Produsen otomotif asal Jepang, Suzuki Indonesia, optimis menyambut pemerintahan baru yang akan dipimpin oleh presiden terpilih, Prabowo Subianto, yang dijadwalkan dilantik pada 20 Oktober 2024. Harapan tersebut disampaikan oleh Managing Director Suzuki Indomobil Motor (SIM), Shodiq Wicaksono, yang menginginkan agar kebijakan pemerintah ke depan dapat mendukung pemulihan pasar otomotif domestik.
Harapan Dukungan Kebijakan
Shodiq mengungkapkan bahwa industri otomotif di Indonesia memiliki kontribusi besar bagi perekonomian dan berharap agar kebijakan positif dari pemerintah baru dapat terus mendukung sektor ini. "Menjelang adanya kabinet pemerintahan yang baru, kami berharap industri otomotif di dalam negeri yang telah berjalan dan terbukti berkontribusi bagi Indonesia selalu di-support lewat berbagai kebijakan positif dan populer," ujar Shodiq dalam sebuah wawancara.
Kebijakan pemerintah sebelumnya memfokuskan pada mobil listrik berbasis baterai (BEV) yang telah mendapatkan berbagai fasilitas insentif, termasuk penghapusan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) sebesar 0% dan pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) sebesar 10%. Insentif PPN DTP ini khusus diberikan kepada mobil listrik dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) minimal 40%.
Namun, kondisi di segmen mobil hybrid masih abu-abu. Meskipun ada harapan untuk adanya insentif bagi mobil hybrid, hingga saat ini keputusan pemerintah belum jelas. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui bahwa ada tuntutan untuk kebijakan baru dalam segmen hybrid, namun ia menegaskan bahwa pemerintah masih akan melanjutkan kebijakan yang ada saat ini.
Strategi Akselerasi Penjualan
Suzuki berharap pemerintahan mendatang dapat merumuskan kebijakan yang mendukung akselerasi penjualan model elektrifikasi, termasuk model mild hybrid electric vehicle (HEV) seperti Suzuki XL-7 Hybrid dan Ertiga Hybrid. "Dengan tujuan bisa mewujudkan pertumbuhan penjualan sektor otomotif yang berdampak kepada industri serta berefek domino kepada perekonomian yang berkaitan secara langsung," imbuh Shodiq.
Kendati berbagai tantangan yang dihadapi industri otomotif, Suzuki tetap optimis terhadap pertumbuhan penjualan mobil. Optimisme ini dipicu oleh keputusan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin ke level 6% pada Rapat Dewan Gubernur pada September 2024, diikuti oleh pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral AS, The Fed, ke level 4,75%-5%. Shodiq mencatat bahwa pelonggaran kebijakan moneter tersebut akan memberikan ruang bagi konsumen untuk melakukan pembelian lebih mudah.
Data Penjualan Otomotif
Momen pemulihan pasar otomotif indonesia sangat diperlukan, terutama setelah penjualan otomotif mengalami penurunan yang signifikan. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan Suzuki pada Agustus 2024 mencapai 5.265 unit, sementara total penjualan sepanjang delapan bulan pertama 2024 mencapai 43.808 unit. Di sisi lain, total penjualan mobil wholesales Indonesia tercatat sebesar 560.619 unit dari Januari hingga Agustus 2024, yang menunjukkan penurunan 17,1% year-on-year (yoy) dari 675.859 unit di periode yang sama tahun lalu.
Penjualan ritel juga turut menurun, mengalami penurunan sebesar 12,1% yoy menjadi 584.857 unit pada delapan bulan pertama 2024 dibandingkan 665.262 unit tahun lalu. Menyikapi situasi pasar ini, Shodiq optimistis bahwa upaya tim penjualan dan pemasaran Suzuki akan menghadirkan berbagai strategi dan program menarik untuk mendorong minat beli konsumen.
Pentingnya Kebijakan Positif untuk Sektor Otomotif
Dengan semua tantangan yang ada, kebutuhan akan kebijakan positif dari pemerintah baru menjadi sangat penting. Para pelaku industri otomotif berharap agar pasar dapat pulih dan bahkan berkembang lebih baik lagi. "Kami sangat berharap agar banyak kebijakan yang dapat mendorong pertumbuhan industri otomotif dan memberikan insentif bagi seluruh segmen kendaraan," kata Shodiq menutup pernyataannya.
Seiring dengan pelantikan pemerintahan baru, perhatian terhadap perkembangan industri otomotif menjadi salah satu hal yang akan dinantikan oleh semua pemangku kepentingan. Tantangan yang dihadapi oleh industri otomotif Indonesia harus menjadi perhatian serius agar sektor tersebut dapat kembali stabil dan berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional.