakpastian ini semakin menambah kompleksitas hubungan antara AS dan Iran, yang dalam beberapa dekade terakhir telah dipenuhi dengan ketegangan dan konflik.
Sementara itu, Donald Trump terus melanjutkan kampanyenya untuk pemilihan presiden 2024, dengan ancaman ini memicu debat tentang keamanan, kebijakan luar negeri, dan strategi pertahanan yang akan diambil oleh pemerintah mendatang. Peringatan ini juga menyoroti pentingnya keamanan pemilu yang bebas dari intervensi asing, terutama di tengah ketegangan internasional yang semakin meningkat.
Perkembangan ini tentunya akan menarik perhatian banyak pihak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk melihat bagaimana situasi ini akan berlangsung dan dampaknya terhadap pemilu yang akan datang. Masyarakat diharapkan tetap mengikuti berita terkini untuk memahami lebih dalam mengenai dinamika politik dan keamanan yang ada.